18. PESAN CINTA

1.2K 150 37
                                    

Terimakasih yang slalu setia
baca n gak bosen sama
kisah Ramon
🙏🙏🙏🙏

Yg part ini memang gak ada di
IG. Jgn lupa vote n kritik sarannya ya? 😉😉😉😉


Mondy baru saja selesai packing. Besok ia harus berangkat ke Kalimantan.

Sejatinya ia berangkat 2 hari yang lalu, tapi karena harus menyelesaikan pemotretan untuk iklan bareng Alicia dan beberapa model yang lain,  jadi tertunda dan baru bisa berangkat esok.

Meski mendapat Embargo dari Abahnya Raya, ia tetap semangat pergi. Apalagi telpon Abah beberapa jam yang lalu.

Abah yang menelponnya lho, bukan Mondy. Dan itu membuat Mondy bahagia, bangga dan bersemangat.

Mondy sempat ragu mengangkat telpon dari Abah. Membaca nama Abah Raya di layar saja perasaanya sudah tak karuan, bawaannya sudah negative thinking duluan.

ABAH?” Pekiknya kaget.

“Aduh…. Apa lagi nih? Gue salah apa lagi nih? Pasti mo marahin Gue lagi ni?” batin Mondy gugup. Ada perasaan tak nyaman, katakanlah semacam ketakutan. Ya…. sedikit ketakutan.

Gejolak batinnya berkata, “Aduh… angkat tidak ya? Kalo tidak diangkat nanti Abah makin marah dan makin kesal sama Gue. Bisa-bisa makin kejam. Makin gak dibolehin jalan sama Raya nih. Tapi Kalo di angkat dan marah-marah lagi atau menambah lama waktu embargonya, gimana?”

“Ah… udah lah! Bismillah!” tegas Mondy sebelum menggeser warna hijau.

“Assalamualaikum Bah?” Sapa Mondy dengan suara bergetar.

“Waalaikum salam warohmatullah! Lama pisan kamu ngangkatnya!” ketus Abah diujung telepon.

“Tu…kan, belum apa-apa udah salah nih…. Perasaan Gue di mata Abah selalu salah,” gerutu batin Mondy.

MONDY!” panggilan Abah tanpa ada nada manis-manisnya,  yang tentu mengagetkan Mondy.

“Eh.. I… Iya Bah. Maaf… barusan dari kamar mandi.” Jawab Mondy gugup dan asal.

“Belum-belum Lo udah bohong Mon. Padahal  sedari tadi di sini-sini aja,” ejek nuraninya.

Terdengar Abah mengesah pelan, “Oh..”

“Eng… Ada apa ya Bah?” tanya Mondy berusaha sesopan dan setenang mungkin.

“Eta yang kamu bilang ke Abah waktu di kosan eneng gak bohong kan?” tanya Abah to the point.

“Ya Mondy nggak bohong lah Bah. Mohon doanya saja semoga ikhtiar Mondy berjalan lancar Bah. Mondy juga bakal tetep menyelesaiakan kuliah,  ujian dan wisuda,” Jawab Mondy cepat dalam satu tarikan nafas.

“Jadi kapan kamu berangkat?” tanya Abah lagi. 

“Insya Allah besok Bah.” jawab Mondy.

“Oo….” Abah manggut-manggut. Sebelum Mondy melanjutkan ucapannya, seperti teringat sesuatu, Abah kembali berkata, kali ini  lirih dan lebih lembut.
“O iya. Abah mau berterima kasih sama kamu, sudah mengantarkan Abah dan Eneng pulang ke Bandung. Meski Abah berharap itu bukan ide kamu.”

“Iya, sama-sama Bah.” Balas Mondy cepat. Ada seuntai senyum di bibirnya,

****Flashback….
Saat ke Jakarta waktu itu, Abah naik kereta lalu naik  angkutan umum hingga kosan Raya. Ia tak menyangka Raya sakit. Karena tak ada yang mengurus di sana, mau tak mau Abah harus membawanya pulang. Tidak mungkin juga merepotkan dokter Arini apalagi  ia juga harus masuk kerja.

JANGAN SALAHKAN CINTAWhere stories live. Discover now