Chapter 13 "Tak Bisa Kumengerti"

3.5K 192 36
                                    


"Kau... ingin membelikanku hadiah ulang tahun?"

Seluruh tubuhku membeku. Telingaku menolak mempercayai kata-kata yang kutangkap barusan. Benarkah dia ingin membelikanku hadiah untukku?

Hari ulang tahunku memang tinggal tiga hari lagi. Tapi dari mana dia tahu ulang tahunku? Aku yakin belum pernah memberitahunya sama sekali, walau kami mengenal sejak lama.

Karena yang biasa kami lakukan saat bertatap mata adalah bertengkar, bukan berbicara santai.

Mungkin saja dia mencari tahu lewat biodataku yang tertulis entah di mana. Tapi kenapa dia mau melakukan itu? Kami dari dulu saling membenci, tak ada untungnya bagi kami mengetahui hari ulang tahun masing-masing.

Bahkan aku tak peduli dengan ulang tahun Bella.

"Kenapa kau bisa tahu hari ulang tahunku?"

"Itu bukan masalah, kan? Yang penting ayo sekarang kita cari hadiah yang kau mau."

Tanpa menatap mataku, Bella menarikku ke tengah kerumunan gila di lantai bawah mall. Suasana di sini benar-benar ramai dengan lautan manusia. Suara dari setiap orang bercampur menjadi satu dan terasa memaksa masuk ke telingaku.

Untukku pribadi, aku tak suka dengan tempat yang ramai seperti ini meskipun itu taman wisata atau taman bermain.

Karena bukanya menyegarkan tubuhku, tapi malah tambah membuat stress.

Tangan Bella yang lembut mencengkramku dengan kuat dan menyeretku sesuka kakinya melangkah.

Beberapa saat kemudian, kami tiba di sebuah distro baju yang cukup terkenal. Distro ini memiliki banyak cabang di berbagai kota. Tak heran mereka membuka cabang di mall ini yang merupakan sentra perbelanjaan terbesar di kota ini.

"Kau mau baju apa? Akan kubelikan untukmu. Silakan pilih yang kau suka!"

Bella menyingsingkan sebuah senyuman penuh pesona di wajahnya. Aku bahkan harus menutup mataku karena tak kuasa memandang senyumnya yang berkilau.

"Aku tak tertarik dengan baju, karena aku tak begitu peduli dengan penampilan."

"Ya ampun! Tak bisakah kau senang hanya untuk kali ini saja? Aku sudah mau repot-repot membelikanmu hadiah. Seharusnya kau berterima kasih!!"

Kedua tanganya dilipat di depan dadanya. Matanya melirik kepadaku.

"Baiklah kalau begitu. Tapi aku tak tahu baju apa yang cocok untukku."

"Pilih saja!"

Aku coba berjalan-jalan di antara etalase yang berisi tumpukan pakaian. Jujur, berbelanja baju sama sekali bukanlah gayaku.

Sekalipun aku membeli baju, aku cuma asal ambil baju yang desainnya menarik perhatianku saat pertama kali lihat.

Tak jarang baju-baju yang kubeli terkadang tidak cocok dengan ukuranku. Kadang terlalu besar atau terlalu kecil. Biasanya baju yang salah ukuran untukku langsung kujadikan kain pel.

"Bagaimana dengan yang ini?"

Bella mencocokan sebuah baju berwarna hijau bergaris merah cerah pada tubuhku. Dalam posisi seperti ini kedua mata kami tak bisa menghindar dari kontak langsung.

Dalam sesaat aku bisa melihat pipi kemerahan Bella. Dengan cepat langsung kubuang wajahku ke arah lain agar ia tak mengetahui kalau aku menatap wajahnya sejak tadi.

"B-Bagaimana?"

"Boleh juga, tuh!"

"Kau mau yang ini?"

My Wife is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang