#41 - Keluarga Tak Kasat Mata [04]

864 46 2
                                    

Tubuh ini berjalan tanpa bayang, dalam kegelapan malam bersembunyi.
Terkadang ada yang melihat penuh geram, dan terkadang ada yang menertawakan dengan girang.
Mungkin lebih baik aku dengan segala ketidaksempurnaan ini, mencoba menyapa kalian semua di alam bawah sadar.

Sejenak ane & temen-temen berpikir bahwa semuanya sudah pernah kita jumpai selama ini. Tapi hanya satu, barisan sajak diatas semakin menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah berhenti untuk hidup berdampingan dengan kita. Hampir sepuluh pemuda menjadi saksi bisu atas kejadian malam itu. Sesaat kami diam & melongok ke arah lantai dua dimana kami semua tanpa sengaja telah berkontak dengan sesosok wanita anggun yang tidak pernah kita ketahui rupanya.

Cerita selanjutnya mengambil background di bulan Ramadhan, dimana semua orang percaya di bulan yang suci ini pasti akan menguji banyak kesabaran umatnya dalam menjalankan ibadahnya. Disini TS berperan sebagai setannya karena ga puasa, hehe becandaaa.. 

Jadi waktu itu, aktivitas produksi sedang memasuki masa-masa padatnya. Dimana hampir setiap hari yang namanya deadline itu selalu di depan mata. Udah ga kepikiran mistis lagi karena sesungguhnya lebih ngeri dikejar deadline daripada dikejar hantu. Banyak devisi yang terpaksa beraktivitas hingga pagi menjelang, untuk menyelesaikan masing-masing tanggungannya. Bisa dibilang itu adalah kerja rodi tim yang paling berat yang pernah dialami. Dengan banyaknya aktivitas tadi, kondisi kantor pun jadi sedikit agak ramai karena lalu lalang orang yang berkoordinasi dari satu ruang ke ruangan lain (sekali-kali kita bener-bener kerja hehe). Dan di tengah kesibukan itu, ada satu prioritas lagi yang kebetulan dibebankan untuk devisi ane. Sebuah konsep proyek advertising, yang harus digarap sempurna untuk memenangkan piala penghargaan dari P*n*st*k* Award (anak adver pasti banyak yang tau). Kebetulan waktu itu masa kuliah juga lagi libur (kecuali ane yang ngambil semester perbaikan), jadi kita semua bisa all-out dalam mengerjakan proyek tersebut. Seperti biasa ane & tim spesialis kerja malam langsung briefing untuk ngebantai proyek tersebut. Hampir berjam-jam kita berdiskusi di ruangan kami yang terkenal dengan hawa hitamnya yang menyelimuti. Tapi memang waktu bulan puasa gangguan disini agak kalem, jadi bisa fokus kerja. And then, dini hari kerjaan sudah accomplished, seperti biasa kasur digelar & kami semua nyantai-nyantai dulu. Mulai dari curhat masalah cintalah, nostalgia masa SMA, dll. Tapi dirasa-rasa ceritanya ga global, ga semua ngerti & timbulah niat-niat iseng karena sudah sepi belakangan ini ga ada gangguan mistis.. kita semua sepakat untuk menceritakan pengalaman mistis pribadi. Berharap ada penunggu lain yang mendengarkan & bisa dijahilin sedikit sama mereka malem ini hehe (kita ga nantang ya, Cuma iseng aja toh kondisi waktu itu lagi rame banget).

Seperti biasa & entah kenapa, setiap bagian horor kaya gini ane selalu ditunjuk sebagai starternya seolah udah macam jadi ensiklopedi horor aja. So sedikit selipan cerita aja nih ya, pengalaman real di lain tempat karena menurut temen-temen ane cerita ini ngeri banget – dikenal dengan “Jenengku Ningsih” (read : namaku Ningsih)

Singkat aja, kejadian ini ane alamin sama bokap di daerah Potrosaran, Magelang. Kebetulan ane sendiri asli Magelang sebenernya. Waktu itu ane diajakin bokap ke rumah temennya buat ngumpul-ngumpul. Kebetulan ane kenal deket semua sama temen bokap, karena udah tau dari kecil jadi bisa ngobrol-ngobrol ga mati gaya. Bisa dibilang rumah temen bokap ane ini, gede.. minimalis.. berkesan mewah.. jauh dari horor (Cuma letaknya di tusuk sate pinggir jalan).

Waktu itu, kita semua lagi ngobrol di gazebo luar. Seperti biasalah obrolan-obrolan kilas nostalgia mereka sambil sesekali perjamuan hehe. Sampai pada akhirnya temen bokap yang namanya Om Andi ini nyeletuk ke temen-temen bilang, “Kalian denger suara-suara ga dari sini?” Temen-temen bokap mikir, palingan udah agak kena ini orang mana mungkin pinggir jalan yang suara mobilnya kenceng banget bisa ngedenger suara aneh lainnya. Tapi memang bener, samar-samar dari kejauhan kedengeran suara orang manggil. Sekali dua kali kita denger barengan suara tadi. Saling tengok satu sama lain, dan penasaran udah diujung kepala.. akhirnya beberapa dari kita (ane, bokap, Om Andi, pemilik rumah, sama satu lagi namanya Om Yoni) memberanikan diri untuk mencari sumber suara sambil bawa sapu siapa tau maling. Perlahan menyusuri luasnya rumah ini, sampai pada akhirnya kita yakin kita menuju arah suara itu.

RandomCreepypasta [RanCreep]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang