Part 10

83.3K 2.3K 19
                                    

Marcella P.O.V

Bloody hell.

Kenapa orang nyebelin itu harus jadi temennya kak bian? Kak bian juga mau aja lagi temenan sama manusia aneh kayak dia, usah salah gak mau ngaku. Ew nyebelin.

Aku hanya bisa bersungut-sungut sebal membayangkan jika nanti liburanku dicemari oleh orang menyebalkan sepertinya.

Kenapa kak bian ngajak dia sih? Mana dia pake nginep lagi sekarang, menderita banget sih kayaknya hidupku ketemu sama manusia aneh kayak si ben ben itu.

Tok.. Tok..

"Sellaaaaa." panggil seseorang yang aku yakin adalah hanzel. Siapa lagi kalo bukan dia? Kan dirumah ini cuma ada aku, kak bian, hanzel sama ben. Ugh! Sebenernya males nyebut nama orang nyebelin kayak dia.

"Masuk." ucapku singkat lalu berjalan kearah balkon kamarku dan duduk diayunan yang memang sengaja bunda taro dibalkon kamarku.

Kata bunda sih biar aku nyaman kalo lagi dibalkon sambil ngeliatin bintang, atau mungkin kalo aku lagi bete. Bunda emang paling pengertian deh, salut sama bunda hihi.

Ayunan yang kududuki bergoyang tanda ada orang yang duduk diayunan ini juga. Ayunan setengah lingkaran ini memang didesign khusus untuk dua orang dengan tempat duduk yang menyerupai seperti bantal. Nyaman.

"Makan yuk." ucap hanzel saat keheningan melanda beberapa menit setelah ia duduk.

Aku menggeleng dengan cepat hingga rambutku yang tidak terikat ikutan bergoyang kesana kemari mengikuti arah kepalaku.

"Ayo dong sel, makan ya?" rayunya lagi.

"Gak mau hanzel, udah gak nafsu." ucapku lalu mendongakkan kepala menatap langit gelap yang bertaburan banyak bintang.

"Makan dong, ya? Ayo lah sel, jangan kayak anak kecil." ucap hanzel lagi.

Aku tau hanzel lagi melihat kearahku dengan tatapan memelas, maka dari itu aku mendongakkan wajahku hingga tidak melihat kearahnya. Wajah memelas hanzel itu.... Paling ampuh buat aku nurutin kemauannya dia, makanya aku males natap dia.

"Gak mau hanzel." ucapku lagi.

"Gue suapin deh." ucapnya yang membuatku langsung menoleh kearah hanzel.

Cengiran khas hanzel muncuk diwajahnya yang blasteran itu menambah nilai plus untuk ketampanannya.

"Beneran?" tanyaku dengan mata berbinar.

"Iya beneran, tapi harus makan. Gue masakin pasta deh, tapi lo makan." ucapnya yang membuat nafsu makanku muncul dengan mendengar kata pasta.

"Beneran ya?" tanyaku lagi meyakinkan.

"Iya baweeeeeeel." ucap hanzel mencubit pipiku gemas. Setelah itu ia terkekeh geli.

"Udah yuk," ucapnya lalu meulurkan tangannya kearahku.

Aku menatapnya dengan cengiranku. "Gendongggg." ucapku manja. Satu lagi, hanzel itu sering banget aku kerjain buat gendong aku. Aku gak berat loh ya.

"Manja banget deh, ya udah ayo." ucap hanzel kemudian berjongkok didepanku.

Dengan senang hati aku melingkarkan tanganku dilehernya dan kakiku dipinggangnya agar tidak jatoh. Hanzel mulai berdiri dan menahan pahaku agar aku tidak jatoh.

"Ohh iya, tadi katanya kak bian bunda nyusul ayah dan bakal balik dua minggu lagi." ucap hanzel saat menuruni tangga.

"Berarti selama bunda sama ayah gak ada disini, lo nginep ya disini?" jawabku seraya menyandarkan kepalaku dipundaknya yang tegap.

Beautiful Disasterजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें