Part 17

2.5K 182 59
                                    

Hari cukup gelap saat Baekhyun sampai di kediamannya bersama Chanyeol dihantar oleh L. Ia segera turun dari mobil itu setelah mengucapkan terimakasih pada anak buah kepercayaan ayahnya.

Baekhyun melangkah melewati gerbang dan L segera melajukan mobilnya untuk kembali bertugas di perbatasan. Keduanya tak tahu jika Chanyeol menunggu kedatangannya sejak tadi setelah diadakannya rapat tentang peledakan yang baru terjadi beberapa jam yang lalu itu.

Chanyeol memutuskan untuk tidak ikut timnya. Dia punya alasan, dengan mengatakan jika adik kandungnya yang baru ia ketemukan tak bisa ditinggal sendirian tanpa pengawasan meskipun usianya sudah beranjak remaja.

Chanyeol berkata jika adiknya itu sedikit nakal dan suka keluar malam. Padahal? Bukan cuma nakal dalam hal itu. Kalian pasti tahu bukan kenakalan seorang Byun Baekhyun?

Chanyeol berada di balik tirai cendela besar di rumahnya, mata bulatnya menatap dengan menelisik siapa yang mengantar adiknya pulang. Berharap bisa mengenalinya tapi ternyata itu hanya harapan kosong. Yang mengantar adiknya bahkan tidak turun dari mobil.

"Aku tak bisa melihat wajahnya, sial sekali! Jika memang Baekhyun yang melakukannya bersama teman lelakinya itu bagaimana? Apa yang harus ku lakukan? Oh Tuhan mengapa semua ini terasa begitu rumit? Tidak kah ada jalan untuk membuat adik ku sadar akan perbuatannya?". Chanyeol menggeram, ia sadar betul jika saat ini kesabarannya sedang diuji lagi. Ia bahkan menjambak rambutnya frustasi karena memikirkan cara agar adiknya mengakui perbuatannya.

Chanyeol yakin, sangat yakin jika pelaku peledakan gudang yang kebetulan bersebelahan dengan pabrik industri yang ikut meledak bukan kecelakaan melainkan ada yang sengaja meledakkannya. Dan Chanyeol berspekulasi adiknya lah pelakunya mengingat posisi Baekhyun saat itu berada di Busan. Tempat ledakan terjadi.

"Ayo Chanyeol berpikir, gunakan otak cerdas mu! Kau harus bisa membuatnya mengaku meskipun hanya di depan mu".

Di luar sana, tepatnya di depan pintu utama kediaman keluarga Park, seorang lelaki mungil yang kita kenal bernama Baekhyun sedang berulang kali mengatur nafas. Berusaha menetralkan detak jantungnya yang entah mengapa bekerja dua kali lebih cepat dan berdentum tak karuan secara tiba-tiba. Ini seperti bukan dirinya, karena biasanya si mungil itu akan merasa baik-baik saja bahkan sangat bahagia setiap selesai memberikan amunisi untuk si berry. Rekening rahasia miliknya.

"Kau harus kontrol emosi dan ekspresi byun Baekhyun. Tunjukkan wajah ceria setelah bersenang-senang".

Puk...puk...

Baekhyun memukul kedua pipinya sebanyak dua kali sebelum memutuskan untuk membuka pintu utama.

Ini belum terlalu malam, Baekhyun yakin jika hyung nya itu belum tidur.

"Aku pulaang!!".

Teriak Baekhyun sebagai formalitas. Faktanya ia memang tak pernah melakukan itu, ia hanya menirukan apa yang remaja lakukan pada umumnya lakukan setiap mereka pulang ke rumah agar Chanyeol tak curiga.

Dan sepertinya Chanyeol memang tidak curiga. Terbukti dari senyum yang ia berikan saat menoleh dan langsung berjalan ke arah Baekhyun dari tempatnya ia berdiri mengintai tadi.

"Eoh, kau sudah pulang? Syukurlah, kau pulang dalam keadaan baik-baik saja. Hyung sangat khawatir pada mu".

"Hyung mendoakan ku pulang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja?". Jawab Baekhyun sambil membuka sepatunya dan mengganti dengan sendal rumah yang tersedia di depan pintu masuk.

"Tidak, tentu saja tidak. Hyung hanya lega sudah melihat mu pulang".

"Jangan berlebihan, aku bisa menjaga diri ku sendiri dan aku bukan anak kecil lagi hyung".

[5] Sapphire Blue | BROTHERSHIP | ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt