08. CEMBURU

1.4K 142 7
                                    


Raya masih membereskan cangkir, ponsel dan perlengkapan pribadinya, hingga  ia keluar studio paling akhir dan bertemu dengan Nadin yang siaran di jam berikutnya.
 
Suasana riuh terjadi di Loby yang biasanya sepi.

Penasaran, Raya pun ke sana. 

Ia hanya berdecak kagum, senang, sekaligus kesal. 

Mondy ada disana ditengah kerumunan karyawan Pro FM yang berebut mengejak ngobrol dan photo bareng. Setahun di PRO FM, tentu banyak yang mengenal dan dikenal Mondy di sana. Jadi wajar jika kedatangannya bagai temu kangen setelah lebih dari 2 bulan ini tak pernah bertemu.

Raya melongokan wajahnya berharap Mondy melihatnya dan mendekat padanya.

Mondy melihatnya, tapi si rese SaSe Mario menarik Mondy kembali ke Sofa dan mengajaknya ngobrol. 

Raya menghela nafas. Ia tahu itu bukan maunya Mondy. 

Raya memantapkan diri berjalan ke arah mereka. Toh semua tahu kalo Mondy pacarnya. Gapapa kan kalo dia yang datengin Mondy????

"Halo sayang.. Mau langsung pulang?" Sapa Mondy begitu Raya ada di depannya.

Mondy berdiri merangkul Raya dan memamerkan kemesraan. Seolah menjelaskan kepada Rio yang notabene masih baru disana - bahwa Raya adalah miliknya. 

Raya pun tak protes saat rangkulan Mondy menarik tubuhnya lebih mendekat. 
Mungkin dengan begitu Rio akan risih dan segera berlalu dari hadapan mereka.

"Pulang sekarang?" ulang Mondy. 
Raya mengangguk, tersenyum dan bergelayutan manja. 

Ini adalah surprise kesekian kali dari Mondy. Tanpa bilang sebelumnya, ia mendadak datang ke studio dan menjemput Raya. Padahal tadi siang dan beberepa hari sebelumnya Raya sudah terbiasa berangkat dan pulang sendirian.

Raya meninggalkan motornya di parkiran dan memilih pulang diantar Mondy dengan Yaris merah-nya.

Beberapa langkah dari pintu mobil, Raya melepaskan tautan tanganya. 
“Sudah tak ada Mario kan?” batin Raya memperhatikan sekeliling.
 
Mondy yang tak terima mengernyit dan menghentikan langkahnya. 
Menyadari tangan Raya sudah mengarah handle pintu, Mondy pun segera menyusul bermaksud membukakan pintu untuk tuan puterinya. 

Tangan keduanya beradu pada handle pintu. 

Raya hanya melenguh dan geleng-geleng kepala. Matanya mengisyaratkan tak perlu dibukakan pintu.
 
Tapi Mondy masih menguncinya dan malas menekan tombol unlock pada kunci alarm-nya.

"Mon..pliss..." pinta Raya merajuk. Ia sudah merasa jengah. Ia ingin buru-buru masuk dan duduk bersandar dengan nyamanya di dalam mobil.

Mondy hanya senyum-senyum menikmati ekspresi Raya.
“Mon…. Plis…." Raya kembali merajuk.

“Ada yang kelupaan yank." ucap Mondy tampak serius.

"Apaan?" Raya bingung.
"Kayaknya aku masih ngutang deh. Dan belum bayar....." ucap Mondy lagi masih dalam nada serius. Raya mengarahkan pandangan ke resto Kantin lalu beralih ke Mondy. 

Mondy menggeleng.

"Emang kamu ngutang sama siapa? Berapa? Buat apa? Kenapa sampe lupa? Galfok ya? Ya udah buruan di bayar dulu. Kamu mah malu-maluin…" gerutu Raya yang mulai beralih ke Mondy, setelah mengarahkan pandangan ke Kantin Resto.

Berondongan pertanyaan Raya tak dijawab Mondy dan hanya membuat Mondy garuk-garuk kepala  memasang ekspresi kesal. Ia pun masih tetap ditempat tak beranjak sedikitpun.
 
Raya makin bingung dan tampak berpikir ekstra. Muka bete Mondy hal paling tak nyaman baginya, hingga Raya tak menyadari Mondy sudah mempertipis jarak keduanya, entah sejak kapan Mondy berajalan mendekat.

JANGAN SALAHKAN CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang