8. Nightmare and Family

26.1K 1.7K 15
                                    

Emily sudah tertidur. Sementara Teddy masih terjaga.

Emily memang selalu lebih cepat melenyapkan kesadaran dibanding lelaki itu. Apalagi kalau dia tidur sambil memeluk Teddynya. Sementara Teddy sebaliknya. Dia malah gelisah dan kesulitan tidur kalau Emily tidur sambil memeluknya. Masalah lelaki.

Teddy senang Emily memutuskan tidur tanpa mengambil kaosnya lagi. Emily hanya memakai thongnya dan menarik selimut menutupi tubuhnya karena kedinginan sebelum tertidur.

Teddy merapikan anak-anak rambut berantakan yang jatuh ke wajah Emily untuk bisa melihat bintik merah di hidungnya. Teddy suka dengan bintik merah di wajahnya itu. Menurutnya Emily cantik seperti itu. Ditambah hidung mencuatnya, bulu mata lentik dan alis cokelat tebalnya. Teddy suka semuanya.

Teddy bersumpah dia tidak melakukan apapun lebih dari merapikan rambut Emily. Dan dia heran kenapa Emily seolah sangat terusik dalam tidurnya. Bola mata dibalik kelopaknya bergerak-gerak gelisah dan kening diantara kedua alisnya berkerut serta kedua tangannya menggenggam udara sangat keras.

Emily mulai merengek dalam tidurnya. Dan Teddy tahu gadis itu sedang mimpi buruk.

Teddy mengusap-usap kulit mulus punggungnya untuk sedikit menenangkan. Emily bergerak perlahan mendekati Teddy dan memeluknya.

Emily masih merengek dan bergumam tidak jelas dalam pelukan Teddy sementara dia masih menepuk punggung Emily pelan-pelan.

"Dad.. Ungh.. Please.." Emily bergumam dalam tidurnya.

Kalau barusan Teddy tidak salah dengar, ini kali kedua Emily bermimpi buruk tentang ayahnya. Tentang keluarganya. Dan Teddy salah karena sempat mengira gadis itu memimpikan angka.

Teddy tidak tahu ada apa antara Emily dengan keluarga atau ayahnya. Karena Emily tidak pernah cerita. Bahkan Teddy belum pernah mendengarnya berbicara dengan ayahnya sekalipun setahun belakangan ini.

Namun mimpi buruk Emily selalu karena sesuatu yang mengganggu pikirannya. Karena itu mimpi tentang angka begitu menghantuinya sejak beberapa tahun yang lalu. Walau setelah Teddy ingat-ingat, gadis itu sudah cukup lama tidak bermimpi buruk lagi. Sejak dia pindah ke negara ini dan tidak bertemu dengan angka dan formula.

Baru belakangan ini mimpi buruk Emily kembali. Dan kali ini berbeda. Penyebab mimpi buruknya adalah keluarga dan ayahnya. Dan Teddy bertanya-tanya kenapa.

***

"Iya, Mam. Aku udah dengar dari Felicia."

Teddy menjepit ponsel di antara pundak dan telinganya sementara tangannya sibuk membuka kaleng jamur.

Teddy kemudian tertawa mendengar kata-kata dari telepon.

"Aku baru balik Jakarta belum dua minggu, mana bisa aku balik lagi buat nikahannya Felicia. Aku masih  di tengah-tengah semester juga kan. Felicia pasti ngerti kok."

Teddy mendengar suara dari arah punggungnya. Dia menemukan Emily dengan muka bangun tidurnya saat menengok.

Emily kelihatan tidak peduli dengan Teddy, apa yang sedang dilakukan maupun dengan siapa dia bicara di telepon. Dia berjalan tergopoh-gopoh menghampiri kulkas dan membukanya.

"Iya, Mam. Aku nggak kurang apapun kok di sini. Aku baik-baik aja."

Teddy melihat Emily memamerkan pantat kepada Teddy untuk mengambil botol berisi susu di rak paling bawah.

Emily membuka dan menegak isinya langsung dari botol berukuran satu liter itu. Beberapa tegak dan Emily kembali menutup serta mengembalikan ke tempat semula.

Dan Emily memberikan kesempatan lagi untuk Teddy dengan kembali memamerkan pantatnya untuk kedua kalinya sewaktu mengambil selai raspberry. Emily memulai kebiasaannya dengan memasukan jarinya ke dalam botol selai dan menjilatinya.

Resep raspberry milk ala Emily. Dan Teddy tertarik mencobanya kalau bisa menyicipinya dari jari Emily.

Teddy berjengit saat telinganya berdengung mendengar suara lantang Mamanya dari telepon. Karena tanpa disadarinya Teddy mengabaikan lawan bicaranya karena si pantat.

"Ya, aku dengar, Mam. Aku betah kok di sini. Mama nggak perlu khawatir, oke?"

Emily sudah lebih segar dan dia baru sadar Teddy berada di dapur juga mengawasinya sejak tadi. Emily menopangkan kepala pada lengannya dan bersandar di meja dapur menunggu Teddy.

"Sebentar lagi aku pergi kuliah dan part-time sampai sore." lanjut Teddy, "Iya, oke. Aku telepon lagi kapan-kapan, Mam. Bye."

Teddy menutup teleponnya dan meletakkannya di samping rak piring.

"Your mom?"  tanya Emily masih mengawasinya.

Teddy mengangguk. Tangannya kembali sibuk dengan jamur kaleng yang sudah berhasil dibukanya walau dia masih menunggu. Teddy mengira Emily akan menanyakan sesuatu tentang Mamanya walau ternyata makanan di depan mereka lebih menarik untuknya. Atau memang topik keluarga sama sekali tidak menarik untuk Emily.

"Kamu masak apa?"

"Omelette. Kamu mau juga kan?"

Emily mengangguk.

"Aku nggak pernah lihat kamu telepon Papa kamu. Dia baik-baik aja?" tanya Teddy akhirnya.

Emily hanya memiliki seorang ayah dan kakak laki-laki karena ibunya sudah meninggal sejak dia kecil. Teddy tahu fakta itu.

"No news means good news." jawabnya masih tidak terlalu tertarik.

"But still. Won't you miss him?"

Emily memandangnya datar tanpa jawaban. Dan Teddy tidak paham arti ekspresinya.

"Kenapa kamu tiba-tiba tertarik sama hal-hal kayak begini?" tanya Emily akhirnya masih dengan ekspresi datarnya, "Kamu nggak pernah menanyakan tentang keluarga aku sebelumnya dan tiba-tiba kamu tertarik? You don't think just because last night we make out more, we could talk freely about anything, do you?"

Mood Emily sedang buruk. Teddy seketika tahu itu. Mungkin sebentar lagi Emily akan datang bulan. Karena kadang Emily bersikap seketus itu kepadanya kalau akan datang bulan. Atau mungkin..

"Kamu mimpi buruk apa semalam?" tanya Teddy akhirnya berhati-hati.

Emily menyernyitkan keningnya terkejut. Lelaki itu tahu apa membuat otaknya penuh dan pening pagi ini.

"Kamu bergumam nggak jelas semalam, Ems." jelas Teddy menjawab wajah heran Emily.

Emily mendengus pelan sambil menunduk. Dia malas menjelaskan. Karena menjelaskan membuat kepalanya semakin sakit.

Teddy membersihkan tangannya sebelum mendekati Emily. Dia paham apa yang dibutuhkan gadis itu saat ini karena Teddy sudah sering melakukannya. Tangannya mengusap kepala Emily dan menyandarkannya di bahunya sendiri.

Emily menutup matanya. Tangan Teddy yang mengelus kepalanya membuatnya sedikit merasa lebih baik.

"I hate them, Ted." Emily akhirnya bersuara, "They ruined my sleep. I'd a headache."

"Who are they, Ems?" tanya Teddy yang masih baru menduga-duga. Mendengar gumaman Emily semalam, dan mimpi buruknya belakangan, sepertinya Teddy tahu yang dimaksud.

Walau dia masih menunggu jawaban. Dan Emily bungkam.

***

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang