Aurora - 30

35.1K 8.2K 1.6K
                                    

Gue menggigit bibir. Logika gue mengatakan ini salah. Tapi debaran jantung ini mengkhianati logika yang membuat gue menunduk.

"Jangan bercanda. Kau ke sini karena ada hal penting, kan? Katakan," ucap gue pelan.

"Itu penting. Bagaimana perasaan rinduku padamu, itu sangat penting bagiku."

"Sean.... Kau tidak perlu melakukan ini."

Jemari Sean menyentuh pipi gue. Hangat. Kelembutannya menelusup di hati gue. Jantung ini berdegup kencang. Darah ini berdesir. Gue pun menunduk. Apa salah kalau gue... bahagia?

"Kau menyukaiku?" tanya gue dengan bodohnya.

"Kau sudah tahu jawabannya dan aku bisa membacamu tanpa perlu mengatakan apa pun," jawab Sean lembut yang membuat batin ini berperang. "Kau juga menyukaiku."

Sontak kepala gue terangkat dengan mata yang melebar. Gue baru akan menjawab, tapi ponsel di saku gue berdering. Gue segera menarik diri dari jangkauan Sean dan merogoh ponsel.

From : Mas Byun
Message :
Maaf jarang menghubungimu. Aku sibuk.
Tapi percayalah, aku selalu memikirkanmu.
Boleh kan aku bilang "I love you"???
Reply

Gue tertohok.

Wajah ini seakan ditampar oleh kenyataan. Gue tersenyum pahit menyadari betapa bodohnya sikap gue malam ini. Bukan hanya malam ini, tapi juga sebelum-sebelumnya. Bagaimana bisa gue tega mengkhianati perasaan Bryan ke gue? Benar-benar nggak tahu diri!

Gue menarik napas dalam-dalam. Setelah menenangkan diri, gue pun membuat panggilan ke nomor Bryan.

"Halo." Suara lembut Bryan menyapa gue.

"I love you too...."

"Eh??? Kau menelponku untuk mengatakan itu?" sahutnya terdengar bahagia.

"Seperti kau yang mengirimiku pesan hanya untuk melakukan hal yang sama."

"Semoga kita cepat bertemu."

Gue tersenyum pahit. "I hope so. Good night."

"Selamat malam."

Seusai mengakhiri panggilan, gue menatap Sean yang juga memandang gue dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Bryan?" Sean memastikan.

Gue mengangguk dengan kebisuan yang menghampiri. Ini memang salah dan terima kasih pada semesta karena menyadarkan gue secepat ini. Setelah terdiam beberapa saat, gue menghela napas. "Maafkan aku, Sean. Aku tidak bisa pergi denganmu."

Sean mendesah kecewa. Dia mencoba tersenyum meskipun terlihat sekali kalau itu dipaksakan. Detik ini, gue semakin merasa bersalah pada Bryan dan Sean. Sepertinya apa pun yang gue lakukan akan jadi serba salah.

"Tidak apa-apa. Mungkin lain waktu bisa," kata Sean.

"Sekarang dan seterusnya, aku tidak bisa...."

Sean terpaku dan menatap gue lekat-lekat. Dan kembali, gue nggak sanggup membalas sorot mata elangnya. Entah untuk ke berapa kalinya, gue hanya bisa menunduk untuk meredam debaran jantung gue.

"Jangan temui aku lagi, Sean. Akhiri drama kita."

"Kenapa? Ini belum waktunya." Suara berat Sean menghantui hati gue.

Gue menggigit bibir. "Aku takut tidak bisa menahan hatiku."

Gue nggak bisa menyimpan ini lagi. Gue nggak sanggup bertahan lebih lama lagi dari godaan Sean yang terkutuk. Biarlah Sean memandang gue jelek. Nggak apa-apa. Biar sekalian dia menjauh dari gue.

Fangirl TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang