Bagian 28

421 8 0
                                    

Tok tok tok

Ify dan guru lesnya langsung menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara ketukan pintu. "Rio?" gumam Ify. Rio hanya nyengir kikuk di tempat.

"Malem Fy?" sapanya aneh.

Ify dengan semangat langsung berdiri dan menghampiri Rio. "Malem," jawabnya. "Kok nggak bilang sih mau ke sini? Duduk dulu gih," suruhnya. Rio menurut lalu mengambil duduk tak jauh dari guru les Ify.

"Iya. Agak dadakan sih sebenernya. Cuma pengen liat Bepe," alibi Rio.

"Siapa Fy?" tanya Guru Les Ify.

"Hah?! Emm..." Ify terlihat bingung harus menjawab apa.

"Rio Kak," Rio langsung mengulurkan tangannya berniat memperkenalkan diri. "Pacarnya Ify," lanjutnya. Terlihat perubahan raut wajah pada Guru Les Ify.

"Owh. Pacarnya Ify," sang Guru Les menyambut uluran tangan Rio. "Gue Debo. Guru lesnya Ify," Rio mengangguk mengerti.

"Kirain gurunya udah ibu-ibu atau bapak-bapak. Ternyata masih muda to?" ucap Rio.

"Itu Cuma karena kita tetanggaan aja kok. Itu juga yang milih Mama bukan gue," sahut Ify yang terdengar seperti sebuah penjelasan.

Debo berdiri. "Ya udah kalo gitu gue balik ya Fy. Tadi niatnya Cuma main aja. Udah lama juga nggak ketemu," pamit Debo.

"Kok buru-buru Kak?" Rio menimbrung. Debo hanya tersenyum.

"Ada urusan. Duluan ya?" Debo menepuk pundak Rio lalu berjalan meninggalkan rumah Ify.

Ify sempat melamun di tempatnya. Namun tak berapa lama ia kembali sadar. "Oh ya! Gue ambilin minum bentar ya? Sekalian mau ambil Bepe di kamar," Rio hanya mengangguk.

***

Jam pelajaran kosong membuat murid-murid di kelas Ify menyibukkan diri semaunya. Ada yang bermain PS, berselancar di dunia maya, menyumpal telinga dengan earphone, adapula yang duduk berkerubung untuk merumpi. Biasanya yang melakukan ini murid-murid putri.

Ify lebih memilih duduk berdiam tak melakukan apapun. Wajahnya nampak gelisah. Sesekali ia menoleh ke Via, lalu kembali menghadap depan. Via yang menyadari gerak-gerik sahabatnya itu jadi bingung sendiri. Dimasukkan lagi ponselnya ke saku. Kini dirinya sudah menghadap Ify. "Lo kenapa sih? Kok mukanya gelisah gitu?"

Sang terdakwa sontak menoleh kaget. Jadi sedari tadi Via menyadari tingkahnya? "Jam kosong masih lama kan?" tanyanya yang dijawab anggukan oleh Via. "Ke taman belakang yuk! Gue mau curhat nih."

"Ok deh," merekapun berdiri lalu pergi meninggalkan kelas.

"Mau curhat apa?" tanya Via langsung begitu mereka sudah duduk berhadapan di bangku taman sekolah.

Ify mengatur nafasnya sejenak lalu menatap Via. "Lo masih inget Kak Debo nggak?" Via nampak tengah mengingat-ingat.

"Mantan lo kan?" Ify mengangguk.

"Dia dateng lagi."

"Hah?! Maksudnya?"

"Iya. Mama gue nyewa guru privat buat gue. Dan ternyata orang itu..... Kak Debo," jelas Ify.

"Terus-terus?" Via nampak shock.

+ + + + +

"Fy! Cepetan turun! Gurunya udah dateng nih!" dengan tergesa-gesa Ify membenarkan pakaiannya karena mendengar teriakan sang Mama. 'Kenapa harus ketiduran sih?' umpatnya dalam hati. Ia menuruni anak tangga dengan langkah memburu. Jangan sampai kesan pertama dengan guru lesnya menjadi buruk karena dirinya yang tidak tepat waktu.

Satu Wajah Berjuta IngatanWhere stories live. Discover now