SO - BAB 32 (Rated)

27.3K 1.5K 47
                                    

Warning! Mature content.

Diana bangun dengan keadaan tersentak. Ia tak tahu apa yang baru saja dialaminya. Ia merasakan jantungnya berdegup kencang. Tapi, sungguh, ia tak ingat mimpi yang baru saja dialaminya. Kepalanya sakit ketika dipaksa untuk mengingat. Tubuhnya luar biasa kebas seolah baru saja memikul beban berat. Satu-satunya yang Diana lakukan setelah menyadari dirinya berada di kamar tidurnya sendiri adalah mengerang seraya mengenyakkan kembali tubuhnya ke ranjang.

Astaga, kenapa tubuhnya luar biasa lelah seperti ini?

Suara hembusan napas keras membuat Diana teralih ke pria di sampingnya. Ryan tidur dalam posisi tengkurap, punggungnya terlihat, bisa dipastikan Ryan...

Tanpa busana.

Diana tersentak dan mengintip ke balik selimutnya. Oh, ya Tuhan, ia hanya menggunakan dalaman. Bagaimana mungkin Diana hanya menggunakan dalaman? Ia tidak ingat kapan dirinya melucuti pakaiannya. Diana ingat pernikahan mereka, pesta yang meriah, tamu yang tak ada habisnya. Kemudian mereka keluar dari gedung dengan suka cita, diiringi keluarga dan kerabat yang menyertai kepergian mereka. Diana masih mengingat kata-kata cinta Ryan, tapi setelahnya, Diana tak ingat apa-apa.

Ya Ampun, Diana bahkan tak mengingat malam pertamanya.

Diana tersentak ketika lengan Ryan mencari-cari, sementara mata pria itu masih terpejam. Diana bingung harus melakukan apa. Beringsut atau menyerahkan diri pada suaminya?

Suami... Astaga, rasanya masih seperti mimpi akhirnya Diana menikah dengan Ryan dan menjadi Nyonya Archer.

Ketika lengan Ryan tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, pria itu membuka satu matanya. Ryan memutar tubuhnya dan mengerjapkan matanya untuk mengumpulkan kesadaran.

"Selamat pagi, Diana," ujar Ryan dengan suara khas bangun tidurnya.

"Pagi," cicit Diana. Ia tak tahu mengapa rasanya begitu gugup. Padahal setiap harinya mereka bangun di ranjang yang sama. Ucapan selamat pagi adalah hal yang lazim mereka lakukan.

"Kau tahu apa yang kusyukuri hari ini?"

"Hm?"

Ryan tersenyum lebar seraya menatap Diana. "Pertama, aku sekarang punya istri. Aku akan bangun seperti ini setiap harinya. Yah, meskipun kita sudah sering melakukan itu. Kedua, aku bersyukur karena tidak harus berangkat ke kantor. Aku bisa bergelung sepanjang hari bersamamu dan kita tidak akan memikirkan hal lainnya. Brengsek, rasanya melelahkan sekali yang semalam itu."

Melelahkan? Apakah ini mungkin efek setelah mereka melakukan hubungan suami istri? Diana juga merasa sangat lelah. Yang sangat disayangkan, Diana tidak bisa mengingat momen-momen kepemilikan Ryan untuk pertama kalinya.

"Kemarilah, Sayang," Ryan mendekatkan tubuhnya dan menarik Diana dalam pelukan. "Aku ingin sekali memelukmu."

Diana bisa merasakan kulitnya yang bersentuhan langsung dengan Ryan. Mereka mungkin sudah saling menyentuh sebelumnya, tapi yang satu ini rasanya terlalu canggung karena banyak bagian tubuh mereka yang terekspos. Diana bahkan bisa merasakan di bawah tangannya, perut datar dan dada bidang Ryan. Sebelumnya mereka mempunyai batasan tersendiri. Ryan jauh lebih terkendali dan tak pernah membiarkan Diana menyentuh langsung kulit tubuhnya atau pria itu akan hilang kendali. Kini Ryan dengan santainya memeluk Diana, dengan kaki yang saling membelit, napas yang menerpa wajah Diana.

Diana merasa pipinya panas karena diperlakukan seperti itu.

Ryan mengecup hidungnya dan mengusap pipi Diana. "Kau jadi semakin cantik setelah menjadi Nyonya Archer. Diana Archer. Astaga, aku suka sekali nama itu. Kau juga cantik karena terbangun di sampingku sebagai istriku. Kau cantik karena berada di pelukanku pagi ini. Semua ini tak adil untuk wanita di seluruh dunia. Kau terlalu cantik."

Surrender of ObsessionWhere stories live. Discover now