Part 17 : Penghibur hati

8.6K 331 13
                                    

Matahari telah bersinar terang, cahayanya sudah masuk ke kamarku, aku bangun dari tidur dan merapikan ranjang. Kemudian ku berjalan ke dapur untuk mengambil air minum, ku lihat pintu dan jendela depan belum terbuka, rupanya Aa atau pun Arif belum bangun padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Ku berjalan ke kamar Aa untuk membangunkannya, ku ketok-ketok pintu kamarnya beberapa kali namun tak ada jawaban ataupun sahutan, kuputuskan untuk mencoba membukanya.

Betapa terkejutnya aku melihat posisi tidur Aa dan Arif yang saling berpelukan tanpa mengenakan sehelai pakaianpun, sementara di lantai berserakan kasur busa dan sebuah piring kecil berisi minyak. Aku memandangi mereka sesaat sebelum kuputuskan untuk menutup pintu kamarnya lagi.

***

Pagi ini, cuacanya cerah, beberapa perahu nelayan sudah pergi melaut sedari tadi, hanya tinggal sedikit perahu yang masih tersisa termasuk perahu uwa (paman). Aa sedang bersiap-siap di perahu, sementara Arif sedang makan pagi di beranda.

“ Rif, lo mau ikut nangkep ikan ?”

“ Ga ah, ntar badan gw jadi gosong…”

“ Gw mau ikut soalnya, ntar lo di rumah sendiri lagi..”

“ Emang Aa ikut juga ?”

“ Ya iyalah orang dia mo nyari nafkah masa ga ikutan”

“ mmmh ya udah deh gw ikut, daripada gw sendirian bengong di rumah..tapi lo ada kaos lengan panjang ga ?”

“ Adaa…tunggu bentar ya..”

Sejurus kemudian, akhirnya Arif ikut dengan kami mencari ikan, dia duduk di sebelah Aa di tengah perahu dan mengobrol sangat akrab dengannya, sementara aku duduk di bagian belakang di samping uwa yang telah beberapa bulan tak ku jumpai..di bagian depan ada 5 anak buah uwa yang membantu mendapatkan tangkapan, badannya terlihat gosong karna matahari, tapi lagi-lagi, mereka hanya mengenakan CD mini yang memperlihatkan tonjolan di tengahnya.

Perahu sudah berhenti di atas spot area dimana ikan-ikan calon tangkapan siap di panen. 5 anak buah uwa dan Aa bekerja keras menarik jala ikan dari bawah laut, sementara uwa memberikan perintah dari atas perahu. Arif dan aku hanya duduk mengatur ikan-ikan yang telah masuk perahu. Beberapa kali Arif memperhatikan 5 anak buah uwa yang hanya mengenakan CD, tangankupun akhirnya mendarat di muka Arif dan mengusapnya.

“ iih rese neh, kenape sih..”

“ jelalatan tuh mata lo…”

“ yee emangnya lo kagak …”

“ dulu…”

“sekarang ?”

“ udah ga …gw lagi males aja..”

“apa gara-gara Yusuf ?”

“ mmmmh …mungkin..”

“ ya udah lupain aja deh, toh dia ga kasih-kasih kabar, itu artinya dia emang bener-bener ga minat sama lo,…., bodoh banget ya dia, org se oke lo ko di tolak…”

“ ngelupain dia ga semudah membalikkan telapak tangan Rif, semuanya jadi serba sulit karna kedekatan kita kemarin semakin menjadi, feel gw dah kebangun banget sama dia…”

“mungkin lo butuh orang lain biar bisa ngelupain si dokter itu..”

“ tuk sekarang ini belum bisa…biarin deh, nanti juga dikit demi dikit akan hilang kali..”

“ ye nanti…..setelah hilang lo baru sadar bahwa badan lo dah jadi kayak anak-anak afrika yang kering kerontang karna kurang gizi..”

***

DOKTER Tolong Aku ( TAMAT )Where stories live. Discover now