#39 - Keluarga Tak Kasat Mata [02]

1.1K 47 0
                                    

Kula pinarak rumiyin nggih.. Sebuah kata yang terus terngiang di benak kami. Pikiran kami sudah bercampur aduk antara wajah & suara dari sosok tadi. Beberapa dari kami sengaja memalingkan wajah dari pemandangan tersebut. Ada juga yang sengaja menutup wajahnya, sambil terus mengatakan “Astaghfirullah.. Astagfirullah.. Astagfirullah..” berulang-ulang. Niat sudah kacau antara ada keinginan untuk lari atau tetap pasrah di ruangan ini. Jelas untuk lari dari ruangan tadi kita harus menerobos pintu tempat dimana sosok itu menampakkan dirinya. Perlahan-lahan kami membuka sedikit pandangan kami ke jendela tadi sembari berharap wujud tadi segera lenyap dari pandangan. Ketika kami membuka pandangan perlahan, dan yang terjadi.

Nenek tadi menggoyangkan-goyangkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sambil mengulang ucapan teman ane tadi, “Astaghfirullah.. Astagfirullah.. Astagfirullah..” Kamipun Cuma bisa bengong melihat kejadian itu. Antara takut, gundah gulana & putus asa atas segala usaha untuk kabur. Sekali lagi mata terpejam dengan harapan yang masih sama. Akhirnya setelah beberapa saat, kami sedikit bernafas lega karena si nenek sudah pergi. Serentak kami lari menuju ruang tengah menghampiri kedua teman kami yang masih sibuk disana. Langsung kami paparkan semua kejadian yang kami alami barusan, tapi 2 teman kami malah bikin becandaan (udah jadi kebiasaan buat orang yang ga ditampakkin, biasanya kita becandain mereka. Harus liat sendiri biar bisa bilang takut & percaya). Ngobrol.. ngobrol.. ngobrol.. dan pengen banget rasanya pulang, ga kuat mentalnya di hari pertama udah diteror begituan. Tapi jam sudah menunjukkan pukul 2 malam, nanggung juga rasanya kalo harus pulang bentar lagi udah pagi. Akhirnya kami memutuskan untuk tidur berjamaah di ruang tamu sambil nyalain TV.

Kembali ke tahun 2010 – 2011 waktu masih SMA dulu, ane pernah beberapa kali ikutan acara naik gunung bareng beberapa temen SMA (dulu naik gunung belum jadi aktivitas mainstream kaya sekarang). Tujuan kami waktu itu adalah Gunung Merbabu, yang masih kategori aman buat pemula. Waktu itu cuaca memang sedang musim hujan, sepanjang perjalanan kami selalu ditemani selimutan kabut yang perlahan muncul dari balik pepohonan. Segala pertanyaan sudah terangkum di kepala ane dari segala artikel yang sudah ane baca tentang tempat angker yang ada di Gunung Merbabu (waktu itu ane belum pernah mengalami hal supernatural apapun, ada mitos tentang kalau mau liat hantu ya di gunung lah tempatnya). Cerita ini yang membuat ane tertantang buat mulai pendakian di malem hari, jadi segala keraguan ane akan hal tersebut mungkin bisa sedikit terjawab kalo ane beruntung.

Sepanjang jalan pendakian, ane selalu mainin senter ane ke arah pohon sambil nyari-nyari kalo-kalo ada yang aneh di hadapan mata ane. Nihil, padahal ane udah niat banget pengen ngeliat kaya begituan, bahkan di pos pertama (kuburan) ane pun juga ga ngerasa ada yang aneh. Ah.. palingan juga Cuma mitos nih artikel, pencarian terus berlanjut selama perjalanan kami. Sampai pada akhirnya kita sampai di pos 2 yang berupa tanah lapang disana banyak berkumpulan pendaki-pendaki lain yang sedang bermalam sebelum melanjutkan ke puncak. Duduk – duduk sebentar sambil minum, kami semua berdiskusi apakah akan bermalam disini atau tetap lanjut untuk ngejar sunrise? Kami memilih untuk tetap lanjut setelah ambil nafas & bersosialisasi sejenak dengan para pendaki lain. Sesekali ane masih berusaha memainkan senter ane ke setiap arah. Mana mungkin bakalan nongol di tempat beginian orang lagi rame, pikir ane waktu itu. Udara sangat dingin waktu karena hujan gerimis mengiringi langkah kami dari basecamp pendakian sampai ke titik ini.

Kita duduk di sembarang tempat, sambil ngemil sedikit persediaan yang kami bawa. Kerasa senggolan tangan temen ane, waktu ane lagi tiduran buat ngatur nafas. Dia bilang gini “Ssstt.. Gen, aku liat sesuatu di balik pohon yang tumbang itu” sambil dia nunduk kebawah & matiin senternya. Ane langsung dengan sigap ngejawab pelan temen ane yang namanya Ridho ini, “Mana dho, dimana?” Tangan ane langsung nyergap senter dan nyari pohon yang dimaksud Ridho tadi. Wajah ane mendadak pucet, lemes tubuh ane.. dibalik pohon yang tumbang tadi, untuk pertama kalinya ane liat dengan jelas bahkan sangat jelas! Sesosok wanita tertunduk memakai baju putih bersimbah sedikit darah di bajunya. Diluar bayangan ane kalo bakalan ada darahnya segala dan wanita ini lumayan tinggi bersembunyi (mungkin tingginya se-ane 180cm) + mengintip sedikit dari balik pohon (pohon setengah tumbang, jadi Cuma ketutup kakinya doang sisanya ya jelas). Entah kenapa dalam sekejap mata biarpun doi tertunduk ane bisa ngerasain hawa ngeri kaya doi minta tolong gitu. Mungkin dia matinya penasaran kali ya dulunya.

RandomCreepypasta [RanCreep]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang