#28 - SANTET (PART 2)

1.3K 97 7
                                    

Begitu lampu motor perlahan menyorot cahaya mata itu, kaget bukan kepalang sampe saya tak sengaja menekan klakson. Seekor anjing hitam berdiri persis ditengah jalan. Tubuhnya seukuran anjing normal, tapi bulunya hitam legam, matanya berwarna hijau. dengan lidah terjulur keluar anjing itu menatap kami berdua.
Seketika bulu kuduk saya merinding, tentu saja ini bukan anjing biasa. Walaupun dikampung saya ada yang punya anjing, saya yakin tak pernah melihat anjing dengan warna hitam, jadi bisa dipastikan ini bukan anjing milik warga. Bapak mengusir dengan melambai-lambaikan tangan sambil bilang huss..huss. tapi anjing itu tak terusik sedikitpun.

Mungkin karena bapak kesal karena si anjing tak mau juga pergi, maka bapak menyuruh saya untuk jalan saja. lagian anjing itu berdiri ditengah jalan, mungkin kita bisa jalan dipinggir saja mengingat ini jalanan lebar. Tapi saya tak berani, menolak permintaan bapak. Entah kenapa walaupun itu seekor anjing dan saya sering melihat anjing tapi perasaan takut tak bisa dibohongi mungkin karena melihat kelakuan anjing yang seperti itu pada malam hari terasa tidak wajar. Maka bapak memutuskan untuk membonceng saya dibelakang.

Baru saja kita berjalan sebentar anjing itu berdiri sigap. Matanya yang tadi polos bulat kini menyipit menatap kami, menunjukan gigi runcingnya seperti hendak menerkam. Karena kaget bapak menginjak rem, waktu itu saya benar-benar ketakutan setengah mati sampai tanpa disadari memeluk pinggang bapak kuat-kuat.
Si anjing menggong-gong keras kearah kami. Bayangkan suara gonggongan anjing malam-malam ditengah kebun teh yang gelap gulita. Suara itu membahana dan menimbulkan gema, saya komat-kamit membaca ayat kursi, entah bacaan saya benar atau salah saya tak ingat lagi karena saking paniknya. Tapi bapak malah menatap anjing itu seolah sedang menantangnya, tapi kayanya bapak deg-degan juga, soalnya waktu saya ketakutan dan meluk pinggang bapak terasa jantungnya berdetak dengan kecang didada.

Anjing itu tampaknya menyuruh kami untuk pulang, seakan-akan menghalangi kami untuk datang kerumah kang Asep. saya tak berani melihat kearah anjing itu, tapi sesekali mengintip dari pundak bapak, anjing itu tampak geram seperti ingin menyerang kami. Saya terus melafalkan ayat kursi kali ini dengan suara keras karena saking takutnya.

Bapak dan anjing itu saling bertatapan cukup lama seperti sedang melakukan perbincangan secara batin, saya hanya menduga saja tak bisa memastikan. Hingga kemudian suara handphone bapak berdering kembali, tapi bapak sepertinya tidak terusik sama sekali terus beratapan dengan anjing itu. Karena saya merasa gelisah dan takut mendengar suara handpone dalam kesunyian, saya memberanikan diri mengambil handphone bapak dari saku jaketnya. Ternyata Kang asep menelpon, kemudian saya mengangkatnya.

“assalamualaikum, punten pa, masih dimana yah ? “

Saya hendak menceritakan apa yang kami alami disini, siapa tahu kang Asep bisa membantu untuk menjemput kami. Tapi saya malah menjawab

“lagi dijalan kang sebentar lagi.” Kemudian saya menutup telponnya saking takutnya. Entah berapa lama bapak dan anjing itu terus bertatapan, hingga anjing itu menggong-gong sejadi-jadinya tanpa henti. Saya menutup telinga karena tidak kuat dengan suaranya yang sangat keras. Sambil menggonggong si anjing mulai melangkahkan kakinya, wajahnya tetap menyeringai hendak menerkam.

Bapak yang merasa ditantang si anjing kemudian turun dari motor. saya yang waktu itu ketakutan mencoba menarik jaket bapak untuk menahannya, tapi bapak malah menggubris tangan saya dan terus berjalan seperti ingin meladeni tantangan si anjing. Tanpa diduga bapak mengeluarkan sebuah lidi dari balik jaketnya, panjangnya sekitar dari jari tengah tangan sampai siku. Mungkin bapak sudah menduga kejadian ini, dan saat tadi dirumah berlama-lama dikamarnya sedang mempersiapkan hal-hal yang mungkin akan terjadi diluar dugaannya.

Bapak mengacungkan lidi tersebut, sambil mengayun-ngayunkannya ke arah si anjing seperti hendak mencambuk. Anjing hitam itu menghentikan langkahnya, namun wajahnya tampak lebih marah. Saya yang waktu itu melihat adegan tersebut panik, takut kalau-kalau si anjing loncat dan menerkam muka bapak. Saya merasa heran bagaimana bisa bapak melawan seekor anjing yang tampak ganas dengan sebatang lidi.

RandomCreepypasta [RanCreep]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang