Bagian 19

458 6 0
                                    

"Emang gue nembak lo?" goda Rio. Rasanya Ify ingin sekali mencakar-cakar wajah Rio sekarang juga. "Masak ngeresmiin hubungan nggak ada bagus-bagusnya. Gue juga pengen kali romantis-romantisan sama lo," Rio berdiri. "Tungguin gue ya?" Rio mengacak poni Ify lantas berlari. "Dada!" teriak Rio sambil berlari lalu tertawa.

"Rio!" kesal Ify. Namun kekesalan itu tak berlangsung lama, wajah cantik itu kini sudah dihiasi senyuman manis dan terkesan malu-malu. Bahkan mukanya pun memerah.

Begitulah caranya. Mengungkapkannya. Kalau hanya menunggunya, itu sama saja membuang waktu dengan sia-sia. Memang terkadang diam itu emas, tapi emas macam apa yang hanya membuat hidup kita terus dibayang-bayangi dengan kata 'Seandainya'.

***

Shilla tak henti-hentinya tersenyum begitu mendapat SMS dari seseorang. Selama perjalanan menuju tempat yang telah disepakati untuk bertemu, Shilla terus memikirkan sosok itu. Sosok yang entah sebenarnya tepat atau tidak untuk ia beri perasaan lebih karena ia juga tahu tentang.... ah sudahlah. Izinkan dia untuk egois barang beberapa saat saja.

Shilla menyapu pandangan di cafe ini. Beberapa saat kemudian senyumnya mengembang begitu melihat orang yang ia cari. Ia membenarkan penampilannya sejenak, hanya merapikan rambut sedikit dengan jari. "Sorry lama," Shilla langsung menarik kursi dan duduk di hadapan pria itu.

"It's okay. Lo mau pesen apa?" tawar pria itu ramah.

"Nanti aja deh," tolak Shilla halus. "BTW lo mau ngomong apa? Kayaknya penting banget," jujur ia merasa penasaran, sangat penasaran. Karena bisa dibilang ini kali pertama pria di hadapannya mengajak bertemu. Hanya berdua. Shilla mengakui kalau memang cinta benar-benar membuat kadar kege-eran meningkat.

"Emm sorry sebelumnya," Shilla mengerutkan kening tak mengerti mengapa pria dihadapannya ini meminta maaf.

"For?" tanyanya.

"Emm gue tau lo suka sama gue. Dan maaf gue nggak bisa ngebales perasaan lo. Gue emang sayang sama lo, tapi sebagai temen. Just it," setelah bersusah payah mencari kalimat yang sehalus mungkin, akhirnya Rio berhasil mengutarakan maksud hatinya. Yup! Pria yang bersama Shilla saat ini adalah Rio.

Rio merasa tak enak hati karena begitu mendengar ucapannya Shilla hanya menunduk tanpa bersuara. "Sekali lagi gue minta maaf Shill," ucap Rio benar-benar merasa tak enak.

Shilla mendongak dan tersenyum walaupun senyum itu terkesan sangat dipakasakan. "Lo nggak usah minta maaf lagi, lo nggak punya salah kok sama gue" ucapnya.

"Gue tau kalo cara gue ini mungkin terlalu to the point. Tapi ya emang ini yang harus gue ambil. Laki-laki itu yang dipegang omongannya. Gue nggak mungkin bilang 'iya' tapi kenyataannya 'Nggak'. Jangan sampe lo sakit hati gara-gara gue. Karena pada kenyataannya bukan lo yang ada di hati gue tapi..."

"Ify," potong Shilla. Rio menatap Shilla. Sebegitu jelaskah perasaannya untuk gadis itu hingga begitu banyak yang menyadarinya.

"Kayaknya gue harus belajar akting deh. Banyak banget yang tau tanpa gue bilang," Shilla terkekeh mendengar gerutuan Rio.

"Entah kenapa, gue ngerasa Ify ngejauhin lo karena dia tau gue suka sama lo ya? Gue udah sahabatan sama Ify itu nggak Cuma sebulan dua bulan, dan Ify itu tipe orang yang lebih mentingin orang lain daripada diri dia sendiri," Rio mengangguk.

"Dia emang udah tau," Shilla melotot.

"Demi apa lo?!"

"Gue nggak sengaja denger pembicaraan dia sama Iel beberapa hari yang lalu," jelas Rio.

Satu Wajah Berjuta IngatanWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu