Bryan - Hard

29.3K 5.5K 574
                                    

Aku merebahkan tubuh di ranjang hotel. Konser malam ini cukup melelahkan. Tapi itu sepadan dengan kebahagiaan yang aku dapatkan saat melihat lautan fans yang selalu menyemangati kami. Mereka seperti tidak peduli dengan skandal yang menimpa salah satu member. Mereka tetap meneriakkan kami dengan penuh semangat. Sungguh indah mendapati bahwa para penggemar tetap mencintai karya kami. Sungguh melegakan mengetahui bahwa masih sangat banyak penggemar yang bisa mendukung karier kami dengan tetap menghargai kehidupan pribadi kami. Aku senang memiliki penggemar yang bisa memilah dengan baik sampai mana batas yang boleh mereka masuki. Aku senang sekali.

Tapi sialnya, di antara lautan fans itu, aku justru teringat akan satu gadis: Aurora Titania. Sudah dua minggu ia tidak menyapaku. Ia benar-benar mengabulkan permintaanku untuk rehat. Tadinya aku berharap ia akan menolak permintaanku. Tadinya aku berpikir kalau ia akan nekat menghubungiku dalam waktu sebulan ini.

Ternyata tidak. Ia gadis berprinsip kuat meskipun air matanya mudah menetes hanya untuk masalah kecil. Ia keras di balik kelembutannya. Ia tetap memikirkan orang lain meskipun hatinya terluka. Aku merindukan gadis itu. Sangat.

Aku merasa bodoh dan sedikit menyesal karena waktu itu terlalu emosi. Kecemburuan membuatku lebih mudah tersulut emosi. Harusnya aku mendengarkan alasan logis Aurora. Gadis itu benar soal pelukan perpisahan. Sayangnya, bagian tentang Sean menyukainya juga benar. Itu yang membuatku marah luar biasa.

"Kenapa tidak menghubunginya?" tanya Loey yang mengakhiri lamunanku.

Aku hanya tersenyum hambar.

"Percepat saja," ucap Loey, merebahkan tubuhnya di sampingku.

"Apanya?"

"Jangka waktu rehat kalian. Aku kasihan padanya."

Aku menghela napas. "Tidak. Lagipula tinggal dua minggu lagi."

"Dua minggu itu tidak sebentar. Jangan menyiksa hatinya. Dia sudah mengalami banyak tekanan karena skandal itu. Harusnya kau di sampingnya saat ini," ucap Loey.

"Hhhh...." Aku terdiam sebentar. "Coba saja waktu itu aku bisa menempatkan kecemburuanku dengan lebih bijaksana. Aku merasa bersalah pada Au."

"Hubunganmu dengan Sean juga jadi tidak sebaik dulu," ucap Loey menambahkan. "Sesuatu yang sudah retak tidak akan bisa kembali bagus dan sama persis seperti semula."

"Aku paham."

"Tapi kalau aku jadi Sean, sepertinya aku juga akan jatuh cinta pada Au-ya," ucap Loey yang membuatku mendelik. Buru-buru Loey menambahkan, "Siapa yang akan menolak gadis sebaik itu? Jika orang lain bilang Aurora beruntung mendapatkanmu, justru menurutku kaulah yang beruntung! Au-ya itu baik, polos, cantik, pin-"

"Jangan coba-coba, Bung!" selaku benar-benar kesal.

"Easy, Bro! Calm down!" tawa Loey keras.

Aku mendengus jengkel, kemudian mataku terpaku pada ponsel di atas meja. Aku bangkit dari ranjang untuk meraihnya. Dengan dada berdebar, aku membuka pesan itu.

Lisarah
"Aku rindu Bryan."
Hari ini dia mengatakan itu.

Byun
Hehehe. Maaf, ya.
Aku jadi merepotkanmu

Lisarah
Aku kirimkan video Aurora untukmu.
Sedang dalam proses.

Byun
Terima kasih, Lisa.

Lisarah
Bayaran untukku.
Jangan lupa ^^
Hehe. Kidding.

Fangirl TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang