Pukul 17:00
Hari terus beranjak malam dan perutku sudah mulai kelaparan, makan terakhir adalah makan siang di rumah calonnya Yudi tadi, dan kini sudah 6 jam perutku kosong, aku gak mau terkena Maag karena menahan makan.
“ bang kita cari makan yuk…perut udah kosong banget nih”
“ makan dimana ya yang enak…ada viewnya yang bagus…” tanya Yusuf
“ eh ke The Peak aja yuk…gw pernah ke sana…pokoknya keren deh..” sahut Salman
“ mmh kata orang-orang sih The peak makanannya standar-standar aja Man… …” ucap Yusuf
“ iya juga sih…belum lagi harganya mahal….ya udah kalo gitu kita ke Kampung Daun…deket-deket situ juga”
“ udah kemana aja deh bang…yang penting ayo sekarang jalan…eh iya kita ajak si Arif ya”
Mobil segera melaju menuju kosan Arif tuk menjemputnya, ternyata dia lagi-lagi mengajak temannya yang bernama Sam, katanya hari ini hari libur Sam, jadi dia harus di ajak. Setelah dari kosan, kami langsung menuju Kampung Daun yang ada di kawasan Lembang dan katanya juga tempatnya enak abiss.
Perjalanan ke Kampung Daun terasa sedikit deg-degan, jalanannya menanjak dan cukup kecil untuk dilewati mobil. “ ayo bang maju terusss….” Ucapku menyemangati Yusuf
Tak lama kami melewati deretan perumahan mewah yang berjajar di dalam sebuah komplek dan obor-obor hiasan di sepanjang jalan yang menunjukkan arah menuju Kampung Daun.
“ duuh ribet ya mau makan aja sampe harus kayak gini..jauh banget” celetuk Arif di jok belakang.
“ yaaa Rif…lo mah payah…diajak seneng-seneng kok malah bete” sahut Sam
“ hehehe habisnya gw keburu laper tau…padahal tadi sebelum kalian dateng…gw mau beli mie ayam pinggir jalan aja tuh”
“ Halah….sukanya mie ayam tho…ya udah ntar beli aja mie ayam di dalam Kampung Daun ya?!” sahut Salman
“ hahaha jangan dooonk…udah jauh-jauh kemari malah pilih yang begituan juga”
Sesampainya di tempat tujuan, kami semua turun dan hawa dingin langsung menyergap tubuhku.
“ hiiii dingin banget ya….abang bawa jaket gak ?” ucapku
“ enggak….emangnya dingin banget ya?” sahut Yusuf sambil mengunci pintu mobil
“ masa abang gak ngerasa….?”
“ hehehe udah biarin aja…ntar abang peluk kamu di dalam”
“ hahaha…boleh..boleh “
Bukan hanya aku saja yang kedinginan, ternyata semuanya menyilangkan tangan di dada, mencari kehangatan di tubuh masing-masing.
Pelayan di depan menghampiri kami, dia menanyakan jumlah orang yang akan masuk, kemudian dia memberikan sebuah nomor saung yang akan jadi tempat bersantap di dalam, petugas di dalam akan menunjukkan saung yang dimaksud.
Di bagian depan ini juga ada banyak aneka dagangan tempo dulu, seperti dodol, gulali dan kue-kue tradisional, ada juga permainan congklak jika ingin memainkannya dan beberapa galeri pakaian dan souvenir yang bisa dibeli.
Kami berjalan terus memasuki bagian dalam Kampung Daun, suasana malam makin romantis dengan kehadiran lampu-lampu berwarna kuning di sisi-sisi jalan, jalanannya juga berkelok-kelok dengan batu-batu hiasan di antara pepohonan menambah kesan tradisional di Kampung Daun ini.
“ aduh segarnya ….bagus juga nih tempatnya ya bang!” ucapku
“ iya…ada suara gemericik air lagi…jadi seperti bener-bener ada di pedesaan “ sahut Yusuf
YOU ARE READING
DOKTER Tolong Aku ( TAMAT )
RandomReupload story,original writer by @METROSEC oktober 2011 ************** Kisah perjumpaanku dengan dokter tampan yang kini telah menjadi kekasihku, banyak rintangan untuk bisa mempertahankan dia namun aku hanyalah manusia yang tak luput dari yang nam...
