BAB 11 - Annoying Holiday

486K 30.7K 6.3K
                                    

Halohaaa update lagi..

Hehe nggak bisa update tiap hari karna emang kuliah terus dan inipun aku baru pulang 😂

Jangan lupa follow ig aku untuk info PO NADW

Ig : indahmuladiatin

Happy reading guys! Hope you like this chapter 😘😘😍

🍬🍬🍬

Caramel bersembunyi di balik sofa saat mobil ayah terdengar. Bisa kaget ayah dan bunda saat melihat wajahnya lebam-lebam. Dasar gangster menyebalkan. Beraninya dengan perempuan. Kalau sampai ketemu lagi akan dia berikan selusin rok pada mereka. Akan dia buat si botak menjadi cantik nanti. Dan si pemimpin itu, apa maksudnya dia yang membuat si jelek itu kehilangan gigi.

Demi ayam warna-warni yang dia pelihara. Caramel sama sekali tidak peduli dengan gigi orang jelek itu. Caramel meremas lengannya sendiri. Kalau bukan Bara yang menghajar orang itu sudah pasti dirinya sendiri yang akan menghajarnya. Akan dia cabuti rambut yang tidak jelas warnanya itu. Hijau bukan, biru bukan. Justru lebih mirip lumut berjalan.

"Loh Ra? kamu ngapain sih ngumpet di situ? kaya anak tikus aja!" omel bunda yang baru saja masuk ke rumah.

"Berarti Bunda tikus dong?" tanya Caramel.

"Yeh malah ngatain Bunda tikus!" bunda menarik tangan putrinya itu.

Caramel meringis nyeri. Sepertinya tangannya kembali berdarah.

"Kara! kamu kenapa?" tanya bunda kaget.

Ayah langsung memeriksa luka-luka Caramel. "Siapa yang memukulimu?"

"Ehh? bukan Yah, ini Kara nyungsep tadi," jawab Caramel.

Ayah menatap Caramel, menunggu kejujuran dari putrinya itu. Tidak perlu menjadi orang jenius untuk tahu kalau luka-luka itu bukan hasil dari jatuh seperti alasan Caramel tadi.

"Kara dikeroyok," jawab Caramel sambil menundukan kepala. Alamat kehilangan masa liburannya yang indah.

"Apa? siapa yang berani ngeroyok anak gadis Bunda? mana orangnya? biar Bunda ulek pake ulekan si Meri," omel bunda lucu.

Caramel terkekeh geli. Dia menoleh pada ayah yang sejak tadi menatap luka-lukanya. Senyumnya mengembang menenangkan. "Aku nggak apa-apa Yah."

"Abang-abangmu tahu?" tanya ayah.

Caramel menganggukan kepala. "Mereka langsung ngelindungin Kara."

Ayah mengepalkan tangannya. Wajah itu tetap tenang tapi auranya menyeramkan. Ayahnya marah. Caramel sadar itu, dan dia juga sudah tahu reaksi ini lah yang akan dia dapatkan. Habislah preman-preman itu kalau ayahnya sudah turun tangan.

"Ayo kamu harus ke rumah sakit!" suruh ayah.

"Aduh Ayah, kita mau liburan kan?" tanya Caramel memelas.

"Tidak sampai luka-lukamu hilang," jawab ayah dengan nada final.

Pada akhirnya di sini lah Caramel. Dengan seragam pasien rumah sakit dia duduk di bed pasien dengan wajah cemberut kesal dan bersedekap. "Bunda!! liburan Kara gimana kabarnya?" rengek Caramel.

Bunda meringis kecil. "Yaa nggak jadi."

"Huaaa Bunda tegaaa!" teriak Caramel sambil menendang-nedang selimut di kakinya. Dia sangat ingin liburan setelah pusing dengan ujian panjang dan ternyata liburannya ada di rumah sakit. Berbaring, makan, dan tidur, seperti itu terus.

"Loh kok Bunda? kan Ayah yang masukin kamu ke sini," protes bunda.

"Ndaa.. keluarin Kara dari sini," pinta Caramel.

The Boy With A Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang