Aurora - 13

60.2K 9.5K 2.1K
                                    

Gue bingung kenapa Bryan segitu pengennya dinner pake mie goreng. Gue cuma khawatir makin lama kelakuan dia makin error gegara kebanyakan makan mie instant. Gue juga mengkhawatirkan perut dia. Keseringan makan mie instant kan kurang bagus. Bukan cuma mie instant, tapi segala sesuatu yang berlebihan memang nggak baik.

Gue agak malu karena sekarang gue lagi numpang masak di dapur resto punya hotel. Hebat bener Bryan mampu melobi kepala chef-nya biar gue bisa masakin mie goreng instant buat dia. Dia bahkan udah bawa mie instant lima bungkus dari Seoul.

"Ini. Sudah siap," kata gue menyodorkan mie goreng pake telor di meja Bryan. Setelah itu, gue duduk di depan dia dan bersiap melahap mie goreng gue.

Muka Bryan berseri-seri. Di suapan pertama, ekspresi dia sengaja dilebai-lebaiin kayak iklan samyang.

"Astaga.... Ini enaaaak sekali!"

Gue cuma tersenyum tipis sambil melahap makanan gue.

"Kalau aku masak sendiri, kenapa tidak seenak ini???" cerocos dia.

Itu karena gue masaknya pake cinta. Orang-orang bilang, masakan apa pun akan terasa beda kalau kita tulus pas masak. Kurang apa coba gue buat Bryan?!

Ah, mungkin kurang ajar karena gue udah berani jatuh cinta sama dia.

"Padahal aku sudah membuatnya sesuai petunjuk. Kenapa rasanya berbeda?" tanya Bryan menatap gue heran. Dia melanjutkan. "Kau punya bumbu rahasia?"

Gue menelan mie goreng sebelum mengancungkan dua jari gue.

"Dua? Dua rahasia? Apa itu?" tanya Bryan.

"Satu, bumbu tambahan. Dua...." Kalimat gue tiba-tiba menggantung. Gue nggak berani melanjutkan.

"Dua??? Apa???" desak Bryan.

Gue beneran nggak suka situasi kayak sekarang. Muka gue merah. Gue terjebak sama omongan gue sendiri....

"Bumbu tambahanku adalah bawang, lada, dan cabai. Aku menumis mie yang sudah matang dengan dengan tambahan empat bumbu itu," jelas gue berusaha mengalihkan obrolan.

"Lalu rahasia yang kedua apa???" Bryan masih nanyain hal yang sama.

Gue mencoba tersenyum. "Orang bilang, bumbu terbaik adalah cinta. Jadi ... aku ... aku membuatnya dengan cinta...."

Maaaakkkk!!!!

Gue ngerasa bego banget sekarang. Jatohnya gue jadi kayak ngerayu gini. Padahal gue cuma mau jelasin aja. Mana Bryan senyum lagi! Gue cuma menunduk waktu dia mulai terkekeh-kekeh.

"Jadi ada cinta di setiap masakanmu?" tanya Bryan yang bikin gue salah tingkah.

Gue harus jawab apa???

"Wajahmu merah...," tawa Bryan nunjuk pipi gue.

Cepet-cepet gue menghabiskan makanan gue buat pengalihan isu. Bukannya ikut makan, Bryan malah liatin gue sambil senyum-senyum mesum nggak jelas. Fix. Muka gue makin merah.
Gue meletakkan sendok dan garpu dengan rapi.

"Aku sudah selesai. Aku duluan, Bryan."

"Tunggu." Bryan menahan gue yang mau pergi. Terpaksa gue duduk lagi.

"Tunggu aku sampai selesai makan," ucap Bryan yang langsung gue anggukin. Toh makan mie kan nggak seberapa. Bentar juga kelar. Apalagi Bryan tuh kalo makan mie suka lupa diri.

Dinner gue dan Bryan ditutup dengan segelas strawberry smoothies. Kami pun berjalan bersama ke dalam lift. Saat lift kebuka, gue ketemu lagi sama sosok Sean.

Fangirl TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang