21. AKHIR HUKUMAN

951 151 26
                                    


Kesibukan mampu mengalihkan pikiran. Seperti halnya Mondy, kesibukan kerja yang dijalaninya mampu mengalihkan pikiran atas hukuman Abah bahkan kerinduannya pada kekasih hatinya, Raya.

Hingga tak terasa sudah 2.5 bulan dia di sana. Ia hampir saja lupa akan tugas lainnya, menyelesaikan ujian skripsinya yang sempat tertunda jika Iyan tidak menghubunginya, menanyakan kabar dan keberadaannya.

Dalam sebulan terakhir, berkutat dengan berkas-berkas dan pekerjaan lapangan yang melelahkan, Mondy bahkan tak sempat lagi ber-sosial media. Ia tak lagi stalking social media Raya, sekedar  ingin tahu kabarnya.

Raya yang hampir setiap jelang tidur, stalking akun Mondy pun tak mendapatkan apa pun. Hanya komentar-komentar dan ribuan like dari postingan-postingan Mondy terdahulu yang tak pernah ditanggapi. Awalnya Raya kecewa, tapi lama-lama ia pun terbiasa.

Wajar saja bila Raya galau dan khawatir, tapi ia mencoba meyakinkan diri untuk tetap berpikiran positif. Beruntung ia memiliki kesibukan selain jadwal kuliah yang mulai padat dengan tugas-tugas, jadwal siaran dan event balap. Ia juga dikelilingi dengan orang-orang baik yang memberinya energy positif.

Saat kemarin hanya berdua di kos dengan Mbak Arini, ia banyak mendapat pelajaran dan pengajaran. Di usianya yang sudah kepala tiga, perjuangan dan pengalamannya hingga menjadi dokter seperti sekarang ini, ia memang dituakan dan selalu menjadi sandaran anak-anak kos yang lain, bahkan Bu Dona, si pemilik kos-kosan.

Apalagi sejak Reva, dan yang lainnya kembali.
Kosan jadi kembali ramai, ribut dan yang pasti berantakan.

Masing-masing menceritakan pengalaman liburan semester mereka dengan semangat 45. Hanya Reva dan Raya yang tampak berbeda.

Reva sudah sepakat sama Boy untuk menutupi aib mereka, dan hanya menjadi rahasia mereka berdua.

Sedangkan Raya, dia jelas gak punya banyak cerita karena hanya liburan kurang dari 2 minggu, selebihnya ia harus kembali kerja.

Ada juga kabar mengejutkan dari Meta yang katanya akan segera menikah, karena dijodohkan oleh orang tuanya.
“Seriusan Lo!” Kaget Raya.
“Yang bener?” Maria meyakinkan.
“Dan… Lo mau?” kepo Amik.

Semua mata tertuju pada Meta.
Ada keraguan di wajahnya.

“Seriusan Lo?” tanya Raya lagi.

“Yach… aku pasrah aja. Percaya sama mama papa aku. Lagian dari pada bikin dosa. Apalagi Mas Anto sebentar lagi pindah tugas ke Jakarta.”
Meta mengesah…
“Doakan ya semoga ini yang terbaik, dilancarkan dan dimudahkan.”

“Amiin….” Kompak yang lain.

Reva menunduk.
“Meta  saja demi terhindar dosa berani mengambil keputusan sebesar itu. Selama ini mereka LDR-an jadi lebih aman dari dosa….  Sedang gue?” batin Reva sedih mengingat kejadian di Singapura.

“Sholat istikaroh aja… kalo masih ragu. Tapi aku setuju sama kamu Meta!  Selamat ya?” Mbak Arini merangkul meta diikuti yang lain yang juga memberi selamat.

“Lo kapan Rev?” celetuk Raya tiba-tiba. “Lo kan udah tunangan? Jangan lama-lama lo! Nanti ada setan lewat!” canda Raya.

“Apalagi kalian tinggal bersama kan buat keperluan magang Lo di Singapura? Atau… Boy nyariin kontrakan buat Lo?” tanya  Raya kemudian.

Deg! Deg-deg-deg.
Jantung Reva terasa berdetak lebih cepat. Bukan curiga Raya mengetahui semuanya tapi candaan Raya itu benar-benar menohok sanubarinya.

“Eng.. Enggak tahu ya? Mungkin bulan depan. Tapi belum dapat tanggal….” Ucap Reva gugup dan menggantung.

“Alhamdulillah….” Kompak yang lain. Tentu suara Raya yang paling kenceng.

JANGAN SALAHKAN CINTAWhere stories live. Discover now