29. Keseriusan Mondy

1K 140 23
                                    


Raya mengambil ponselnya dan segera mendial nomor Mondy. 
Alhamdulillah.... aktif. Semburat kebahagian tersirat di wajah Raya setelah tadi saat ia masih emosi, ponsel  Mondy tak tak aktif.
 
Hingga tone berakhir, Mondy tak juga mengangkat panggilan dari Raya. 
Raya khawatir.
"Kok Mondy gak ngangkat sih..... atau jangan-jangan dia sedang......"
“TIDAK...... !!!" Teriak Raya panik.
“Mondy gak boleh nyari cewek lain ya Alloh!" gerutu Raya dan kembali mendial nomor Mondy.
"M...m Mon kamu dimana? Angkat dong plis...'" ucap Raya dengan nafas memburu karena panik. Semua yang diucapkan Mbak Arini berdengung di telinganya. “Kamu mau Mondy nyari cewek lain?”
Raya mendadak paranoid.
 
Dan begitu tersambung.
"Assalamualaikum..." ucap Mondy santai dari ujung telepon.
"Eh Iya.... Asssalamualaikum... eh Waalaikum salam." Raya gugup.
Mondy terkekeh pelan. "Nelpon bukannya salam dulu...... Kamu kenapa sih Yank buru-buru gitu? Abis balapan? O… atau udah gak tahan  ya? kangen???" Mondy kembali terkekeh.
"Ye......!" Raya nyolot.
"Aduh gimana nih! Gue harus ngomong apa sama Mondy? Prolognya gimana nih? Kalimatnya apa? Masak Gue bilang Mon jangan berani lirik cewek-cewek lain, apalagi sampai jalan sama cewek lain. Awas! Ih......." Raya bingung dengan pikirannya sendiri dan hanya diam.
"Hello Yank! Ray.......?" Suara Mondy menyadarkan Raya.
"Eh Iya.... Kamu lagi dimana?" tanya Raya taka da ide lagi.
"Lagi di jalan. Lagi nyetir nih." Ada suara-suara gesekan. Kelihatannya Mondy sedang memasang headset.
"Gimana Ray? Tadi kamu nanya apa?" tanya Mondy yang merasa sedikit terlewat ucapan Raya saat memasang headset. 
"Oh.. eh...anu.... " Raya kembali bingung karena merasa tak bertanya, bukankah pertanyaannya udah di jawab Mondy.
"Kok masih dijalan? Emang dari mana mau kemana?" akhirnya pertanyaan itu  keluar dari mulut Raya.
"O.. ini mau ke Bogor. Ada perlu. Bentar ya  Ray, nanti aku call balik....." KLEK.... Sambungan Terputus. 

Raya berteriak-teriak, "HALO MON, YANK.... HALO....!" Dan memang benar sambungan telah di putus sepihak oleh Mondy sebelum mendapat persetujuan Raya. 

Raya kembali dengan Gundah Galaunya. Yaelah Mon, Gue belum sempat ngomong udah main putus aja.

Ke Bogor? Kok kamu gak bilang-bilang dulu! Lagian ngapain lagi kamu ke Bogor? Lagi nyetir terus main putus?
Jangan-jangan Mondy kenapa-kenapa lagi...... Degup jantung Raya berdetak lebih cepat. Tapi kemudian berhasil diredam dengan istighfar berulang. 

Raya hendak mendial nomor Mondy kembali. Tapi diurungkannya. 
Bukankah tadi Mondy lagi di Jalan? Lagian dia mau ngomong apa? jangan sampai kejadian dia gagap gugup lagi kayak tadi terulang. Malu-maluin.
"Mon kamu serius dengan ucapan kamu tadi? Kamu beneran mau ngelamar aku? Kamu yakin?" Raya seperti sedang menghapal dialog di depan cermin. 
Ia pun senyum-senyum sendiri. 
Trus ngomong apa lagi, ya? 
Kalo Mondy bilang iya serius, Gue harus bilang apa lagi?
Trus kalo Mondy ternyata tertawa saja dan tadi cuma gombalan dia saja?
Ih awas saja ya 😈😈😈😈 udah pusing-pusing hanya bualan 

Mondy? 

Entah kenapa baru membayangkan dan berlatih dialog saja, Raya merasa sedih mana kala membayangkan skenario terakhir. 

Jika Mondy hanya tertawa dan itu hanya gombalan Mondy, itu berarti ia tak serius cinta dan sayang pada Raya. Ia bisa saja mengucapkan hal itu pada cewek lainnya. Dan pasti akan ada dan mungkin banyak cewek di luar sana yang akan langsung mengatakan IYA, tak seperti dirinya yang terlalu banyak berfikir.

Dan.... Raya akan kehilangan Mondy. 
Kenapa tak terpikirkan oleh Raya kalo semua hanya candaan Mondy. 😥😥😥😥
Drt.... drt.... Permintaan video call dari Mondy. 
Masih dalam aroma kesedihan dan malas Raya menggeser tombol hijau. Ia takut akan  kecewa jika Mondy tadi hanya sekedar asal ucap.
"Hai.... " Sapaan dan senyum sumringah Mondy langsung terpampang di layar. Senyum maut yang  mampu membuat cewek mana pun ternganga dan luluh, tak terkecuali Raya.

JANGAN SALAHKAN CINTAWhere stories live. Discover now