31. TERLENA

958 120 19
                                    

Selama berada di Bogor Mondy hampir tak pernah berkomunikasi dengan Raya kecuali saat  tiba di Bogor mengabarkan telah sampai di rumah Oma.
 
Raya disibukkan oleh acara kampus, siaran, meet n greet, dan hari ini rencananya ia akan  ke sentul dengan Zio. 

Memang bukan untuk balapan, lebih tepatnya ia hanya menemani Zio balapan akhir pekan nanti.
Raya tak ingin melewatkan  momen balap internasional di Indonesia. Ya, Zio harus bersaing dengan beberapa pembalap dari manca negara.

Hari ini masih sesi latihan.
"Siap nona?" Sapa Zio saat menjemput Raya.

"Siap dong! Ayuk."
Raya semangat dan tampak sumringah, membonceng Zio.

Banyak hal  Raya dapatkan dari sesi latihan Zio. Bagaimanapun juga ia seorang pembalap meski sudah jarang ikut race. Banyak palajaran berharga yang ia dapat tidak hanya dari segi teknis tapi juga manajemen sebuah klib balap.

***

“Wow....." Raya berkali-kali berteriak, berdecak kagum. Menyaksikan sesi latihan Zio.
"Lo banyak kemajuan Zio. Pantes aja bisa go international." Puji Raya.
Zio membusungkan dada.
"Ya iyalah. Nyesel kan Lo. Gak bisa pacaran sama pembalap keren kaya Gue?" Zio menoel hidung Raya yang  langsung mendapat cubitan dipinggang dari Raya.
"Aww..." Zio meringis.
"Sakit tau Ray! Dah berani main cubit-cubitan nih. Trus diam-diaman, kangen-kangen . Abis itu pacar-pacaran……” Goda Zio.
"Zio!" Gertak Raya. 

Mendapat bentakan dan pelototan Raya, Zio pun terkekeh.
"Jujur deh Ray. Kalo belum ada Mondy. Gue pastiin udah Lo jadiin pacar gue! Gue tahu banget selera Lo" Tegas Zio.
"Zio!" Raya kembali melotot dan  siap dengan cubitannya yang dengan mudah ditepis Zio.
"Jangan dibiasain. Ntar Lo ketagihan...." Bisiknya jail ditelinga Raya yang membuat Raya geli.

“Ih… apa an sih?” lirih Raya malu.
Mungkin yang dibilang Zio ada benarnya. Sosok pemalap keren, cool, asik dan jawara di sirkuit memang selalu menjadi kriteria yang diinginkan Raya untuk jadi kekasih sejak dulu.

Zio selalu saja pandai membuat Raya merona.
"Hm.... Mungkin juga ya." pikir Raya. "Kalo gue gak kenal Mondy, Lo pasti ngejar-ngejar Gue terus dan mungkin Gue lama-lama akan luluh juga. Bukannya selama ini Gue selalu ingin punya pacar pembalap yang berani, keren dan yang pasti dia tidak akan melarang Gue  untuk balapan."
"Ih.. Gue mikir apaan sih? Astagfirullah....." Raya mengibas kuat kepalanya, membuang jauh-jauh khayalannya. Dia sudah punya Mondy. Bukankah ia tak ingin Mondy memikirkan wanita lain? 
So? You have to do the same Ray!

Hari dimana Zio kan melakukan race dengan pembalap mancanegara pun tiba. Seperti janjinya Raya datang bersama dengan teman-temannya.
Lagi pula bukankah setiap akhir pecan ia libur siaran?  Meski merasasedikit ragu da nada yang mengganjal, Raya tetap berangkat apalagi Zio yang akan menjalani race sudah merelakan diri menjemputnya.

Kebersamaan Raya dengan Zio dan tentu saja dengan pembalap-pembalap lainnya benar-benar  membuat Raya terlena.

Hingga Ia lupa akan ucapan Mondy  yang  sempat membuatnya gegana beberapa hari lalu. 

Akhir pecan ini adalah hari bersejarah. Hari ini saat Raya  menyaksikan Zio balapan adalah hari yang sama di mana  Mondy akan memenuhi memenuhi ucapannya, datang ke Bandung melamar Raya.

Seperti akan menghadapi ujian, Mondy nampak nervous/
"Sudah kabari Raya, sayang?" tanya Anis sembari memilihkan jas untuk Mondy.

Merasa dicueki Mondy  yang sedang fokus pada hantaran  akan dibawa, Anis pun beralih ke Wira yang asik main ponsel.

"Sudah kasih kabar ke orang tua Raya, Mas?"
Wira hanya menoleh tanpa jawaban.
Anis pun gemas di buatnya.
"Ni kenapa pada autis semua sih.... "
"ih... SUDAH BELUM?" kesal Anis dan  terpaksa berteriak.
"Awas tu bibir maju .....ngalahin ikan cupang!" ledek Wira yang makin membuat Anis kesal. 
Mondy hanya terkekeh  memperhatikan tingkah orang tuanya.
"Mama kalo ambekan gitu jadi kayak Raya. Ih... Kenapa Gue jadi kangen banget ya? Padahal nanti juga ketemu di Bandung. Sabar Mon... Biar makin menggunung kangennya. Xixixi......" batin Mondy cekikikan.
 
Ia senyum-senyum sendiri hingga mengusik perhatian Anis dan Wira. 
Tanpa mendengar pertanyaan mamah dan papanya, Mondy langsung nyeletuk. "Ya kangen lah mah. Udah  seminggu loh Mondy gak ketemu Raya. Telpon juga gak sempat. Pasti kangen. Tapi bentar lagi kan ketemu. Hehe…. Mondy udah gak sabar Mah."  Ucap Mondy sumringah.

JANGAN SALAHKAN CINTAحيث تعيش القصص. اكتشف الآن