BAB 2 - I'm Not Alone

Mulai dari awal
                                    

Ketukan pintu membuatnya menoleh kaget. Cepat dia meloncat ke ranjang dan menutupi wajahnya dengan selimut.

"Sayang bangun," ucap bunda.

Caramel membuka selimut dengan ragu, dia melihat wajah bunda yang meringis sudah pasti wajahnya saat ini sangat mengerikan.

"Bunda, gimana nih?? Kara nggak bisa turun," rengeknya.

"Aduh Bunda udah bilang jangan banyak nangis," jawab bunda. "Yaudah turun aja biar nanti Bunda bilang kalau Kara abis nonton drama korea."

"Masuk akal yaa? emang dramanya sedih banget sampe bikin nangis??" tanya Caramel.

Mata bunda melotot, pipi bulat Caramel dicubit gemas. "Masih sempet mikirin itu? udah sana turun, Ayah udah nunggu di bawah!"

Mendengar ayahnya disebut, Caramel langsung meloncat dari kasur dan merapikan penampilannya. Dia berdiri di depan kaca sebentar lalu langsung berlari ke bawah. Meski baru satu hari tapi rasanya dia sangat merindukan ayah dan abangnya itu.

"Ayah!!" suara melengking Caramel memenuhi ruangan. Dia langsung memeluk ayah yang sedang bersiap untuk makan.

Ayah hanya mengecup pipi Caramel dan tersenyum dengan hangat. Seperti biasa, ayahnya adalah orang yang pendiam tapi kasih sayangnya sangat besar.

"Kamu kenapa? sakit?" tanya Raka sembari memperhatikan wajah Caramel.

Caramel tersenyum kecil dan menggelengkan kepala. "Ini tadi abis nonton drama korea ehh sedih banget Bang ceritanya," jelasnya sesuai dengan instruksi bunda tadi.

"Sejak kapan lo nonton begituan? biasanya tontonan lo film zombi," tanya Arkan.

Caramel berdecak kesal, dia duduk di samping abang pertamanya, Raka. "Pindah haluan gue," jawabnya asal.

🍬🍬🍬

Hari ini sesuai rencana. Caramel pergi ke Solo dengan keluarganya untuk berkumpul dengan kakek dan nenek dari bunda. Jika biasanya dia akan langsung pergi ke halaman belakang maka saat ini dia memilih untuk duduk saja di kursi tua ruang tamu dan memakan makanan yang sudah disediakan oleh neneknya.

"Abang ada salah sama Kara?" tanya Raka setelah duduk di samping adiknya itu.

Caramel mengerjapkan mata, kepalanya menggeleng pelan. "Enggak, kenapa Bang?"

Raka mengusap kepala Caramel. "Kenapa Kara jadi pendiam? ada masalah?"

Sebenarnya dia ingin menceritakan pada abangnya itu tapi pasti itu akan menjadi masalah yang besar. Caramel tahu pasti kalau abangnya tidak suka jika adiknya disakiti.

"Emm hehe lagi sakit gigi Bang, biasalah," jawabnya asal.

Raka tidak menjawab apapun, matanya masih menatap mata Caramel menunggu kejujuran keluar dari adiknya langsung.

"Kara bisa atasi sendiri Bang, Abang tenang aja Kara ini kuat," kekehnya sembari membuang pandangan ke depan.

"Abang percaya Kara. Sudah sana ke dapur! Nenek tadi ngajak kamu buat kue. Abang  ke kebun dulu," ucap Raka sembari mengacak rambut Caramel.

Begitulah Raka, abang pertamanya yang selalu mengerti kalau dirinya sedang ada masalah seperti sekarang ini. Caramel bertopang dagu sembari menatap bunda dan nenek yang sibuk membuat kue. Dia sesekali menghela nafas dan kembali bertopang dagu.

The Boy With A Fake SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang