'Apa? Bagaimana bisa? Apa dia memiliki suatu penyakit yang parah atau semacamnya?'.

Chanyeol menghela nafasnya pelan, "Dia memiliki asma kronis, dan berada di ruangan bersuhu rendah terlalu lama membuat asmanya kambuh, parahnya aku malah menganggapnya sebagai rasa takut ketahuan. Aku jahat kan?".

Chanyeol mendongak, ia melihat bagaimana indahnya langit sore itu. Sejenak ia teringat apa yang dilakukannya pada Baekhyun malam itu lalu melanjutkan kalimatnya. Melanjutkan apa yang ingin curahkan pada wanita yang mencitai dan dicintainya itu.

"Aku merasa bersalah padanya setelah mengetahui bahwa dia adalah Chanhyun hari ini. Dia sungguh menganggap ku sudah mati, dia membenci ku Seul. Dia membenci ku karena aku telah berbohong padanya dan membawanya ke ruangan dingin itu lalu membentaknya seperti ia adalah seorang penjahat yang tengah menutupi kejahatannya".

Selesai dengan kalimat penyesalannya, baik Chanyeol maupun Seulgi sama-sama terdiam selama beberapa detik. Hingga Seulgi lah yang pertama bersuara. Wanita itu menyuarakan kalimat penenang untuk Chanyeol yang sudah mengeluarkan cairan bening dari sudut matanya secara perlahan.

'Perlahan dia akan memaafkan dan menerima mu Chan, ingatlah jika hubungan darah yang membuat kalian bertemu meskipun kalian terpisah cukup lama dan hubungan darah pulalah yang akan membuat hubungan kalian kembali rekat'.

Chanyeol menghela nafasnya, segera ia usap air matanya dan melayangkan sebuah kalimat protes pada ucapan Seulgi, "Masalahnya adalah dia sekarang - ".

'Sebentar Chan, ada panggilan dari ketua'.

Kalimat Chanyeol terhenti, panggilannya ditangguhkan oleh wanitanya karena ada panggilan dari ketua yang membuatnya berpikir ada apakah gerangan sang ketua menelfon tunangannya di waktu jam kerja sudah selesai begini.

Tak sampai lima menit menunggu, sambungannya dengan Seulgi kembali.

'Chan, kau masih disana?'.

"Ne, ada apa? Apa sesuatu sudah terjadi?". Tanya Chanyeol, dan jawaban Seulgi selanjutnya membuat kedua matanya membola.

'Darurat!! Ke markas sekarang!! Pos jaga pintu masuk markas kita meledak'.

"Apa? Baiklah, aku akan segera ke sana".

Dan panggilan itu terputus, Chanyeol segera menaiki motornya dan mengemudikannya dengan kecepatan tinggi sesekali ia mengumpat karena kasus yang harus diselesaikannya kini bertambah satu dalam kurun waktu tak sampai sebulan.

"Bagaimana bisa ini semua terjadi dalam waktu yang berurutan? Ya Tuhan, kasus di Hanyang SHS belum selesai kenapa sekarang beralih ke markas NIS?". Umpat Chanyeol kemudian ia menambah kecepatan laju motornya agar segera sampai di markas besar NIS.

Chanyeol tiba di markas NIS 20 menit kemudian. Disana ia dapat melihat pos jaga pintu masuk yang hancur dan rata dengan tanah. Mata bulatnya menatap garis polisi yang mengelilingi markas NIS. Tanpa kata Chanyeol langsung memasuki markasnya lebih dalam, di sana, di dalam ruang rapat telah berkumpul semua rekan-rekannya.

"Maaf aku terlambat". Ujar Chanyeol setelah menutup pintu ruang rapat dan mengambil duduk di tempat yang kosong sebelah Seulgi.

"Bagaimana? Apa memang tak ada sama sekali tanda-tanda pelakunya?". Tanya ketua NIS yang duduk seorang diri di ujung meja rapat yang ditata melingkar itu.

"Sepertinya jenis bom yang meledakkan pos penjaga pintu masuk kita sama dengan jenis bom yang meledakkan aula Hanyang SHS. Sejenis bom yang dibuat khusus dengan kontrol jarak jauh jadi membuat kita kesulitan untuk menemukan pelakunya". Sehun memberikan hasil analisanya kemudian ia menatap Chanyeol yang baru saja bergabung dan sepertinya lelaki tinggi itu sudah bisa mengikuti rapat terbukti dengan anggukkan pelan yang diberikannya sebagai tanggapan.

[5] Sapphire Blue | BROTHERSHIP | ✔Where stories live. Discover now