Bagian 37

398 16 2
                                    

Ify segera menghampiri Agni dan merangkul sahabatnya yang berjiwa besar itu. "Gue salut sama lo," pujinya.

"Lo yang ngajarin kan?" sahut Agni yang bisa diartikan sebagai pujian untuk Ify.

Merelakan sesuatu yang sebenarnya tidak rela untuk ditinggalkan itu susahnya minta ampun. Agni menggunakan topeng sekarang. Pura-pura ikhlas dan biasa saja. Tapi kenyataannya? Siapa yang bisa bersikap biasa saja ketika kembali berstatuskan sahabat dengan mantan sendiri? pasti akan ada yang berubah di antara mereka kan?

Coba lo lebih serius sama gue, seserius gue sama lo. lo pikir nggak cape berlaga ikhlas kayak gini? Muak tauk. Gue jadi orang munafik gara-gara lo. ya udahlah jalanin aja.

+++

"Mentang-mentang gue piket, terus gue gitu yang balikin buku seabrek?! Ini diskriminasi namanya," ya udah sih Yo. Ngangkat buku doang apa susahnya.

"Lagian siapa yang sekolah membawa ikan seperti ini?" hah? Ikan? Samar-samar ketika melewati ruang TU, Rio mendengar ucapan Pak Toro yang menyinggung-nyinggung ikan. Jangan-jangan....... Rio segera masuk ke ruang TU dan memastikan apakah dugaannya benar atau salah. Yang ada di fikiran Rio saat ini, Ify tengah dimarahi Pak Toro karena membawa hewan peliharaan ke sekolah.

"Memangnya kamu menemukan ikan ini di mana?"

"Di toilet Pak."

"Permisi," Pak Toro dan seorang siswi yang tengah berbicara dengan Pak Toro kompak menoleh.

"Iya Rio. ada apa?"

Rio mendekat ke Pak Toro. Wah kudu akting dikit nih. Rio segera menyetel wajahnya seperti orang panik karena kehilangan sesuatu. "Gini Pak. Saya mau laporan kalau ikan saya hilang Pak. Ikannya itu warnanya orange, kecil terus saya masukkan ke akuarium kecil gitu Pak," Rio melirik seekor ikan di tangan siswi di depan Pak Toro. "Nah! Ini nih ikan saya Pak!" Rio menunjuk ikan di tangan Rahmi. Iya ikan itu Bepe.

"Tap...tapi kan gue nemuinnya di toilet cewek Yo," tuing! Rio mendadak blank begitu Rahmi mengatakan kalau ia menemukan Bepe di toilet cewek.

Pak Toro menatap Rio curiga. "Yakin ini ikan kamu?"

"Yak...yakin Pak. Tadi ikannya dipinjem Ify. Iya. Terus dia lupa Pak naro di mana," tampang gue meyakinkan kan? Semoga.

Walau agak ragu, akhirnya Pak Toro memilih percaya saja. Misalkan itu bukan milik Rio, tinggal hukum saja anak itu. "Ya sudah. Rahmi, kamu kasih ikan itu ke Rio," Rio tersenyum lega. Begitu senang ketika menerima ikan dari Rahmi. "Lain kali jangan teledor," Rio mangguk-mangguk mendengar nasihat Pak Toro.

"Makasih ya Pak. Saya permisi dulu. Thanks juga Rahmi. Untung lo temuin nih anak gue."

"Anak?!"

"Mak...maksudnya ikan hehe," entar gue dibilang alay lagi pake nganggep ikan sebagai anak.

+++

"Untung Papa lewat depan TU waktu itu. Kalo enggak? Mungkin kamu bakal dibuang," malam-malam daripada melamun tidak jelas, lebih baik melihat perkembangan anak kan?

"Kak Rio lo ada penggar..." ketenangan Rio terganggu oleh kedatangan si biang rusuh Ray. Ucapan bocah laki-laki itu terhenti karena begitu masuk kamar kakaknya, hal pertama yang ia lihat adalah Rio yang tengkurap di atas kasur sembari memandangi seekor ikan. "Eh! Itu bukannya ikannya Kak Ify ya?" tanyanya begitu mendekat.

"Lebih tepatnya ikan gue sama Ify. Ini kan anak gue sama dia?" agak sewot Rio menjawab.

"Bukannya ikannya ilang ya?" kemaren kan Kak Rio bilang anaknya ilang. Nah terus ini?

Satu Wajah Berjuta IngatanKde žijí příběhy. Začni objevovat