25. Temptation Settlement

20.4K 1.4K 54
                                    

Teddy menghela napas lega setelah berhasil menyusul Emily yang ternyata hanya duduk di tangga teras depan rumahnya.

Emily memang tidak suka dengan pemilik rumah ini yang selalu mencari cara untuk menjauhkan dia dari putra mereka. Tapi Emily tidak akan pergi begitu saja dari rumah ini hanya karena kejadian barusan. Atau lebih tepatnya tidak bisa. Karena dia tidak punya tempat tujuan lain kecuali bersama Teddy. Dan karena lelaki itu butuh bantuan orang tuanya, Emily tidak bisa berbuat apa-apa kecuali meredam kekesalannya dan berusaha bersabar untuk tetap berada di sana.

Teddy mendudukan dirinya di tepat satu anak tangga setelah Emily duduk supaya tinggi mereka tetap sejajar, karena tubuh Emily memang jauh lebih mungil dari tubuh jangkung lelaki itu. Tangannya meraup jemari tangan Emily yang berada di atas pangkuannya. Emily tidak menolak walau wajahnya masih menunjukkan bahwa dia merajuk.

"Maafin Mamaku, Ems," kata Teddy pelan.

"I will never like her! Even for a thousand times!" Gerutu Emily dengan suara yang amat jelas.

"Aku tahu dia keterlaluan kali ini," aku Teddy, "tapi dia nggak punya niat buruk apapun."

"Niatnya jelas," kata Emily lagi, "dia mau aku menjauh dari kamu. Dia nggak suka aku sama kamu."

"Mamaku bukan nggak suka sama kamu. Dia cuma belum bisa terima, Ems."

"Bahwa wanita pilihannya nggak bisa jadi sama kamu dan malah memilih lelaki lain?" Tambah Emily, "she thinks the world is just spinning around her?! Pikirannya terlalu sempit kalau berpikir seperti itu."

Teddy hendak menjelaskan. Namun dia merasa usahanya akan sia-sia. Emily sedang kesal dan apapun yang dikatakannya hanya akan dibantah oleh gadis itu. Oleh karena itu dia memutuskan untuk diam.

Mereka saling berdiaman beberapa saat. Teddy hanya menunggu sampai perasaan gadis itu jauh lebih baik sambil mengusap-usap punggung tangan Emily yang masih berada dalam genggamannya.

"Kamu menyesal?" Emily tiba-tiba membuka suara memecah keheningan di antara mereka.

"Hm? Menyesal kenapa?" Teddy bertanya balik.

"Karena nggak berusaha mengejar Felicia sebelum dia nikah sama lelaki lain seperti yang Mama kamu bilang."

Teddy mengerutkan keningnya dengan tidak paham. "Kamu udah tahu kan sejak kapan aku suka sama kamu?"

Emily memutar bola matanya kelihatan berpikir sebelum kemudian mengangguk sambil menebak, "waktu kamu SMA?"

"Jadi kalau kamu udah tahu, menurut kamu dimana ada jeda waktu dalam hidup aku untuk bisa suka sama perempuan lain dan punya kesempatan menyesal karena nggak mengejar perempuan itu?" Tanyanya retoris masih tidak mengerti bagaimana Emily bisa memperoleh gelar cum laude-nya di jurusan matematika sementara dia tidak paham juga setelah Teddy menjelaskan berkali-kali tentang hal ini.

Emily menaikkan bahunya acuh untuk menjawab walau bibirnya sedikit tertarik ke atas tanda bahwa dia puas dengan tanggapan Teddy barusan.

"Satu-satunya yang buat aku menyesal adalah karena aku nggak pernah meluruskan kesalahpahaman Mama atas hubungan aku sama Felicia dan nggak cerita sama dia tentang kamu dari dulu."

"Memang apa yang bisa berubah dengan cerita tentang aku ke Mama kamu," gerutu Emily sambil menekuk wajahnya karena mengingat kembali orang yang membuatnya kesal hari ini.

"Dia akan bisa lihat kamu dengan cara yang sama dengan gimana aku melihat kamu. Dan dengan begitu dia akan paham kenapa aku bisa suka sama kamu," Teddy menggunakan tangannya yang lain yang tidak menggandeng Emily untuk mengusap pipi gadis itu. Dia mulai tergoda untuk mengecupnya.

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang