18. Separated and Connected

Start from the beginning
                                    

Mereka terdiam dalam pikiran masing-masing untuk beberapa menit. Air hangat yang membasuh tubuh mereka bagai obat penenang usai kekacauan yang terjadi tadi. Sehun sesekali melingkarkan tangannya ke Luhan dan menciumi leher Luhan pelan, meski tidak se 'agresif' biasanya. Luhan mengerti, dan kadang ia juga mengelus rahang tajam Sehun, seolah-olah mereka berbicara dengan gestur-gestur kecil itu.

"Kau tahu," ucap Luhan setelah kesenyaman yang cukup lama dan menenangkan. "Aku tidak pernah menduga kalau aku bisa jadi kekasihmu."

Sehun mengangkat kepalanya yang tadinya ia rebahkan di bahu kanan Luhan, lalu menatap Luhan dari samping secara dekat, menunggu kata-kata yang akan dikeluarkan kekasihnya.

"Jadi, dulu hidupku hanya berfokus pada satu hal. Fisika. Itu membuatku senang, dan semangat. Aku ingin membuat alat-alat teknologi berbasis IT yang sukses, lalu aku akan menjadi orang yang sangat kaya!" cerita Luhan menggebu-gebu, lalu tertawa renyah. Sehun tersenyum kecil mendengarnya, karena Luhan jarang bercerita sesuatu padanya.

"Tapi saat kau datang waktu itu, menawarkan aku fasilitas yang paling aku inginkan seumur hidupku, aku tidak bisa menolaknya, Sehun, itu adalah tawaran paling menggiurkan seumur hidupku."

"Aku sama sekali tidak berniat jatuh hati padamu. Sejujurnya aku tidak mengerti kenapa aku bisa menyayangim seperti ini. Entah sejak kapan, aku mulai merasa ada hal yang aku inginkan selain berkutat dengan fisika. Aku ingin ada disampingmu selama-lamanya,"

Sehun mengecup pipi kanan Luhan pelan, lalu mengelus rambut basah laki-laki itu, menatapnya penuh rasa sayang. "Kau mau mengajar? Di universitas-ku? Kalau kau terbebani dengan semua fasilitasku, aku hanya akan memberimu sebuah apartemen elit dan profesi dosen. Izinkan aku melakukan itu untukmu, ya?"

Luhan tersenyum berat. "Universitas-mu kan salah satu kampus elit, apa aku pantas mengajar disana? Terlebih lagi, di fakultas teknik?"

"Kenapa tidak? Kau tidak tahu betapa hebatnya bakatmu? Jangankan mengajar sebagai dosen, kurasa kau bisa membuat kampus dengan jurusan utama Fisika. Kau sehebat itu."

Senyum Luhan mengembang mendengarnya. Ada alasan mengapa ia merasa sulit meninggalkan Sehun. Salah satunya adalah Sehun mampu melihat ke dalam Luhan, memahami dan tetap mencintainya, meski ia tahu tidak semua bagian dalam Luhan itu indah.

.

2 minggu setelah rapat besar.

"Menurutmu bagaimana?" tanya Seohyun, memutar tubuhnya di atas panggung. Ia sedang mencoba gaun pernikahannya. Gaun itu melekat sempurna di tubuhnya. Motifnya sederhana tanpa lengan dan panjang mengalir dibelakang hingga menyentuh lantai. Bagian bawah depannya hanya sekitar selutut, menampakkan kaki jenjangnya yang panjang dan halus.

"Bagus," jawab Chanyeol untuk yang ketiga kalinya, dengan wajah datar sekaligus lelah. Sejujurnya ia tidak terlalu tertarik untuk ikut memilih gaun Seohyun. Tapi ibunya memaksanya ikut agar setelan mereka tidak terlihat berbeda. Ia juga tidak mengerti kenapa Seohyun mengganti-ganti gaun yang ingin ia pakai. Menurut Chanyeol, semua gaun itu terlihat sama saja. Seohyun cantik pada dasarnya, dan tidak akan ada gaun yang bisa mengurangi kecantikan wanita itu.

Seohyun menghempaskan kedua tangannya sebal di kedua sisi tubuhnya. "Komentarmu saja saja, Yeol."

"Semuanya memang bagus. Kau mau aku bilang apa?" decak Chanyeol.

"Bantu aku memilih, yang mana lebih bagus, ini untuk pernikahan kita."

Alis Chanyeol berkerut mendengar kata-kata tersebut. "Yang kedua."

"Sebelum ini?"

"Ya."

"Tapi aku lebih suka yang pertama," jawab Seohyun.

[ChanBaek] Half BeatWhere stories live. Discover now