19. Separate Ways

24.3K 1.3K 33
                                    

Teddy bermimpi indah semalam.

Emily marah karena gadis itu hamil setelah apa yang mereka lakukan. Dan tentu saja Teddy akan bertanggung jawab. Dia memeluk gadis itu erat sambil mengatakan akan membawanya segera pulang ke Indonesia.

Teddy bahkan masih tersenyum saat dia membuka mata pagi ini. Dia ingin sekali memeluk gadis itu untuk merasakan nyatanya mimpinya.

Namun Teddy tidak dapat menyentuhnya walau sudah memanjangkan tangan ke kanan maupun kiri ranjang. Teddy membuka mata dan tidak menemukan gadis itu di sampingnya.

Teddy heran gadis itu terbangun lebih dulu dari padanya. Hal yang jarang sekali terjadi.

Teddy memakai celananya sambil turun dari ranjang. Rambutnya masih acak-acakan bangun tidur, matanya masih belum terbuka sempurna dan langkahnya oleng saat berjalan menuju kamar mandi.

"Ems?" Panggil Teddy memanjangkan lehernya ke dalam kamar mandi, mengira gadis itu ada di sana walau ternyata dia salah.

Teddy berjalan keluar kamar menuju ruang tamu dan dapur. Emily juga tidak ada di sana. Teddy menyernyitkan alis berpikir. Gadis itu tidak ada kuliah ataupun rencana pergi ke OC hari ini, entah kemana gadis itu pergi.

Di tengah pandangan menerawangnya memikirkan kemungkinan dimana Emily berada, dia menemukan secarik kertas tertempel di atas kulkas.

Emily memang sering menempelkannya di sana untuk meninggalkan pesan atau mengingatkan beberapa hal kepada Teddy sebelum pergi.

Teddy mendekat dan melihat tulisan terburu-buru Emily.  Jantungnya mencelos membaca tulisan Emily. Wajah Teddy menegang dan pikirannya kosong.

I need to go. I have to payback all that I'd received from that old man.
I've paid rental fee to Tina for 2 years. So stay here. Finish your study. Be a honorable chef. Make me proud.
I want you to be happy, Teddy bear. Thank you to be my first. I was really enjoy last night.

Love, Emily

Teddy tidak percaya. Emily pasti bercanda. Mungkin dia akan muncul tiba-tiba di balik pintu sambil menertawakan Teddy yang hanya melongo tolol sekarang.

Teddy menunggu dan tidak ada yang terjadi. Ruangan itu masih sama heningnya, masih sama kosongnya dengan beberapa detik lalu Teddy membaca surat itu. Tubuhnya bergetar hebat. Kakinya lemas dan Teddy yakin sebentar lagi dia akan jatuh ke tanah.

Emilynya pergi.

***


"Mbak? Mbak Emily?"

"Iya aku dengar," bohong Emily dengan nada malas.

Dia tidak menyimak sama sekali seluruh hal yang dikatakan Ichsan, asisten ayahnya yang menjemputnya dari airport di Jakarta. Emily terlalu sibuk dengan lamunannya sambil melihat pemandangan jalanan dari dalam mobil yang ditumpanginya.

Ichsan menjelaskan tiada henti sepanjang perjalanan mereka dari airport menuju ke tempat tujuannya, segala hal yang sudah diminta oleh ayahnya untuk dipersiapkan, mengenai semua yang sedang diurusnya terkait pesta pertunangannya dengan lelaki yang tidak dikenalnya itu, sampai Emily berusaha menulikan telinganya karena tidak tertarik.

Emily sedang memikirkan Teddy. Apakah lelaki itu membaca catatan yang ditinggalkannya di kulkas?  Apakah Teddy akan merindukannya? Karena saat ini dia sudah mulai merindukan lelaki itu. Emily bahkan masih bisa merasakan kehangatan kulit lelaki itu yang menyelimutinya malam sebelumnya. Emily ingin egois. Dia ingin Teddy mengingatnya sama seperti dia akan selalu mengenang Teddy. Dia ingin, seberapa banyak pun pacar yang dimiliki Teddy setelah ini, atau bahkan setelah Teddy menikah dengan wanita manapun, dia tetap ada dalam hati lelaki itu, karena dia adalah yang pertama.

Emily's LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang