BAB 21 - I Hate You

Start from the beginning
                                    

Caramel mendengus geli dan merangkul bahu Deni. Wajahnya dibua prihatin dengan senyum tertahan. "Jika selembar goceng bisa menyelamatkan duniamu. Aku ikhlas."

Deni tertawa geli dan menoyor kepala Caramel. Cewek ini memang konyol, karena itu dia betah berteman dengan Caramel. "Yaudah ayo!"

Tempat itu tidak terlalu jauh dari rumah Bella. Caramel sudah memperhitungkan kalau-kalau nanti anggota geng si lumut makin bertambah, mungkin dia akan lari ke rumah Bella. Capek tapi itu lebih baik daripada dia mati konyol.

"Sampe sini?" tanya Deni.

"Yoi," jawab Caramel.

Deni menoleh ke kanan dan kiri. Keningnya berkerut dalam. "Di sini kagak ada apa-apa. Lo ngapain ke sini?"

"Ada urusan bentar. Yaudah thanks yaa, lo balik aja sono!" kata Caramel sebelum pergi.

Caramel menghampiri warung kecil pinggir jalan. Di sana ada seorang ibu dengan daster bermotif bunga-bunga dan rambut digulung ke atas. Wajahnya seperti tidak bersahabat tapi dia akan coba bertanya dulu.

"Misi Bu," kata Caramel sebelum duduk di kursi kayu yang ada di samping warung.

"Iya Neng, mau beli apa?" tanya ibu itu ramah.

Caramel menghela nafas lega. Ternyata ibu ini tidak menyeramkan. Dia tersenyum tipis. "Aku mau minuman dingin deh."

"Bu di sini kalau malem suka ada geng-geng gitu ya?" tanya Caramel setelah beberap kali berbasa-basi.

"Yahh gitu Neng, biasa lingkungan sini kan lumayan sepi. Jadi jalanan suka dipake buat balapan-balapan," jelas ibu itu sambil merapikan beberapa kue yang baru saja dikirim.

Caramel menganggukan kepalanya. Akhirnya dia bisa bertanya lebih lanjut. "Hemm kira-kira setiap malem apa ya di sini ada balapan?"

Ibu itu menoleh dengan wajah bingung. "Kayanya malem ini mereka juga pasti bakal dateng. Ada apa Neng?"

"Ehh hehe nggak cuma nanya aja," kata Caramel sambil meringis kecil.

Dia sudah mendapatkan jawabannya. Malam ini juga berarti dia bisa datang ke tempat ini. Helaan nafasnya memberat. Bayangan dijauhi Bara memang menyeramkan tapi dia juga ingin tahu kebenarannya. Terlebih bunda, dia harus membawa Bara pada bunda.

Caramel mengenakan pakaian santai yang dipinjam dari Bella. Dia menggunakan topi baseball milik bang Dirga yang diwariskan secara paksa untuk Bella. Sepatu kets juga sudah dia gunakan. Persiapan kalau nanti harus berlari agar tidak ada insiden sendal putus dan lain sebagainya yang kelihatan konyol.

"Gue berangkat," kata Caramel.

"Ati-ati lo," pesan Bella.

Caramel memutar bola matanya melihat wajah sahabatnya yang kelihatan sangat khawatir. "Gue bukan mau berangkat perang Mbel!"

"Tapi lo pernah dikeroyok sama mereka!" omel Bella.

Caramel menghela nafas panjang. "See gue keliatan nikmatin banget kan? anggep aja gue dora yang lagi jalan-jalan sama monyetnya."

"Sarap," keluh Bella.

"Hehe tenang aja, pokoknya nanti gue bakal langsung kabarin lo," kata Caramel sambil merangkul bahu Bella.

Caramel pergi ke jalanan itu dengan berjalan kaki. Anggap saja sebagai pemanasan. Sebenarnya dia juga takut. Sedikit, karena yang paling dia takutkan bukan dihajar atau apa. Dia takut kalau harus membuat ayah dan bunda khawatir.

Dia sampai di dekat persimpangan jalanan yang dia tuju. Suara-suara motor besar sudah mulai terdengar. Toko-toko pinggir jalan juga sudah tutup. Menyisakan cahaya lampu dari beberapa pekarangan toko.

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now