#30 - SANTET (PART 4)

1.3K 90 2
                                    

Setelah sampai, ternyata dirumah kang Asep udah ada beberapa orang tetangganya yang sedang menjenguk. Tapi begitu kami datang mereka berpamitan pulang, seperti mengerti mereka tak mau mengganggu privasi. Sementara teh Ratih tampak tenang diranjang, walaupun masih setengah sadar. Menurut kang Asep semenjak dari kemarin teh Ratih belum kumat lagi, dia udah mulai tidur tidak seperti sebelum-sebelumnya.

“sekarang aja pa dimulai ?” pinta kang Asep kepada bapak.

Bapak langsung bergerak membuka isi ranselnya, menyiapkan beras yang kemudian dituangkan kedalam mangkok. Sebutir telur ditaruh diatas beras, sedangkan kujang diletakan berdampingan. bapak menyuruh kang Asep agar teh ratih dibopong keruang tengah.

Digelarlah tikar, teh ratih tidur terlentang diatasnya tanpa bantal, setelah bapak menyiprat-nyipratkan air keseluruh tubuh teh Ratih, kemudian tubuhnya ditutupi kain batik bermotif merak yang sudah bapak bawa. Kini teh Ratih terlentang seperti mayat ditutupi kain, tapi anehnya kali ini dia tidak melawan, malah pasrah saja seperti orang kebingungan. Bapak menyuruh kami yang berada disitu untuk membaca ayat kursi berulang-ulang. Katanya untuk menjaga tubuhnya agar tak dimasukin setan sembarangan, selama bapak pergi untuk menyusul teh Ratih kealam gaib.

Bapak bersila sambil memejamkan mata, mulutnya komat-kamit seperti biasa melafalkan doa. Sedangkan saya, kang Asep beserta mertua dan adik iparnya membaca ayat kursi tak henti-henti. Mungkin sekitar setengah jam man tidak ada perubahan berarti kami masih tetap seperti ini, hingga akhirnya tubuh teh Ratih yang tertutup kain batik itu menggelapar-gelepar seperti ikan didaratan.

Bulu kuduk saya merinding ketika menyaksikan kejadian tersebut, kami yang berada dibelakang bapak saling menatap kebingungan. Kang Asep hendak menghampiri istrinya yang masih menggelepar, tapi saya menahan. Saya mengingatkan mungkin sebaiknya kita tidak melakukan apa-apa dulu sebelum mendengar perintah selanjutnya dari Bapak. Maka kamipun melanjutkan membaca ayat kursi seperti yang diperintahkan tadi.

Tidak begitu lama sekitar dua puluh menitan, tiba-tiba tubuh teh Ratih bangun, dia menarik nafas panjang seperti seseorang yang baru saja tenggelam didalam air. Sontak kami semua loncat karena kaget, terutama mertua kang Asep yang sudah tua mengucapkan istigfar beberapa kali sambil mengelus dadanya.

“kang ?” begitu sadar teh Ratih langsung memanggil suaminya. Kemudian ia bangun dan memeluk ibunya yang masih merasa kaget. Kedua wanita itu saling berpelukan sambil menangis.

Setelah semuanya kondusif, dan teh Ratih terasadar, kami duduk diruang tengah, kang asep yang mungkin penasaran bertanya kepada istrinnya apa yang terjadi selama ia sakit. Maka teh Ratih mulai menceritakan pengalaman horronya kepada kami.

Menurut teh ratih kejadian itu berawal disatu hari sebelum ia sakit, waktu itu jam 11 malam ia masih ingat karena saat menonton tv dan merasa ngantuk. maka setelah melihat jam ia memutuskan untuk tidur. Teh ratih sendirian dirumah karena kang Asep sedang mengantar nanas pesenan ke daerah purwakarta waktu itu.

Ketika teh Ratih baru beberapa menit menutup mata, terdengar suara ketukan dipintu. Kemudian ia bangun dan membuka pintu, terlihat dua orang pria berdiri didepannya. Yang satu menggunakan kaos oblong, dan yang satu lagi mengenakan jaket kulit. Dengan nada terburu-buru pria yang mengenakan jaket memberitahu bahwa kang Asep kecelakaan, dan dipastikan tewas. Jasadnya sekarang berada dirumah sakit.

Teh Ratih yang mendengar kabar tersebut, merasa kaget. Ingatannya mungkin berada pada titik sadar dan tidak sadar. Lututnya merasa lemas dan ingin pingsan, bahkan ia menangis berteriak-teriak, kedua pria itu mencoba menenangkan teh Ratih. Menurut teh Ratih kalau dipikir sekarang tidak masuk akal katanya, waktu itu ia menangis cukup kencang sambil beteriak-teriak memanggil kang Asep tapi anehnya tak ada satu tetanggapun yang datang.

RandomCreepypasta [RanCreep]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang