Chapter 59 "Awal Sebuah Perasaan"

1.4K 128 145
                                    

Ehem ... cek, cek. 

Sebelum mulai ceritanya, aku mau mau ngasih tau n minta bantuan kalian, nih.

Pertama-tama, aku mau ngucapin banyak terima kasih buat kalian yang udah baca ceritaku sampe sejauh ini. Aku sadar, bahwa ceritaku ini jauh dari kata "Bagus" apalagi "Sempurna. Karena aku memang buat cerita ini tanpa kerangka terlebih dahulu, hanya berdasarkan ego saja.

Maaf. (シ_ _)シ 

Nah, sekarang kalian tahu gimana contohnya cerita tanpa kerangka! Lain kali, kalo kalian mau bikin cerita, bikin dlu kerangka ceritanya. Kalo ngga, bakal jadi kayak gini!! ヽ(#゚Д゚)ノ

Hal ini bisa terlihat dari alur ceritanya yang kadang gak jelas/logis, plin-plan, datar. Jadi terasa naik kapal tanpa alat penggerak, terombang-ambing dalam lautan yang gak jelas. Hal-hal yg semula aku pengen jadiin intisari cerita juga ga jelas kelanjutannya. Kayak tentang teman masa kecil, janji masa depan, juga tentang persahabatan sama karakter lainnya.

Sebagai penulis, aku sadar kalo cerita ini bkn termasuk karya yang baik. Karena itu aku mau minta pendapat langsung dari kalian tentang cerita ini. Jawab di kolom komentar, ya?

 Karena pendapat kalian bakal membantu dalam penulisan ulang cerita ini. 

1. Kesan apa sih yang pertama kali terlintas di kepala kalian sewaktu membaca cerita ini?

2. Hal buruk apa dari cerita ini yg menurut kalian harus dihilangkan?

3. Kebalikannya. Hal baik apa dari cerita ini yg menurut kalian harus dipertahankan?

Itu aja pertanyaanku.


Oh iya, saat ini aku lagi nulis cerita ini versi remake-nya. Jadi versi remake gak akan sama kayak di wattpad. Ada banyak karakterisasi tokoh-tokohnya yang kuganti, penambahan karakter yang berhubungan dengan inti cerita, latar belakang karakter, adegan-adegan, bahkan aku kepikiran buat merubah judul.

Versi remake ini aku siapin buat dikirim, jadi nggak akan terbit di wattpad. Entah self-publish atau lewat penerbit indie, karena setahuku belum ada penerbit mayor yang nerima naskah bertipe Light Novel. Karena LN di Indo masih kurang terkenal. 

Dan ... satu hal lagi. Kayaknya aku kebanyakan ngomong, ya. (≧σ≦) 

Sebenernya cerita ini aku bagi jadi tiga bagian. Chapter kemarin itu adalah chapter terakhir dari bagian satu. Niatnya sih ngabisin cerita dlu baru hiatus, tp realitanya malah kebalik. Banyak pembacaku yang bilang kalau bikin ceritanya jangan terlalu panjang. Semula aku setuju, tapi maaf ... kayaknya aku bakal nerusin cerita ini sampe bagian tiga.

Tapi aku nggak akan maksa kalian. Kalau menurut kalian cerita ini sudah cukup, gak apa-apa berhenti sampai di sini. Tapi buat kalian yang mau baca sampe akhir, aku ngucapin terima kasih sebanyak-banyaknya. Aku bakal berusaha yang terbaik buat kalian.

Karena mulai dari awal bagian dua, aku bakal ngikutin kerangka yang udah kubuat. Jadi gak ada lagi cerita yang bertele-tele.

Sekian celotehanku yang makan waktu kalian. Mulai dari sini, baca ceritanya di bawah ya.

*===============================================*

Di saat aku menoleh ke jendela, cahaya matahari muda sudah menerangi langit bagian timur. Sang Surya menyembul dari balik titik kaki langit dengan malu-malu, seakan ragu untuk menyapa hari baru yang turut bersamanya. Aku masih duduk sembari bertopang dagu di atas permukaan meja. Hingga ketika aroma harum roti panggang masuk menelusup lubang hidungku.

My Wife is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang