23. ANNIVERSARY

960 134 25
                                    


Mondy menjemput Raya pagi-pagi sekali. Jam 07.00  dia sudah stay di teras kosan Raya.

“Kamu pagi banget sih! Siapa yang suruh? Aku aja belum siap, baru selesai mandi.  Kampus aja belum buka Mon!” omel Raya manyun saat keluar menemuinya dengan kaos dan celana selutut.
Bukannya kesal mendapat omelan sang kekasih, Mondy justru tersenyum.

“Iya… Maaf. Tapi jangan manyun-manyun gitu juga kali.” Jawab Mondy santai.
“Ih…..” Gemes Mondy , tangannya mengulur hampir mencomot bibir manyun Raya.

“APA?” Galak Raya menahan pergerakan Mondy.

“Gemes tu bibir maju gitu, kayak ikan cupang. Jelak tau!” kilah Mondy.

Raya refleks membungkam bibirnya malu.
“Ehm…” gumamnya  manja dibalik telapak tangan yang membungkam mulutnya.

Raya menunjuk bangku di teras menyuruh Mondy duduk.

“Dari tadi kek….” Lirih Mondy yang langsung mendapat lirikan tajam Raya.
Segera Mondy menunjukkan tanda piss dengan 2 jarinya, lalu duduk dan sedikit bergeser memberi space tempat duduk untuk Raya.

“Kamu tu kangen sama ngambek nggak ada bedanya!” ucap Mondy tanpa menatap Raya.

BUG!
Pukulan manja Raya mendarat dilengan Mondy. Meski tak sakit Mondy merespon dengan pura-pura teraniaya dan mengelus-elus lengannya.

“Ya udah…. Aku yang kangen. Jangan dimarahin ya? Kan kangennya dari hati nggak dibuat-buat. Masak kamu nggak kangen jupa?” Mondy menoleh menatap Raya.

Diam bertahan beberapa saat menikmati wajah pujaan hatinya secara langsung yang selama ini hanya bisa  ia lihat di layar ponselnya itupun berupa photo.
Aslinya tentu lebih menarik dan cantik. Apalagi polos, tanpa make up begitu, ditambah aroma sabun yang makin membuat Raya fresh.  Mondy amat menyukainya. Ia bersyukur masih diberi kesempatan menikmati indahnya perhiasan dunia.  (Ceile…. Agak lebay nih penulis).

Beberapa detik beradu pandang. Raya menikmati tatapan teduh Mondy yang menyejukkan hati dan membuai jiwanya. 
Wajah yang sama yang ia temui lebih dari 3 bulan lalu. Sama-sama ganteng, cute,  senyum dan tatapannya…. Raya tak sanggup beradu pandang lebih lama.

“Aku juga kangen Mon.” lirihnya.
Sadar keceplosan, Ia pun menunduk malu.

Mondy senyum-senyum tak melepaskan pandangan. “Alhamdulillah…” Ucapnya sedikit lebih keras hingga Raya mendongak sebelum kembali tertunduk malu.

Menikmati wajah malu-malu Raya sungguh vitamin dosis tinggi bagi Mondy yang kelelahan jiwa dan raganya.
Bahkan ia hampir tidak tidur semalaman. Dia belum tidur sama sekali dan tengah malam buta video call Raya hingga hari berganti.  Mungkin ia hanya tidur 3 jam.
Jika jam 7 saja ia sudah rapi berada di kosan Raya, kebayangkan tadi pagi bangun jam berapa?

Raya bukannya tak menangkap tanda-tanda kelelahan dan kurang tidur di wajah Mondy, tapi pesona Mondy yang ia rindukan menutupi semua.

“Ya udah … aku siap-siap dulu, ya? Kamu pasti belum sarapan juga kan? Mau aku bikini minum apa? Susu hangat, kopi, coklat hangat, teh hangat  atau….” Raya nampak berfikir.

“Apa aja asal yang bikin kamu,” balas Mondy cepat, “Gak sekalian ditawarin sarapan apa gitu?”

Raya yang sudah bangkit dan selangkah mundur, berhenti.
“Kasian juga ya Mondy?” pikirnya.
“Mm… Ya seadanya aja ya? Mau roti atau mi instan?” tanya Raya serius.

Mondy terkekeh.
Raya mengernyit.
“Gak usah ngejek deh! Kamu pikir ini warung makan? Atau dirumah kamu yang sekian biji pembantunya?” Raya tersinggung.

JANGAN SALAHKAN CINTAWhere stories live. Discover now