Bagian 40

385 9 1
                                    

"Wah nggak bener nih," dengan nafsu Via siap berkicau sebagai penjelasan.

Jessica Artavia

@Artaviajessica

DEMI APAPUN BUKAN GUE YANG NGETWEET WOY!!! Sumfah dah! Siapa sih yang bajak twitter gue?! Lo kira gue laut?! Dibajak segala?! Hosh hosh hosh -_-

"Sampe tau siapa yang membuat kepalsuan ini? Awas aja. Gue kulitin kayak kambing!" ngeri.

***

"Ah lo main kode-kode ya?" Iel sedikit memundurkan kepalanya yang ditunjuk-tunjuk Cakka. Tidak sopan sekali.

Cakka kembali duduk ke bangkunya. Matanya tak lepas menatap Iel dengan remeh. "Apaan! Nyari perhatian cewek kok kayak gitu. Nggak laki!" terdengar sekali nada meremehkan.

Yang menjadi objek hinaan hanya memandang heran sang lawan. "Siapa yang main kode?" tanyanya seolah mengungkapkan kalau sosok Cakka itu 'Sok tau'. "Gue itu Cuma iseng doang bajak twitter dia. Nggak ada maksud apa-apa," jelasnya.

"Halah," sambar Cakka. "Alasan nggak mutu."

"Lah!" Iel sampai berdiri saking herannya dengan kelakuan Cakka. "Yang ngelakuin siapa? Gue kan?" Iel sempat menatap Rio dan Alvin juga yang sedari tadi hanya diam. "Yang tau juga gue. Bukan lo Kunyuk!" ia kembali duduk. "Heran deh. Begitu aja dimasalahin," gerutunya pelan.

"Udah ah. Mau membajak, mencangkul, menanam atau apalah itu. Serah lu!" Rio menengahi. "Mending basket. Tinggal mantulin. Nggak pake bajak-bajakan,"Alvin terkekeh mendengar ucapan Rio. Awalnya saja dewasa sekali. Ujungnya melawak juga.

"Ayok!" Alvin merangkul bahu Cakka dan Iel. Rio sendiri sudah melenggang lebih dulu ke lapangan indoor sekolah.

***

Macam biasa. Daripada hanya duduk-duduk di kelas dan melihat pemandangan yang itu-itu saja, lebih baik berdiri santai di koridor kelas. Bisa meneropong pemandangan di halaman tengah sekolah. Kondisi bangunan yang melingkar, fasilitas yang pas untuk melakukan itu. "Bentar lagi kelas dua belas. Ck. Udah deh. Hidup nggak akan jauh dari buku," gumam Via.

"Tauk. Perasaan baru kemaren gue ikut MOS. Udah mau kelas dua belas aja," timpal Shilla.

"Abis itu kuliah deh," sahut Agni lebih memilih menerawang lebih jauh.

"Dapet cowok baru deh!" sret. Semuanya langsung menatap Ify. Kita bahas apa, lu bahas apa. "Kenapa?" tanyanya heran. "Bener kan? Ya kali idup kita nggak jauh-jauh dari Rio cs."

"Lo bener-bener sakit hati sama Rio ya Fy?" tanya Shilla seperti tak tega. Apa yang salah dari ucapan Ify?

"Pastilah!" sahut Via. "Gue dukung kok Fy," nyeh.

"Tau deh. Asal nyeplos aja kok," jelas Ify. Biasanya kalau keceplosan itu datangnya dari hati lho.

Shilla memandang ke sekeliling seperti tengah memastikan sesuatu. Ia segera memberi kode pada teman-temannya agar lebih mendekat. "Guys, gue mau cerita. Tapi diem-diem aja ya?" bisiknya. Karena dibuat penasaran juga, Ify, Via dan Agni mengangguk saja.

Shilla mengambil ponselnya dari saku. Mengaktifkannya, lantas menekan-nekan layarnya seperti tengah mencari sesuatu. Setelah dapat menemukan apa yang dicari, ia menyodorkan ponselnya ke tengah agar Ify, Via maupun Agni dapat melihat apa yang ia maksud. "Nih. Dari semalem ada nomor asing yang ngirim pesan ke gue," adunya kembali menoleh kesana-kemari. Sekali lagi untuk memastikan sesuatu.

Satu Wajah Berjuta IngatanWhere stories live. Discover now