Short Story - Five Years Later...

36.7K 2K 109
                                    

"Faster, Ted!"

Emily menggeram pelan kehilangan kesabarannya. Teddy menghimpit tubuhnya dan penuh mengisinya.

"Soon, babe," bisik Teddy sama tidak sabarnya kepada tengkuk gadis itu saat menyembunyikan kepalanya di sana.

Apalagi Emily menahan pinggang bagian belakang Teddy kuat, yang artinya Teddy bebas melepaskan benihnya tanpa perlu repot-repot menarik tubuhnya.

Lima tahun pernikahan mereka dan lima tahun lamanya mereka rutin berhubungan sudah membuat Teddy mengenal arti dari sentuhan-sentuhan Emily.

Tangan Emily yang menahan di pundak Teddy berarti dia tidak mau Teddy memberikan pelepasannya di dalam tubuhnya, karena dia sedang dalam masa subur. Sementara tangan Emily yang menahan pinggang Teddy berarti dia mau dipenuhi oleh lelaki itu, seperti hari ini. Walau berita buruknya berarti gadis itu tidak sedang dalam masa subur dan Teddy lagi-lagi gagal menghamilinya.

Emily mengambil jurusan matematika saat kuliah S1 nya. Dia pernah sangat membenci angka karena terlalu banyak belajar sampai-sampai dia tidak mau bekerja yang terlibat dengan angka sama sekali.

Namun kini dia mengaplikasikannya dengan sangat baik. Tidak pernah sekalipun dia gagal dalam lima tahun terakhir untuk menghitung masa suburnya sendiri selama berhubungan dengan Teddy.

Emily melenguh puas setelah Teddy berhasil mengisi penuh tubuhnya. Tubuhnya melengkung dan kedua tungkai kakinya terangkat tinggi.

Teddy melepaskan dirinya dan kini berbaring di sisinya. Emily mengembalikan kesadarannya dan berjalan ke kamar mandi.

Teddy mengawasi tubuh mungil yang tidak berubah sama sekali semenjak hari pertama pernikahannya itu menjauh ke arah kamar mandi. Dia menghela napas panjang. Lagi-lagi benih yang ditanamnya akan terbuang sia-sia. Emily punya kebiasaan membersihkan organ intimnya setelah mereka berhubungan sekarang. Takut jadi katanya.

Teddy kadang masih belum paham. Kenapa Emily masih belum mau mengandung anak darinya. Usia pernikahan mereka sudah lima tahun sekarang. Janji mereka pada Mama Teddy sudah kadaluarsa dua tahun yang lalu, setelah Teddy mengantongi gelar sarjananya. Sepertinya dugaan Teddy bahwa Emily menunda punya anak darinya karena permintaan Mama salah besar. Mungkin Emily punya pertimbangan lain yang Teddy tidak tahu apa.

Tidak sampai lima menit, Emily kembali naik ke atas ranjang dan menduduki Teddy-nya.

Teddy tersenyum. Perempuan itu masih belum puas dan Teddy masih akan mendapatkan ronde selanjutnya.

"We only have two hours, Ems," Teddy mengingatkan.

"Karena kita cuma punya waktu dua jam. I'm gonna miss this a lot." Emily menggesekkan dudukannya di tubuh Teddy, membuat lelaki itu sedikit menegang. Emilynya masih basah.

"Kan kita masih bisa setelah sampai di Jakarta." Kata Teddy masih berusaha fokus, tangannya mengusap punggung Emily, sesekali membantunya maju.

Emily memutar bola matanya, "we are staying in your parent house. Mama kamu kan bawel banget. Mana bisa kita begini di kamar sepanjang hari."

Mau tidak mau Teddy tersenyum. Emily tidak menolak idenya untuk tinggal di rumah orang tua Teddy walau dia tiada hentinya menggerutu. Mereka akan tinggal di sana setelah ini untuk menemani orang tuanya. Mereka akan meninggalkan negara ini selamanya dan kembali ke Indonesia, sesuai dengan rencana mereka sejak lima tahun yang lalu.

Emily dan Teddy akan berangkat dengan penerbangan sore hari ini ke Jakarta. Hampir seluruh barang mereka sudah di-packing dan dikirim langsung ke Jakarta lebih dulu menggunakan shipping. Mereka hanya tinggal membawa dua koper berisi pakaian bersama dengan mereka.

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang