35. Raya Hamil

1.2K 131 29
                                    

Luama gak next, udah kaya mati suri aja ya?
Sekali next bikin kesel nih kayaknya.....
Terimakasih yg udah ksh support ke aku agar bisa survive ...meski menterlantarkan beberapa story 
(Banyak maunya, banyak idenya tp gak kesampean nulisnya hehe...)


35. RAYA HAMIL?

Mondy  kembali masuk ke dalam rumah dengan kikuk. Suasana  ruangan lebih ramai dari sebelumnya.

Mungkin kerabat-kerabat Raya yang mulai berdatangan. Mereka sibuk membereskan sisa-sisa jamuan dan seserahan dari Mondy.  Mondy pun menunduk hormat pada mereka ketika melewatinya.

Ia tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa. Ayah Wira hanya memintanya untuk tetap tinggal beberapa waktu  melanjutkan pembahasan lamarannya dengan Abah.

Mondy makin kikuk karena  tak melihat Raya di sana. Raya tak ada di antara mereka. Ia hanya mendengar mereka kasak kusuk menyebut nama Raya. Sebagian diantaranya menunjuk ke arahnya.  Mondy memberanikan diri melangkah lebih ke dalam berharap melihat Raya sehingga ia tak kebingungan seperi saat ini.

Ketika tengah menscanning keberadaan tuan puterinya, ia merasakan tangannya ditarik kasar yang  membuatnya sedikit emosi. 

Segera ia menoleh. 
“Ups! Dani?”  pekiknya tertahan.
"Berani Lo marah pada dia?" Sindir batinnya. 

Mondy menampakkan muka slow dan tersenyum pada calon kakak iparnya.

"Abah mau bicara! Lo ke atas, buruan!" Perintah Dani tanpa basa-basi.

Mondy hanya mengangguk tak menghiraukan ucapan ketus Dani dan wajah tegangnya.

Ia menaiki tangga demi tangga menuju lantai 2 dengan keyakinan Abah dan Raya telah menunggunya di sana.

Jelas tak mungkin mereka membicarakan hal serius di tengah ramainya kerabat Raya yang….  masih sedang bergosip.

Mondy bernafas lega di anak tangga terakhir. Sudah ada Raya di sana yang sudah ganti baju, mengenakan kaos dan jogger pants. Ia tampak pucat dan  beberapa kali menyeka peluh dan memijat tengkuk dan kepalanya.

"Abah...." Panggil Mondy lirih, menunduk hormat dan segera duduk di depan Abah, tepat di samping Raya.

"Kamu sakit?" Ucapnya lirih penuh khawatir saat menoleh pada Raya. Refleks tangannya terjulur ke tengkuk Raya tapi langsung ditarik kembali mengingat keberadaan Abah.

Raya menggeleng lemah. “Aku nggak papa kok…”
“Ups!” Raya membekap mulutnya seperti menahan mual dan ingin muntah.
 
Mondy sudah menduga, Raya pasti mual karena asam lambungnya naik.
"Pasti kamu terlambat makan ya yank?" batin Mondy menatap Raya tepat pada manik matanya, seolah mengisyaratkan tanya dan kekhawatirannya. 

Raya menggeleng lemah seolah mengatakan 'aku gak papa',  Ia tak bisa berkata karena rasa eneg sudah diujung tenggorokkan dan siap membuncah keluar.

"EHEMM....!”
 Deheman Abah yang sengaja dikeraskan, mengalihkan perhatian mereka.

Seketika pandangan mereka beralih ke Abah.

"Kenapa kamu melamar Eneng?" Tanya Abah to the point.

"Hah!" Batin Mondy kaget. "Jadi obrolan lanjutan yang dimaksud Ayah itu ini? Sedari tadi Abah muram karena tak mendapat kesempatan menginterogasi Mondy? Abah akan menguji Gue nih? Hm.,, baiklah." Batin Mondy  langusng memerintahkan otaknya bekerja ekstra untuk mencarai jawaban terbaik agar tak mengecewakan Abah.  Dan jangan sampai ‘lamaran’ yang sudah diterima Raya di’angulir’ begitu saja oleh Abah. (Emang sepak bola? 😂😂😂)

JANGAN SALAHKAN CINTAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora