BAB 16 - Kenneth Aldebaran

Start from the beginning
                                    

"Kyaaa! gila tu orang sengaja ngegoda iman banget!" jerit Bella.

Pipi Caramel memanas. "Ck gue mau masuk deh." Bara kenapa harus pamer begitu sih. Tanpa pamer saja cowok itu sudah banyak fans. Apalagi pamer badan begitu.

Setelah jam pulang sekolah, Caramel dan Bella berjalan ke tempat parkir. Bella terus bicara meski Caramel sepertinya tidak berminat untuk menanggapi sedikit pun.

"Lo kenapa sih? perasaan dari tadi bete terus?" tanya Bella.

"Ck gue kesel sama anaknya Bunda itu, masa sejak dia dateng Bunda sama Bang Raka jadi cuek sama gue. Lo tau setiap waktu senggang Bunda selalu ngabisin waktunya sama dia, Bang Raka juga gitu setiap dia dateng. Gue dilupain sama mereka!" gerutu Caramel.

Bella diam untuk berpikir sejenak. "Wajar kali, kan lo sendiri yang cerita kalau dia udah ditinggal sama ibunya dari kecil," jawab Bella.

"Iya tapi enggak gitu juga, gue ngerasa aneh aja waktu perhatian Bunda sama Bang Raka berkurang," jelas Caramel dengan wajah sedih.

Langkah keduanya terhenti saat mendengar pengumuman dari speaker yang ada di setiap ujung koridor. "Pengumuman kepada seluruh siswa diharap untuk tetap di dalam lingkungan sekolah! Pagar utama sudah ditutup. Silahkan kembali ke kelas masing-masing."

Caramel berdecak kesal, pasti sedang ada tauran di depan sekolah. Dia menatap pagar sekolah yang sudah dijaga oleh beberapa satpam. Pasti Arkan sudah ada di luar, selama satu bulan ini abangnya itu sedang dalam masa percobaan jadi sekali membuat ulah maka abangnya itu sudah pasti akan dikeluarkan.

"Gue harus keluar Mbel," ucap Caramel.

"Eh jangan gila! lo mau kena timpukan batu?" protes Bella.

Caramel tidak bisa diam saja membiarkan Arkan ikut tauran, dia tidak ingin abangnya itu dikeluarkan. "Ck enggak ada waktu lagi, udah yaa Mbel bye!"

Tangan Caramel ditahan oleh seseorang hingga membuatnya menoleh kaget, sejak kapan Bara berjalan di belakangnya. "Ini apa sih? gue mau nahan Bang Arkan!"

"Percuma! tetep di sini biar Rafan sama gue yang turun tangan," jawab Bara.

"Mana Bang Rafan?"

"Dia udah di luar."

Caramel menghela nafas panjang. "Gue ikut ngelarang dia!"

Bara berdecak kesal. "Starla! di luar bahaya!"

Caramel mendelik. "Kalau gitu temenin gue keluar!"

Bara mengacak rambutnya sendiri. Dia segera mengambil motornya dan kembali pada Caramel. "Naik!"

Caramel naik ke motor sport itu tanpa banyak bicara.

Bara menekan menggas motor seolah ingin menabrak para satpam itu hingga membuat orang-orang panik. "Minggir!" desisnya.

Sapto langsung membuka pintu pagar karena mengenal siapa yang sedang dia hadapi saat ini. Sebenarnya aneh. Satpam takut dengan Bara yang sebenarnya masih tergolong anak baru di sekolah ini. Motor itu melaju cepat hingga mereka tiba di dekat gerombolan orang dengan seragam yang sama seperti mereka.

Caramel langsung meloncat turun dan menghampiri Arkan yang sedang bicara dengan Rafan.

"Kara kenapa kamu di sini?" tanya Rafan.

Caramel mengibaskan lengannya. Kakinya melangkah mendekati Arkan yang bajunya sudah berantakan. "Lo boleh tauran asal gue ikut!"

Arkan terlihat kaget. "Apaan sih? udah sana! Bara anter dia pulang!"

Bara melepas helmnya dan menonton perdebatan kakak beradik ini.

"Gue bilang gue ikut lo!" bentak Caramel.

The Boy With A Fake SmileWhere stories live. Discover now