20th : Tutto è Iniziato

33.1K 4.3K 406
                                    

Dont forget to Vote and spam me with your amazing Comments😳
.
.
   

REVISI26 Mei 2020  

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

REVISI
26 Mei 2020
  

20th : Tutto è Iniziato (Semuanya Dimulai)

         
      

Suara ketukan di pintu menghentikan dentingan tuts piano yang tadinya mengalun. Rafe menekan sekali tuts di bawah jarinya, menciptakan nada sumbang "mi" yang terdengar seperti pancaran kekesalan. Sedetik kemudian, pintu ruang santai terbuka dan Martha muncul dengan nampan di tangannya. Uap mengepul di atas secangkir espresso panas dan harum keju panggang menyebar di sepenjuru ruangan.

"Aku sedang bermain piano," Rafe menekan nada bicaranya. Itu adalah sebuah pernyataan kepada Martha dan secara tersirat memberitahu wanita itu bahwa ia tidak menolerir apapun yang dimaksudkan untuk menginterupsi permainannya.

Dengan tenang Martha berjalan memasuki ruangan privat Rafe untuk bersantai dan meletakkan nampan di tangannya di atas meja kopi sambil berkata, "Ini adalah waktunya untuk kudapan. Aku hanya mengikuti jadwalmu."

Rafe mendengus, menekan tuts-tuts di bawah jarinya secara acak. "Kau bisa menungguku selesai bermain."

"Maafkan aku."

Pria itu melambaikan tangannya tak peduli, menyuruh Martha untuk keluar dari sana dan membiarkannya sendiri. Dengan gerakan malas Rafe bangkit dan duduk di sofa. Ia meraih cangkir kopinya dan menghirupnya perlahan, tidak ingin membakar lidahnya dengan konyol hanya karena secangkir espresso yang dibuat oleh Kepala Pelayannya yang menyebalkan dan selalu bersikap seakan wanita itu adalah pengasuhnya. Rafe bukannya tidak tahu jika Martha kerap menghubungi ibunya untuk memberitahu apa saja yang terjadi di manor. Kesetiaan Martha hanya diperuntukkan untuk sang Mama, bukan dirinya.

Rafe meletakkan cangkirnya kembali ke meja dan meraih sepotong biskuit keju. Ia mengunyahnya dengan tenang, menikmati rasa manis dan gurih yang bercampur di dalam mulutnya sebelum meraih ponselnya yang tergeletak tak jauh dari cangkir kopi.

Layar ponselnya menampilkan walpaper standar yang biasa didapatkan saat kau membeli ponsel baru ketika dinyalakan. Jari Rafe menekan ikon daftar nama dan behenti di sebaris nama salah satu kontaknya.

Gwen Miller.

Dan entah bagaimana, bayangan tentang Gwen kembali muncul di kepalanya. Rafe muak tentu saja, tapi tidak bisa menepis kenyataan jika ia merindukan wanita itu. Namun sekali lagi, kenangan tentang bagaimana untuk terakhir kalinya ia bertatap muka dengan Gwen membuat sesuatu di hatinya tercubit.

Berengsek.

Rafe bahkan tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Ini adalah hal yang baru dan hingga kini ia belum tahu bagaimana caranya mengontrol perasaan itu. Perasaan tertarik kepada lawan jenis adalah sesuatu yang asing dan tak pernah Rafe dapatkan selama ini, setidaknya bertahun-tahun sejak tragedi itu. Dan mendapati jika ada seorang wanita pirang Amerika berhasil membuatnya terlihat idiot adalah hal terakhir yang ia inginkan.

The Chemical Romance [The Seazzurys #2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang