Aurora - 15

66.4K 9.4K 1.1K
                                    

Gue telah menjejakkan kaki kembali ke Seoul. Hal pertama yang gue lakukan adalah meminta jadwal ujian susulan ke dosen. Gue sudah belajar di pesawat. Gue mah apa, liburan yang dibawa malah buku. Gue nggak mau menyia-nyiakan perjuangan gue kuliah di negara orang. Gue harus lulus dengan nilai yang baik.

Seusai ujian, gue mendatangi Lisa di taman kampus.

"Muka lo happy amat," komentar dia.

Gue hanya tersenyum tipis.

"Yang habis liburan mah beda ya...," oceh Lisa lagi.

"Ada tugas nggak?" tanya gue berusaha mengalihkan obrolan.

Lisa mengangguk lalu mengeluarkan bukunya. "Nih daftar tugas kita."

Gue menerima buku itu dan membaca daftar tugas di sana.

"Lumayan juga ya," keluh gue. "Alamat gue harus ke perpustakaan lagi nih."

"Lo nggak capek?"

Gue menggeleng. "Udah biasa capek."

"Lo masih manusia, Ra. Jangan nunggu sakit dulu baru lo istirahat."

"Nggak apa-apa. Lagian gue di Jeju kan buat liburan, bukan kerja."

Lisa menghela napas. "Ntar kalo lo sakit, jangan nangis ke gue!"

"Palingan gue nangis ke Bryan."

Kepala gue digeplak Lisa. "Iya, habis itu lo dipecat!"

"Bukan dipecat. Dia pasti memanjakan gue. Dia kan sayang sama gue...." Gue tersenyum dengan pipi merona sambil menunduk.

"Mimpi lo!"

"Gue serius!"

"Bentar!" Lisa mendekatkan wajahnya ke gue. "Jangan bilang kalian...."

"Ehehehe...."

"Roraaaa!!! Seriously???!!!"

"More than serious."

"Anjiran! Demi apa?!" Lisa masih nggak percaya. Kemudian dia menjentikkan jarinya. "Ah! Udah gue duga! Kalian pasti ada sesuatu!"

"Too obvious emang???" tanya gue mengerjap.

"Too obvious for me, Aurora Titania! Belakangan ini tuh dia terlalu perhatian untuk ukuran seorang bos alias majikan! Lo nyadar nggak sih?!"

Gue menggeleng.

"Gue selalu menganggap itu emang tanggung jawab dia sebagai orang yang mempekerjakan gue. Lagian dia idol. Kalo gue kenapa-kenapa kan nama baik dia juga yang rusak...."

"Harusnya lo bisa sedikit lebih peka...."

"Nggak bisa. Siapa gue sampai berani mikir kejauhan???"

Lisa menoyor kepala gue. "Lagak lo ga berani mikir kejauhan! Terus yang dulu-dulu itu apa?! Lo kan demen ngaku-ngaku jadi istri virtualnya dia!"

Gue hanya tertawa mengingat kekonyolan gue. Yah namanya juga fangirl. Tapi itu kan hanya untuk sebuah kekonyolan untuk ditertawakan bersama fangirl lain, bukan untuk hal yang serius.

Mendadak Ponsel gue bergetar. Nama Bryan ada di sana.

From : Mas Bryan
Message :
Aku tiba di Seoul dua jam lagi.
Aku ingin makan masakanmu.
Jadi siapkan untukku.
Reply

"Mas pacar???" goda Lisa saat melihat senyum gue.

"Apaan sih!"

"Muka lo merah gitu. Siapa lagi coba?"

"Udah ah. Gue cabut dulu," pamit gue buru-buru pergi.

Gue harus tiba di apartemen Bryan secepat mungkin. Gue harus membersihkan kandang dia, lalu menyiapkan makanan buat dia yang sebentar lagi balik dari Jeju. Gue merasa seperti memulai sebuah hari yang baru mulai sekarang....

🍃🍃🍃

Bryan duduk bertopang dagu di dining room. Capcay yang gue buatkan sudah tandas oleh dia. Sekarang gue duduk berhadapan dan nggak tahu mau melakukan apa. Bryan menahan gue di sini dan dia cuma memandang gue sejak tadi.

"Ehem!" Gue memecah keheningan. "Di Jeju, kau bilang akan membicarakan perjanjian lagi. Bisa kita bicarakan sekarang?"

"Ah! Ide bagus! Sebentar!" sahut Bryan. Dia masuk kamar dan kembali lagi dengan satu kertas yang disodorkan ke gue. "Ini perjanjian lama kita."

Gue membaca lagi isi perjanjian itu baik-baik.

"Poin mana yang akan berubah?" tanya gue.

"Bagaimana kalau kita musnahkan saja perjanjian itu?" usul Bryan sambil menarik kertas itu dari tangan gue.

"Lalu?" selidik gue.

"Kita buat yang baru," jawab Bryan tersenyum. "Sekarang aku tidak sedang membicarakan kesepakatan kerja, tapi tentang kesepakatan antara sepasang kekasih. Tulis saja apa yang kau mau."

Pipi gue bersemu, entah untuk yang ke sekian ribu kali. Gue pun segera mengeluarkan buku dan pulpen dari tas gue. Gue menulis besar-besar di halaman kosong.

NEW AGREEMENT

Between AURORA TITANIA hereinafter referred as First Party.

With

BRYAN BYUN hereinafter referred as Second Party.


Gue fokus menulis. Gue sudah mendapatkan persetujuan kalau poinnya terserah gue. Jadi gue menulis apa yang ada dalam pikiran ini. Setelah itu, gue pun menyodorkan hasilnya di depan Bryan.

"Pertama, tidak ada kontak fisik berlebihan.... Apa ini, Aurora?!" Baru poin pertama, tapi Bryan sudah protes.

"Keberatan?" tanya gue dengan wajah polos.

"Kita kan kekasih. Masa tidak boleh kontak fisik?" cicit Bryan.

"Aku hanya bilang kontak fisik yang berlebihan," tegas gue meluruskan.

"Kenapa?" Bryan menuntut penjelasan dari gue.

"Ya pokoknya tidak boleh. Aku tidak mau!" sahut gue dengan wajah merah.

"Oke." Bryan menghela napas dan melanjutkan bacanya. "Kedua, boleh memotret atau meminta foto bersama Bryan dan member lain. Tapi tidak diperkenankan di upload ke sosial media selama bekerja di sini."

"Bagaimana? Adil, kan???" tanya gue.

Dia mengangguk-angguk, lalu tiba-tiba merebut pulpen dari tangan gue untuk mencoret kata-kata "dan member lain".

"Kau hanya boleh berfoto bersamaku. Tidak boleh ada Sean atau Loey. Paham?"

"Tapi katamu terserah aku...," protes gue.

"Dan harus dengan persetujuanku!" sambar dia yang membuat gue terdiam. Dia kembali membaca poin yang gue tulis. "Ketiga, harus saling menghargai satu sama lain. Emmm...."

"Ada masalah?" tanya gue.

Bryan menggeleng dan terus membaca isi perjanjian yang gue tulis dengan kepala mengangguk-angguk. Akhirnya dia meletakkan buku itu di meja sebelum menatap gue.

"Oke. Perjanjian baru disetujui," ucapnya.

Gue tersenyum. Sepertinya hari-hari baru gue bakal dimulai.

-Bersambung

Fangirl TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang