22. at Best Friend's Apartment

20.3K 1.5K 49
                                    

Teddy memberikan cengiran lebarnya segera setelah pintu dibukakan, seolah sudah tahu siapa yang akan menyambutnya.

Gadis cantik berambut panjang membukakan Teddy dan Emily pintu, dan bersamaan dengan itu gadis itu memekik kegirangan.

"Teddy!" Felicia memeluk Teddy dengan erat, melepaskan kerinduannya.

Teddy membalas pelukan Felicia walau tangan kanannya masih menggandeng Emily, dan Teddy menahan ringisan saat Emily melampiaskan rasa kesal dengan meremas tangan lelaki itu.

"Sorry ya ngerepotin kamu." Kata Teddy setelah mereka melepaskan diri dari acara lepas kangen mereka.

"Nggak ngerepotin kok," kata Felicia cepat sementara matanya mencari sosok wanita yang tersembunyi di balik tubuh Teddy.

Felicia memang selalu berusaha ramah dengan Emily, baik satu tahun yang lalu maupun sekarang. Karena wanita itu adalah wanita yang berhasil membuat Teddy, sahabat terbaiknya, tergila-gila.

Sebaliknya, Teddy melihat wajah Emily yang begitu antipati, baik setahun yang lalu maupun sekarang, kepada sahabat kecilnya ini. Emily tidak menunjukkan senyumannya sama sekali saat Felicia memberikan senyuman ramahnya. Dan Teddy merasa tidak enak karenanya. Pasalnya Teddy dan Emily akan menumpang di apartemen milik Felicia dan suaminya malam ini.

"Masuk," kata Felicia buru-buru mempersilakan mereka berdua masuk.

Teddy menggandeng Emily yang kesusahan dengan kebaya panjangnya untuk masuk ke apartemen itu.

"Mana Aldrich?" Tanya Teddy yang sedetik kemudian menemukan jawabannya karena Aldrich sedang duduk di sofa, melipat kedua tangannya, menolak bertatapan dengan satu pun dari mereka dan memberikan ekspresi antipati yang sama persis dengan Emily.

Teddy menghela napas lelah, kenapa Felicia dan dia sama-sama terjebak untuk menyukai orang angkuh dan tidak bersahabat seperti Emily dan Aldrich. Padahal dulu dia dan Felicia suka berandai-andai untuk bisa kencan bersama kalau mereka sama-sama sudah punya pacar. Siapa yang menyangka pacar mereka berdua setidak bersahabat ini. Kini impian itu hanya bisa menjadi perandaian belaka.

"Hai, Aldrich," sapa Teddy walau dia sudah tahu tidak akan mendapatkan balasan apapun.

Teddy dan Felicia saling berpandangan bingung dengan pertemuan canggung ini.

"Oiya, Fel, boleh pinjam baju kamu?" kata Teddy sambil sedikit mengangkat gandengannya dengan Emily untuk menunjukkan bahwa gadis itu butuh pakaian ganti.

"Oh iya. Sebentar ya aku ambilin dulu," Felicia kemudian masuk ke dalam kamar.

Teddy mempersilakan dirinya sendiri dan Emily untuk duduk, sementara Aldrich masih mengacuhkan mereka.

Tidak sampai satu menit Felicia kembali muncul dengan membawa satu set piyama, "Ini buat tidur malam ini ya. Aku sekalian bawain penghapus make-up sama kapas juga. Handuk sama peralatan mandinya udah ada di kamar mandi, dipakai aja."

"Makasih," Emily menjawab hampir seperti gumaman yang membuat baik Teddy maupun Felicia tersenyum mendengarnya.

Buat Teddy, ini sudah lebih dari perkembangan yang sangat baik.

"Makasih, Fel." kata Teddy mengulang kepada Felicia sebelum berbicara kepada Emily sambil mengelus rambut Emily yang digelung terlalu rapi hari ini, "Kamu mandi dulu ya, babe."

Emily berjalan dengan langkah kecil akibat kebayanya menuju ke kamar mandi. Dia baru berada di dalam kamar mandi kurang dari sepuluh detik sebelum kembali membuka pintu dan membuat mereka semua menengok ke arahnya.

"Ted, bisa bantu aku? Bukain kancingnya." Emily menunjuk sederetan kancing di balik tubuhnya yang membuat kain brukat melekat sempurna di tubuhnya semenjak tadi.

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang