ending❤

5.1K 205 8
                                    

"Ku tulis namamu dalam karyaku, bukti bahwa aku mengagumimu, walaupun ku tahu, kau tak tahu makna dari tulisanku itu".

Setelah menulis puisi untuknya, kurapikan meja belajarku dan tak sengaja kujatuhkan sesuatu, kuambil benda tersebut yaitu sebuah kotak, dalam kotak tersebut berjatuhan dan ada sebuah kumpulan puisi-puisi cinta, kupunguti kertas-kertas tersebut dan memasukannya kedalam kotak, dan ada foto yang terjatuh dilantai, kuambil foto tersebut dan kulihat ternyata itu adalah fotonya rohman. Jadi selama ini rani mencintai rohman bukan firman, jadi selama ini orang yang dimaksud rani adalah dia, jadi puisi yang kemarin itu untuknya, jadi orang yang dimaksud dilapangan saat itu adalah dia, dan itu adalah sebabnya rani tak bertemu dengannya saat mau memberikan surat itu, karna dia bersamaku diperputakaan saat itu denganku, ternyata rani juga mencintainya. Bagimana mungkin kita mencintai seseorang yang sama??.
Setelah kubereskan kotak tersebut, akupun mengambil kertas puisi tersebut dan membuangnya kedalam tempat sampah, dan sejak saat itu aku sering memperhatikan rani ketika bertemu dengan rohman, bagimana senyum rani mengembang dan matanya yang berbinar saat bertemu dengan rohman, dan sejak saat itu aku mulai menjaga jarak dengannya mungkin rohman juga merasa Bila aku berusaha untuk menjauhinya.

                     *****
Bell pulang sekolah berbunyi, aku memutuskan untuk kembali keasrama sendiri, karna rani dan arni sedang ingin membeli makanan di kantin. Diperjalanan menuju keasrama aku bertemu dengan rohman, akupun hanya menunduk saat berpapasan dengannya.

"Tiya". Panggil rohman, langkahku pun berhenti,

"Kenapa kau menjauhiku". Katanya kepadaku

"Aku tak pernah menjauhimu".

"Lalu mengapa kau tak pernah tersenyum kepadaku".
Akupun tak menghiraukan ucapannya, dan terus melanjutkan langkahku.

"Kamu adalah seseorang yang membuatku mengeluh karena gelisah dan meminta dirimu kepada allah. Meskipun itu sangat terburu-buru".
Teriak rohman dari arah belakang, langkah kakiku pun berhenti dan kubalikkan badanku menghadap dirinya.

"Maksudmu apa rohman?".

"Hanya kepada allah aku bisa bebas mengatakan semua yang ingin aku katakan kepadamu, tentang ke kagumanku padamu, tentang kpribadianmu, dan aku mencintaimu".
Mendengar perkataan rohman, seperti pentir yang menyambar di siang hari.

Tiba-tiba dari arah belakang, aku mendengar seseorang sedang menangis dan itu adalah rani, entah sejak kapan dia disana bersama arni. Ranipun lari menjauh, aku hanya bisa diam membeku begitupun arni, setelah itu akupun mengejarnya.

"Rani tunggu aku bisa menjelaskannya" . Teriakku kepadanya, diapun berhenti dan membalikkan badannya.

"Apa lagi, bukankah sudah jelas".

"Itu tidak benar ran,".

"Kau bilang kita adalah sahabat".

"Iya kita sahabat, dan selamanya akan tetap seperti itu".

"Kau tahu ini bukan namanya sahabat, seorang sahabat tidak akan menyembunyikan sesuatu hal apapun untuk menghindari perselisihan".

"Bukan seperti itu maksudku ran". Ranipun hanya menangis, aku tau bagaimana perasaannya.

"Aku tak pernah ingin membuatmu menangis, karena setitik air matamu adalah sejuta penyesalan bagiku". Kataku kepadanya.
Ranipun berlari menjauhiku.

"Sudahlah biarkan dia sendiri dulu". Kata arni kepadaku, aku dan arnipun menuju asrama didalam asramapun kita tak mengobrol, bercanda ataupun tertawa bersama seperti biasanya.

 Adzan magrib berkumandang, rani sudah ke masjid terlebih dahulu, dari tadi siang sampai sekarang kita tak bicara satu sama lain, sedih rasanya. Akupun pergi kemasjid bersama arni, setelah selesai sholat dan mengaji, aku masih disini dirumah allah mencurahkan semua isi hatiku, arni sudah kusuruh untuk pulang duluan tadi, jam menunjukan pukul 20.00 masjid mulai sepi para santri sudah pergi ke asramanya masing-masing, tapi aku tetap disini, tetap dihadapan sang pencipta, tiba tiba ada seseorang yang mendatangiku, yaitu ustadzah ais, yang sudah aku anggap sebagai ibuku disini, dia sangat-sangat baik, dan aku juga sering curhat kepadanya.

"Tiya, belum pulang nak". Kata ustadzah ais.

"Belum bu".

"Nak, jangan memelihara luka dihati, ia akan mengeringkan air mata. Peliharalah keikhlasan, ia adalah air mata yang menyegarkan. Baliklah keasrama ini sudah malam".

"Baik bu, assalamualaikum". Setelah itu akupun kembali keasrama. Di dalam asrama masih saja hening, akupun mencoba mendekati rani.

"Ran maafkan aku". Kataku kepadanya, ranipun hanya diam membisu.
Arnipun mendekati kita,

"kita ini sahabat bukan, sahabat adalah mereka yang saling memahami, percaya, berbagi, dan memaafkan. Mereka yang setia melalui saat baik dan buruk bersama-sama". Kata arni kepada kita.

"Iya ran, kita sahabat bukan?". Kataku kepada rani.

"Maafkan aku juga". Kata rani kepadaku.

"Aku selalu memaafkanmu, walaupun kau tidak memintanya kepadaku karna kamu sahabatku, Karna kita sahabat bukan". Setelah itu suasana mulai mencair seperti semula, kita kembali tersenyum dan tertawa bersama.

                           *****

Ke esokan harinya aku bertemu dengan rohman ditaman pondok.

"Rohman, tentang kata katamu yang kemarin? Tak seharusnya engkau mencintaiku".

"Kenapa?" Tanyanya padaku.

"Kita masih muda, masih banyak cita-cita yang ingin kita gapai, hati kita masih lemah untuk menjaga hati satu sama lain".

"Tapi?".

"Tapi apa, ini terlalu terburu-buru memang, kau tahu jodoh atau maut, hanya allah yang Tahu bukan, aku senang mengenalmu dan aku juga senang mempunyai sahabat sepertimu, dan diluaran sana ada sessorang yang menantimu dan menunggu kehadiranmu dan itu bukan aku. Sejauh apapun jarak kau denganku, jika memang kau ditakdirkan untukku, pasti allah akan mempertemukan dirimu dan diriku. Namun, jika tidak allah pasti sudah mempesiapkan orang yang baik untuk dirimu dan diriku."

Rohmanpun hanya diam aku tahu pasti dia merasa canggung seperti apa yang aku rasakan saat ini.

"Aku pergi dulu ya, rani dan arni telah menungguku, assalamualaikum". Kataku lalu meninggalkannya.

Untukmu terimakasih, dulu kamu pernah menjadi sosok yang paling sempurna dimataku,
Setiap detik tampaknya kamulah yang selalu aku fikirkan kala itu,
Dulu kamu sebuah perioritas hidupku.
Maafkan aku dulu, wanita yang pernah diperbudak oleh sesuatu yang bernama nafsu.
Tolong maafkan aku yang dulu, sebab waktu itu aku masih terlalu bodoh untuk memaknai sebuah rasa,
Bahkan aku sudah berani menjadikan kamu cinta pertama dalam hidupku, dibanding rabbku.
Dan itulah kesalahanku, maafkan aku yang dulu, sebab saat itu aku belum mampu meneladani sosok mulia fatimah.
Selamat tinggal masa lalu, usai sudah cerita kita. Kutinggalkan dirimu sebab aku yakin bahwa allah telah mempersiapkan masa depan yang cerah untuk diriku dan dirimu.
Karena allah telah menyiapkan yang terbaik untukmu dan untukku.

Untukmu rohman, semoga allah memberimu jodoh yang terbaik. Dan kau tahu sejak itu? Namamu tak pernah ku diskusikan kepada rabb-ku. Dirimu tak pernah lagi kuminta untuk menjadi calon imamku. Dan tentang perasaanku kepadamu? Sudah hilang seiring berjalannya waktu

Cinta seorang santriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang