Akhir Perjalanan Hati

162 2 1
                                    

"AWAL PERJALANAN HATI"

***

Pagi hari, Aji datang ke kampus dengan perban di kepala. Sesampainya di kelas, Aji menghampiri Nayla dan mengatakan bahwa Gio mengalami kecelakaan semalam, yang menyebabkan Gio terluka parah sehingga harus dirawat di rumah sakit.

Padahal sebenarnya hari itu Gio sedang tampil band di acara TV swasta. Gio memohon kepada Agung--salah satu teman di kampus--untuk membantu Gio memberikan dua tangkai bunga berwarna merah dan putih. "Warna merah berarti menolakku,

sedangkan bunga warna putih berarti kau menerimaku" begitu kira-kira skenarionya. Bunga itu akan diberikan ketika Nayla akan menjenguk Gio di rumah sakit. Namun Gio tidak memberitahukan arti dari setiap bunga tersebut kepada Nayla. Memang sengaja seperti itu karena Gio hanya ingin mengetahui isi hati Nayla yang tulus, berharap ada kesinambungan seolah Nayla, mengerti arti semua ini.

Kecemasan mulai mengerayangi tubuh Gio. Bagaimana jika Nayla memilih bunga warna merah, tak ada lagi sudah kesempatan Gio untuk memiliki Nayla, ujar Gio. Kekhawatiran Gio mulai muncul saat Gio melihat Agung mengirimkan pesan singkat ke Gio.

Dengan tenang Agung mengungkapkan bahwa bunga merah yang tidak Nayla pilih. Dengan kata lain Nayla memilih bunga berwarna putih, seolah Nayla mengerti maksud dari hati ini dan berkata "iya.. aku menerimanya". Tapi apa benar Nayla mengerti maksud skenerio ini?

Kuliah pun selesai dan Nayla mengajak Agung untuk segera melihat kondisi Gio di rumah sakit. Bukannya membawa Nayla ke rumah sakit, Agung malah membawa mobilnya ke acara TV swasta tempat Gio mengisi acara. Sesampai disana, Nayla melihat Gio dengan marah dan kesal karena telah dibohongi. Namun Gio mencoba untuk membujuknya agar Nayla tidak marah.

"Please jangan marah dulu ya Nayla" pinta Gio memelas dengan hati yang berdebar kencang. Ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaan hati kepada Nayla, pikir Gio. Tiba-tiba Gio menjadi kaku, mencoba untuk memberanikan diri dan melampaui batas diri untuk berkata dan entah darimana keberaniannya terkumpul. Gio pun berucap :

"Maukah Kau menjadi kekasihku Nayla Purnamasari?," sambil menggenggam tangan nayla. Merespon sikap Nayla, Gio tegang dan harap-harap cemas dalam hati. Apa skenerio mereka akan berjalan dengan baik? Apa pilihan Nayla pada warna putih sesuai tengan teori semiotika yang mereka bicarakan kemarin dengan Aji? Akhirnya Gio mengatakan itu pada Nayla, namun Nayla hanya diam saja. Berdebar-debar Gio menunggu dimana Nayla akan mengatakan "iya" atau "tidak".

Akhirnya, Nayla berkata dan berbicara kepada Gio,

"maaf aku tidak bisa Gi" jawab Nayla pelan.

"Apa?" batin Gio, Gio terdiam dan sedih seketika. Nayla berbicara dengan wajah yang tidak bersahabat dengan Gio. Genggaman tangan Gio di tangan Nayla perlahan-lahan dilepaskan.

"Terus selama ini apa Nayla?" tanya Gio dalam hati, hanya sebuah harapan kosong yang menjadi sebuah mimpi di atas awan dan terjatuh ke bumi.

"Okee.. aku terima jawabanmu" benak Gio. Lagi pikiran dan hatinya berkecamuk. Campur baur dalam rasa percaya diri yang semakin ambruk. Euforia pun tiba-tiba jadi hambar. Tak tau apa lagi yang harus dibicarakan. Gio tak dapat menguasai dirinya. Dalam kecewa dan tanpa kata, masih shock dengan jawaban yang diberikan Nayla, Gio pamit sebentar untuk melanjutkan aktivitasnya mengisi acara. walau hati terasa remuk. Padahal itu Cuma alasan untuk menghindar dari suasana menyedihkan di dekat Nayla. Setelah semua aktivitas Gio selesai, Gio teringat akan bunga yang Gio berikan pada Nayla melalui Agung. Gio pun menghampiri Nayla untuk memastikan.

"Nayla, pada saat kamu diberikan bunga oleh Agung, bunga warna apa yang kamu ambil?" memasang muka penuh dengan harapan.

Siapa tau ada keajaiban.

"Aku mengambil bunga berwarna putih Gi, emang kenapa?" ujar Nayla.

"Tidak apa-apa Nayla." Lalu Gio mengajak Nayla dan yang lain untuk meninggalkan lokasi acara, mereka berpisah ke tujuannya masing-masing.

Gio menemukan harapan baru bahwa sebenarnya Nayla mungkin saja mengerti hati Gio dan Gio yakin Nayla juga menginginkan hal yang sama. Gio masih penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan jawaban yang Nayla berikan pada Gio. Apa yang ada di hatinya sangat membuat Gio bingung.

Tiba-tiba Gio ingat dengan janji untuk menyusul Aji karena kawannya itu akan menyatakan cinta kepada kekasihnya di pantai Sadranan. Gio pun memutuskan untuk mengajak Nayla ke pantai dan akan kembali mencoba mengatakan itu sekali lagi. Pantai Sadranan menjadi pilihan Gio untuk mengajak Nayla berbicara mengenai isi hatinya. Gio meminta waktu kepada Nayla untuk berbicara berdua karena saat itu Gio dan Nayla tidak hanya pergi berdua, melainkan bersama teman-teman yang lain.

Gio menceritakan semua yang dipendam, hanya itu yang Gio bisa lakukan untuk menjelaskan kepada Nayla. Nayla hanya tertawa ketika Gio berbicara tentang semua ini, seakan-akan apa yang Gio katakan hanyalah sebuah lelucon saja. Gio hancur saat itu, mendengar tawa Nayla. Gio berusaha untuk terus melanjutkan semua ceritanya yang telah dia pendam selama ini. Nayla tetap saja tidak menghiraukan karena menganggap ini semua hanya sebuah lelucon dari Gio.

"Sial bisa-bisanya dia mempermainkan perasaanku yang sedang menggebu begini" batin Gio. Gio tatap mata Nayla dalam-dalam, memastikan apa Nayla menganggap ini lelucon. Kini Gio yang ragu, apa barusan hanya lelucon, ataukah serius. Dilihatnya di dalam mata Nayla, Nayla mengharapkan sesuatu secepatnya dari Gio. Gio masih menyelidiki sebelum bahagia membuatnya meledak.

Seketika Gio meminta tanggapan dari Nayla, Nayla hanya terdiam saja. Diraut wajah Nayla masih terlihat ekspresi sedang melihat lelucon, sekali lagi Gio terluka.

"Nayla apakah kau mau menjadi bagian dari hidupku?" kata Gio sambil menjulurkan tangan dan berkata " DEAL ". Nayla hanya tertawa-tawa sambil menyambut tangan Gio. Hal yang membuat Gio tidak PD, senang, sekaligus jengkel. Perasaan Gio seperti sedang dipermainkan.

"Serius Nayla? kamu ga bercanda? kita jadian?", ujar Gio sumringah, antara senang yang tak tertahan, dan rasa kurang percaya, bahwa wanita idamannya telah menerima cintanya.

Nayla balik menatap mata Gio dalam-dalam terlihat berkaca-kaca karena girang. Ditatapnya semakin dalam dan agak lama mencoba masuk ke dimensi yang membuat bola mata itu berbinar-binar. Lalu sebaris kata singkat keluar dari bibirnya untuk memberikan keyakinan bahwa ini bukan lelucon.

"Iya Gio, kita jadian" di rangkulnya tangan Gio dengan tangan yang lain, mencoba memberi pertanda pada laki-laki di depanya bahwa, tidak ada lagi yang lebih serius dari pada tanda tersebut. Dan itu membuat Gio langsung meledak

Rasa haru dan senang sudah mengungkapkan semuanya dan Gio langsung memeluk Nayla sambil berlinang air mata. Gio dan Nayla memutuskan untuk merekam semua insiden pada hari itu. Gio dan Nayla berfoto dan membuat semua momen itu sambil tertawa seakan-akan saat ini dunia hanya milik mereka berdua. Gio sekarang sudah bisa memanggil Nayla dengan sebutan "wahai wanitaku" dengan santai tanpa rasa malu karena Nayla sudah menjadi bagian dalam hidup Gio. Sebelum pergi dari pantai Sadranan, Gio sempat bertanya.

"Kenapa tadi di lokasi acara tidak langsung terima saja Nay" tanya Gio.

"Ya, salah sendiri kamu ngerjain aku, kan harus dibalas biar impas" jawab Nayla singkat. Sambil bergandengan tangan mereka beranjak dari pantai Sadranan. Siluet tubuh mereka terlihat mesra di senja yang keemasan.

"Jadi kamu ngerjain aku Nay?" Gio tak terima. Nayla tidak menjawab, dia terus melangkah sambil merangkul pinggang lelakinya itu.

Gio seperti tidak melangkah diatas pasir pantai Sadranan. Dia seperti sedang berjalan diatas angin. Yang Gio rasakan hanya rasa hangat dari pelukan wanitanya : Nayla Purnamasari, dan letupanletupan kecil seperti air mendidih di dalam darahnya, yang tidak mau berhenti meski logika mencoba mengontrolnya setengah mati. Maklum, sedang jatuh cinta.

***

Inilah awal kisah cinta Gio dan Nayla. Permulaan yang pada perjalanannya mengharuskan Gio menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk mengakhirinya. Mengakhiri dengan cara yang gagah sebagai seorang lelaki.

Awal kisah cinta ini dimulai ketika Gio dan Nayla sama-sama menjadi pelajar disalah satu perguruan tinggi di Kota Yogyakarta, kota yang disetiap sudutnya ada kenangan bagi siapa saja yang pernah menyesap nyamannya Yogyakarta, termasuk Gio dan Nayla. 

Akhir Perjalanan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang