Bagian 13

486 7 0
                                    

"Oh ya! Nama lo siapa?" Cakka baru sadar, 2 jam lebih ia bersama gadis di sampingnya ini, tapi ia belum mengetahui nama gadis itu.

"Oik Kak," jawab gadis itu. Tangannya masih sibuk mengelus kucing di gendongannya.

"Gue Cakka. Panggil aja Kak Cakka," Cakka memperkenalkan diri. "Sekarang gue anter pulang ya? Rumah lo di mana?" tanya Cakka. 'Kriuk-kriuk' terdengar suara keroncongan versi perut. "Lo laper?" Cakka menatap Oik.

Oik meringis. "He he. Iya Kak. Aku belum makan siang," jawabnya polos.

"Ya ampun! Gue sampe lupa. Kalo gitu kita makan dulu aja ya?" usulnya. Oik hanya mengangguk. Lantas mereka mulai menaiki motor Cakka.

***

"Spadaaa! Cowok ganteng back to home nih," Deva teriak-teriak tak jelas begitu memasuki rumahnya. "Kak Ify!" teriaknya lagi karena tak ada sahutan. Deva memutuskan untuk mencari Ify dikamarnya. "Biasanya jam segini ngerong di kamar," gumam Deva sambil mulai menaiki anak tangga. Deva tak langsung membuka pintu kamar Ify namun memilih untuk mengintipnya dulu.

"Ngapain lo ngintip-ngintip?!" Deva terlonjak karena kaget.

"Permisi dulu bisa kali," dumel Deva pada Ify yang ternyata berdiri di belakangnya. Ify hanya melongos, lantas memilih untuk masuk kamar dan membiarkan pintu kamarnya terbuka. Deva pun ikut masuk.

"Siapa yang nyuruh lo masuk?" tanya Ify dingin.

"Orang ganteng sih bebas bertindak," Deva mulai narsis.

"Nggak logis!" seru Ify. Deva hanya menjulurkan lidah lalu memilih tiduran di ranjang Ify. Sementara sang empunya malah memilih duduk di sofa kamar.

"Lo tau nggak Kak? Ternyata Ray itu adiknya Kak Rio lho," ujar Deva tiba-tiba. Ify yang tadinya sibuk dengan ponselnya sampai melempar ponselnya saking kagetnya.

"Demi apa lo?" tanyanya tak percaya.

"Gue juga awalnya kaget. Tapi lama-lama mulai maklum," Ify mengangkat alis tak mengerti. "Mereka itu spesies makhluk narsis yang kalo kumat nggak liat tempat," Ify tersenyum kecil mendengar ucapan Deva. Seketika bayangan-bayangan kenarsisan Rio berputar di otaknya. "Ngapain lo senyum-senyum?" Deva melempari Ify dengan bantal. "Mikirin Kak Rio ya?" tuduhnya.

"Enak aja!" sergah Ify sambil melempar balik bantal yang jatuh dipangkuannya. Hasil dari lemparan Deva tadi.

"Lo nggak bisa bo'ong tauk," ujar Deva sambil memainkan boneka stich berukuran sedang milik Ify.

"Lo itu sok tau. Tauk?" balas Ify. Deva hanya mencibir.

***

Cakka mengajak Oik untuk makan siang di cafe langganannya. mereka duduk berhadapan di salah satu bangku. Sesekali Cakka melirik Oik yang bukannya fokus makan malah sibuk dengan kucing abu-abu di pangkuannya. Senyuman kecil tak bisa Cakka tahan saat melihat tingkah Oik yang dirasa sangat lucu dan menggemaskan. "Kakak kok ngeliatin aku terus?" Cakka sedikit terlonjak karena kaget.

"Si...siapa yang ngeliatin lo? GR banget," elak Cakka.

"Kirain ngeliatin aku. Ternyata daritadi ngeliatin kucing ini toh," Oik malah mengira Cakka sedaritadi memperhatikan kucing dipangkuannya.

"Enggak lah! Gue masih normal kali," sergah Cakka.

"Lah emang ngeliatin kucing itu sesuatu yang nggak normal apa?" tanya Oik polos dan membuat Cakka menggigit jaketnya kesal. "Aduh! Kak Cakka kalo masih laper jangan gigitin jaket dong! Malu-maluin tau!" lagi-lagi Cakka dibuat melongo oleh tingkah Oik.

Satu Wajah Berjuta IngatanWhere stories live. Discover now