Sementara Chanyeol yang baru pulang ke hotel tempatnya menginap di Beijing mengusap wajahnya frustasi. Ia sedang merutuki kebodohannya karena tak bisa mendapat petunjuk apapun tentang keberadaan adiknya dan malah mempercayai ucapan Yunho.

"Kenapa kau sangat bodoh Chanyeol, si keparat Yunho itu pasti akan memindahkan Chanhyun ke tempat yang semakin jauh dan tak bisa kau jangkau. Baiklah, kau memang bodoh Park Chanyeol.". Monolognya dengan posisi terlentang di atas ranjang seraya menatap langit-langit kamar hotelnya.

Chanyeol masih dengan posisinya, pikirannya melayang pada kejadian-kejadian sebelumnya. Tiba-tiba saja rasa rindu pada sosok bocah berumur 15 tahun itu membuncah, memenuhi dadanya hingga terasa sesak.

"Chanhyunie, kau dimana? Hyung mencari mu, hyung merindukan mu".

Tanpa sadar air mata Chanyeol yang sudah tak pernah keluar setelah ia bisa bangkit dari kesedihan karena kematian orangtua dan hilangnya Chanhyun itu kembali meluncur dengan bebas. Perlahan tangisan Chanyeol semakin kuat ia merasa telah gagal menjaga adiknya, ia merasa sangat tidak berguna hingga sebuah bisikan menggema terdengar di telinganya untuk pertama kali setelah sekian lama.

"Jangan menangis Channie sayang, kau harus kuat agar bisa menemukan Chanhyunie. Dia sedang sakit parah sekarang, kau harus kuat".

Bisikan itu membuat tangisan Chanyeol seketika berhenti, ia langsung duduk di tengah ranjangnya dan mengedarkan kepalanya namun nihil, tak ada siapapun disana. Apakah ia hanya berhalusinasi? Tapi suara bisikan tadi begitu nyata.

"Siapa kau? Bagaimana bisa kau tau jika Chanhyunie sakit parah?". Masih dengan pandangan mengedar dan mata yang bergerak gelisah. Bahkan Chanyeol sampai mengeluarkan pistolnya dari saku celananya untuk berjaga.

"Aku adalah suara hati mu, bangkitlah!! Chanhyunie membutuhkan mu segera. Dia sakit Channie".

"Ya!! Siapa kau?!". Chanyeol berteriak seperti orang gila namun suara itu tak lagi terdengar, hanya sebuah bayangan seorang lelaki berpakaian serba putih tengah tersenyum padanya yang tertangkap oleh retinanya. Namun itu tak bertahan lama, bayangan itu segera menghilang bagaikan hembusan angin.

"Appa". Gumam Chanyeol lirih saat ia sadar jika bayangan yang telah menghilang tadi adalah appanya yang ia yakini sudah berada di surga.

*******


Lagi, Baekhyun terbangun di tempat serba putih itu. Tempat dimana waktu itu ia bertemu dengan eomma dan appa kandungnya. Mata sipitnya mengedar, hingga sebuah suara lembut menyapa telinganya.

"Chanhyunie, kenapa kau kesini lagi nak?".

"Eomma".

Awalnya samar, lama kelamaan wanita dengan pakaian serba putih itu semakin terlihat jelas di mata sipit Baekhyun.

"Eomma". Ulangnya, wanita cantik itu tersenyum. Ia sendirian tak bersama appa yang waktu itu mendatanginya.

"Iya sayang, ini eomma. Kenapa kau ada disini lagi sayang?". Tangan halus milik Nyonya Park mengusap kepala Baekhyun membuat si kecil memejamkan kedua matanya menikmati usapan dari eommanya.

"Sayang". Panggilan itu membuat Baekhyun membuka matanya, ia menggeleng pelan lalu berucap,"Tidak tau, aku tidak tau kenapa aku disini".

Tangan Nyonya Park yang lembut menangkup kedua pipi bulat Baekhyun, senyumnya begitu menenangkan dengan manik yang menatap lurus ke manik kelam Baekhyun. "Kau harus kembali sayang, kau harus menemui Channie hyung mu. Dia mencari mu".

"Aku tak tau bagaimana rupa dan dimana dia eomma, lalu bagaimana caranya aku menemuinya?".

Nyonya Park tersenyum, ia menarik tubuh Baekhyun ke pelukannya dan mengusap kepala Baekhyun lagi dengan lembut. Lalu Nyonya Park menyingkap kerah Baekhyun dan mengeluarkan kalung berliontin biru safir yang menjuntai di leher si mungil.

[5] Sapphire Blue | BROTHERSHIP | ✔Where stories live. Discover now