BAB 21 - I Hate You

Start from the beginning
                                    

Caramel melirik jam tangannya. Sudah hampir tengah malam. Ini bukan acara pesta di dalam film cinderella. Dia tidak perlu takut dengan jam dua belas malam.

Suasananya tidak jauh berbeda dari saat pertama kali dia lewat dan bertemu gerombolan ini. Hanya saja sekarang ada beberapa perempuan dengan pakaian yang menurutnya tidak sopan. Ditambah motor yang sepertinya makin banyak.

Caramel berdeham beberapa kali untuk mengurangi rasa gugupnya. Dia berjalan dengan bahu tegap tanpa keraguan padahal nyalinya menciut sejak kembali melihat wajah-wajah yang sempat mengeroyok dirinya waktu di depan sekolah. Tidak dia tanggapi pandangan heran orang-orang di sekita. Hingga langkahnya berhenti di depan orang yang sibuk bicara dengan perempuan yang sedang memegang botol minuman.

"Hey Om," sapa Caramel.

Laki-laki dengan rambut hijau itu menoleh. Matanya melebar dengan wajah pucat. "Ng-ngapain lo di sini?"

Caramel mengerutkan keningnya. Dia melangkahkan kakinya untuk sedikit mendekat tapi si lumut mundur tiga langkah dengan wajah ketakutan. Lagi Caramel maju satu langkah dan orang itu kembali mundur tiga langkah.

"Stop! ini kenapa sih?" tanya Caramel bingung. Harusnya dirinya yang takut, bukan orang ini. Iya kan.

"Kita nggak ganggu lo! jangan deket-deket!" kata si lumut.

"B-bos!!! dia kan??" tanya si botak yang waktu itu ikut menghajar Caramel.

Ingat kelakuan si botak Caramel jadi ingin menjalankan niatnya untuk membuat orang ini memakai rok. Lihat saja, masa hanya melihat dia, si botak sudah pucat pasi. Demi seluruh makanan kantin sekolah yang enak, kenapa orang-orang ini takut padanya. Apa sekarang dia sudah lebih menyeramkan daripada ketua geng motor.

"Jangan ganggu kita!" kata lumut.

Caramel memutar bola matanya. Oke percuma bicara dengan kumpulan orang aneh ini. Sepertinya kalau dia tetap mendekat maka mereka akan lari terbirit-birit. Lebih baik dia memasang wajah sok jago agar lebih berwibawa.

"Oke gue nggak akan ganggu kalian! tapi gue mau nanya dulu, dimana si angel sering balapan?" tanya Caramel langsung.

Kumpulan orang di hadapan Caramel saling menatap dengan wajah bingung. Masalahnya yang mereka tahu cewek ini adalah pacar dari orang yang mereka takuti itu. "Susah, nggak tentu dimana. Tapi kami tau tempat dia dan teamnya."

Caramel tersenyum tipis. "Anter gue ke sana."

"Hah?"

Ketempelan, kerasukan, kebanyakan sesajen atau apapun itu Caramel tidak peduli. Dia senang karena semua tidak seseram yang dia bayangkan. Tidak perlu ada maraton malam dan acara tanding bebas.

"Udah pasti ada di sini?" tanya Caramel penasaran.

"Pasti, sebentar lagi ada pertandingan yang lumayan besar," jelas si  botak. Oke kali ini dia memaafkan kesalahan botak itu. Mungkin lain kali dia akan memberikan hadiah minyak penumbuh rambut untuk orang itu.

Caramel menatap tempat billiard yang waktu itu dia datangi dengan Bella. Jadi benar motor hitam itu adalah motor yang pernah dia naiki. Dia duduk di kursi dekat pohon, menunggu Bara keluar dari sana.

Udaranya dingin dan baju Bella tidak terlalu tebal. Caramel bersedekap dengan wajah kesal. Kapan Bara akan keluar. Dia melirik jam tangannya, sudah hampir satu jam dia menunggu di sini.

Kalau bukan untuk hal penting ini. Kalau bukan untuk cowok itu, pasti dia akan memilih untuk tidur saja di rumah dan pura-pura tidak tahu. Toh dia sudah bahagia dengan statusnya sekarang.

Caramel menyipitkan matanya melihat Defan keluar dari sana dengan Thomas. Dia langsung bersembunyi di balik tong sampah. Sial, harusnya tadi dia melompat ke arah pohon. Sekarang dia harus menahan nafas karena bau sampah yang menyengat.

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now