SO - BAB 1

71.2K 3K 53
                                    

Halo! :D

Chapt satu! Semoga suka.

Jangan lupa support cerita ini dengan vote dan komentar.

Oh iya! Jangan lupa baca Seri-1 dan Seri-2 :D :D

Ryan menempatkan telunjuknya di bibir untuk mencegah kalimatnya terlontar. Matanya menatap tajam pada Kepala Departemen HRD yang tengah menyampaikan laporan panjang nan membosankan. Meski demikian, Ryan berusaha mengamati jalannya rapat dengan seksama.

Sementara orang yang di depan sana gugup dengan wajah dingin dan tatapan tajam Ryan, di balik kursi ini tengah bersembunyi seorang Ryan Archer yang susah payah menjaga kendali dirinya ketika para direksi yang beberapa diantaranya memiliki rambut telah beruban. Mereka menatap Ryan dengan penuh penilaian. Ryan lebih daripada lihai mempertahankan topengnya selama tujuh tahun memegang tangga kuasa Salendra Group.

Ryan bukan seorang yang bodoh untuk menilai di sekitarnya terdapat banyak pihak yang mungkin mencari kelemahannya hanya untuk menjatuhkan. Tidak. Ryan tidak akan kalah semudah itu. Ia tak akan membiarkan orang-orang melihat kelemahannya. Ia sudah membulatkan tekadnya untuk berada di titik ini. Jadi ia akan mempertahankan posisinya dan ia telah menerima resiko apapun yang diterimanya.

"Demikian banyak hal yang telah disampaikan." Orang yang lebih tua lima tahun dari Ryan itu melancarkan presentasinya. Ia menatap penuh hormat pada sang Presiden Direktur yang sedari tadi mengamatinya. "Dari berbagai faktor yang telah dipertimbangkan, pengurangan tenaga kerja adalah jalan terbaik untuk saat ini, mengingat betapa pendapatan kita menurun dan tidak mampu mengisi berbagai dana yang sebenarnya bisa ditekan―"

"Saya tidak setuju," ujar Ryan tegas sebelum orang di depannya mengakhiri pendapatnya. Semua orang menatap ke arah Ryan karena memotong presentasi itu. Namun Ryan tetap menjaga kontrol dirinya.

Ryan tentu tahu mau mengarah ke mana semua ini. Pengurangan tenaga kerja, katanya? Ini pasti lelucon. Ryan tidak sebodoh itu, seenaknya memutuskan alternatif final yang bisa menimbulkan banyak resiko.

"Maaf?" Deanita, yang secara teknis adalah sepupu Ryan, mengerutkan keningnya. Wanita berusia dua puluh lima tahun itu tengah menduduki jabatan General Manager perusahaan, meski tidak bisa mengesahkan keputusan final, hak suara wanita itu cukup berperan penting dalam rapat direksi ini. "Tuan Nugraha belum menyelesaikan presentasinya, Tuan Archer. Kau tidak bisa menghentikannya sebelum dia menyebutkan alasan yang menguatkan mengapa hal ini perlu dilakukan."

Ryan menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Ia melirik dan mendengus tanpa humor pada Deanita. "Intinya sama saja, kan? Dia hanya memperkuat pendapatnya untuk melakukan pengurangan tenaga kerja itu. Jadi aku dengan penuh murah hati, membiarkannya berhenti bicara sampai di sini, daripada membuang tenaganya untuk sesuatu yang tidak akan kusetujui." Ryan mengendikkan bahu dan beranjak dari tempatnya. "Kupikir semua divisi sudah menyampaikan seluruh laporan dan usulannya. Beberapa di antara tentu akan saya tampung. Dan kau," Ryan menunjuk orang yang ia hentikan presentasinya. "Berhentilah berpikir bahwa pemecatan adalah jalan terbaik. Sekian untuk hari ini. Selamat siang."

Ryan melangkahkan kakinya dengan angkuh. Diikuti Sarah, sekretarisnya, Ryan berjalan meninggalkan ruangan itu dengan perasaan campur aduk. Ia tak habis pikir mengapa orang-orang ini terlalu bodoh hingga tak punya cara yang lebih pintar daripada mengambil langkah PHK besar-besaran. Terkadang Ryan merasa bahwa bawahannya tidak benar-benar punya penyelesaian yang menguntungkan semua pihak. Jika begini, harus Ryan sendiri yang memikirkan cara dan berusaha untuk meyakinkan semua pihak yang berpengaruh di Salendra Group.

Surrender of ObsessionWhere stories live. Discover now