26. Debate-in-law

17.7K 1.4K 68
                                    

Emily butuh istirahat, karena Teddy membiarkannya bekerja keras semalam. Namun Mama dari orang yang membuatnya tidak tidur semalam malah membangunkannya pagi-pagi sekali untuk alasan yang menurut Emily sama sekali tidak penting.

Felicia datang.

Ada puluhan alasan yang lebih masuk akal untuk membangunkannya, namun alasan yang satu ini berhasil membuatnya sangat jengkel pagi ini. Terlebih lagi dia baru saja bisa tidur beberapa jam yang lalu, setelah hari hampir pagi dan Teddy meninggalkannya sendirian dengan keluar dari jendela kamar tidurnya.

Rambut Emily berantakan dan matanya bengkak kurang tidur ketika dia baru saja keluar dari kamar setelah lebih dari lima belas menit Mama Thania tiada henti mengetuk pintu kamar tidurnya.

"Mana ada anak gadis masih tidur jam segini," gerutu Mama Thania segera setelah melihat muka bangun tidur Emily saat baru keluar kamar sambil melanjutkan dengan sindiran, "Felicia pagi-pagi udah datang ke rumah bantu Tante buat sarapan."

"Hai, Emily," sapa Felicia tersenyum, "Aku sekalian bawain beberapa baju buat kamu. Nanti siangan kita pergi ke mall, aku temenin beli baju juga. Teddy bilang kamu masih cuma pinjem bajunya dia."

"Nggak apa-apa, kok. Nggak perlu ngerepotin," tolak Emily perlahan. Sebagian karena dia merasa tidak enak dan sebagian lagi karena dia enggan pergi hanya dengan teman kecil Teddy itu. Emily tidak suka suasana kikuk, dan hanya berdua dengan Felicia akan membuatnya merasa demikian.

"Nggak ngerepotin kok. Aku juga memang mau pergi belanja, makanya Teddy bilang mau sekalian ikut dan ajak kamu." Jelas Felicia yang membuat Emily memutuskan bungkam.

"Kalian udah saling kenal?" Tanya Mama Thania yang nampak kecewa karena merasa rencananya sepertinya akan kurang berhasil. Rencana untuk mengenalkan teman sejak kecil Teddy yang sangat cantik dan paling mengenal putranya tersebut.

Felicia mengangguk, "Ya pasti kenal dong Tante, Teddy kan udah sering cerita tentang Emily."

Mama Thania hanya ber-oh tidak tertarik sementara Emily tidak bisa menutupi rona merah pada bintik wajahnya.

"Ayo, kita sarapan, Fel," ajak Mama Thania berusaha mengindahkan gadis itu.

"Iya, Tante," jawab Felicia sebelum dia berbicara kepada Emily, "Ayo, kita sarapan."

"Dia belum bersih-bersih. Biarin aja dia," kata Mama Thania berusaha menarik Felicia menjauh dari gadis itu, "dia baru bangun, rambut aja masih berantakan begitu."

Emily memandang keduanya bergantian dengan acuh sebelum kembali masuk ke dalam kamar tidak peduli.

"Kamu lihat kan kelakuannya seperti apa?" Adu Mama Thania dengan kesal kepada Felicia, "Nggak ada sopan santunnya! Nggak tahu siapa yang ajarin begitu. Yang paling tante heran, kok bisa Teddy suka sama perempuan kayak begitu."

Felicia hanya meringis mendengar keluhan wanita paruh baya tersebut. Tujuannya datang ke rumah sahabatnya pagi-pagi begini untuk membantu meyakinkan kedua orang tua sahabatnya tersebut tentang hubungan Teddy dan Emily. Tapi apa yang bisa dia lakukan kalau Emily, gadis itu, tidak berusaha sama sekali untuk menunjukkan sifat baiknya di depan Mama Teddy.

***

"Kamu udah dateng dari tadi, Fel? Kok nggak ada yang bangunin aku?" Tanya Teddy sambil sedikit menyisir untuk merapikan rambut dengan jari-jarinya. Wajah bantalnya menunjukkan bahwa dia baru saja terbangun dari tidurnya.

"Nggak kok, baru selesai temenin Tante sarapan." Jelas Felicia yang masih duduk di ruang makan rumah lelaki itu bersama dengan Mama Thania, "Yuk, Ted, sarapan," ajaknya.

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang