09. BREAK

1.2K 135 9
                                    


Suasana resto fast food itu masih cukup ramai, padahal sudah lewat jam 9 malam. Yah, Jakarta memang tak pernah tidur. 
Raya harus ikut antri bersama yang lain, sementara Mondy sudah duduk di meja. Sejatinya Mondy yang akan antri, tapi Raya melarangnya. Bukannya tadi Mondy tampak pucat dan mengaku kelaparan.

"Udah. Kamu duduk sini aja. Ntar kalo kamu pingsan gimana?" perintah tuan puteri Raya. 
Mondy pun terpaksa menurut. 

Masih ada antrian lagi di depan Raya agar ia bisa dilayani. Raya menoleh ke arah Mondy yang nampak menunduk memainkan ponselnya.

"Aduh... kasian.. Mondy udah laper....Aduh, ini mbak-nya pesen aja bertele-tele lagi. Mana pakai mikir dulu. Nanya harga dulu. Ih Sumpah Rempong!" gerutu Raya dalam hati mendengar Mbak di depannya yang bertele-tele

Mendadak ada  menarik lengan Raya keluar dari antrian.
Refleks Raya pun menurut dan menoleh.
"Mon......." Raya terkejut begitu juga pemuda yang menarik lengannya.
"Raya kan ya?" tanya pemuda itu. 
Raya mengangguk, mulai mengingat-ingat. Apa ia pernah bertemu dengan pemuda di depannya.
"Masih ingat sama saya?" tanya pemuda itu lagi.

Raya hanya menaikkan alis, menyerah, karena benar-benar tak merasa kenal dengannya. 
Raya menggeleng pelan, karena ragu.

Pemuda itu menunjukkan name tag -nya.
-- Willy Nugraha - Store Manager__

Raya bigung, hingga membiarkan saja pemuda itu menarik tangannya.
Ke sisi antrian yang masih tutup. 
Lalu ia menyuruh salah satu pelayan segera melayani 
Raya. 

"May... Maya.... Tolong layanin tamu saya ini, Nona Raya. Ingat, Gak pake lama ya?" ucap Willy penuh penekanan pada salah satu pelayan lalu berpaling ke Raya.

"Raya, Lo mau pesen apa? Lo bilang aja sama Maya. Kalo Lo mau, Lo boleh duduk di private room, di sebelah sana. Nanti Gue susul Lo!" jelas pemuda itu dengan suara tegasnya.
Raya melongo.
"Eh... Gak... Gak usah!" gugup Raya kemudian. Willy sudah keburu meninggalkan Raya yang Nampak masih bingung.
 
Tersadar Raya pun tak melewatkan kesempatan dan langsung memesan makanan dan segera disiapkan. 

Hm.. Biarin deh. Anggep aja rejeki anak sholekah......
😀😗😗😗

Raya dan Mondy pun segera menyantap makanan tak perduli tatapan orang padanya. Tatapan orang yang merasa mengenalnya dan tatapan mereka yang iri karena ia di istimewakan. 

Tak ada perbincangan diantara mereka.

Hingga Willy  sedari tadi mencari Raya menemukannya dan sudah ada di dekatnya.
"Lo gak sendirian Ray? Kenapa gak masuk ke private room?" tanya Willy. 

Raya membatalkan suapan ke mulutnya, menatap Mondy dan Willy bergantian. 
Mondy pun langsung menatap tak suka pada Willy, tatapan  menegaskan bahwa Raya datang bersamanya, Raya adalah pacarnya.

"Lo bukannya mantan patnernya Raya di Pro FM ya?" tanya Willy pada Mondy.
Mondy mengangguk.
"Iya, Gue PA-CAR-nya Raya!" Tegas Mondy berdiri sedikit emosi. 

Raya terjebak dalam situasi tak nyaman, dan dengan lembut menarik lengan Mondy untuk duduk kembali.

"Em... be te we... makasih ya. Pak ...." Raya kembali membaca name tag, " Pak Willy. Sekali lagi terimakasih.... Saya termasuk pengunjung  beruntung rupanya."

Willy tersenyum, "Nyante aja Ray. Lo serius pacarnya dia? Bukannya kemarin hanya trik PRO FM, buat menahan fans acara Gerbang ya? Dan bukannya Lo sekarang siaran sama artis muda, Mario?" Willy melirik Mondy meremehkan, lalu kembali focus pada Raya.
"Jangan-jangan.... besok-besok, Lo dikabarkan jadian sama Mario? Haha….” Willy tertawa lepas.
“But, whatever it is. It's up to You. It’s glad to see you again.”

JANGAN SALAHKAN CINTAWhere stories live. Discover now