Chapter 32 "Kehangatan Dalam Selimut"

3.2K 169 49
                                    


Aku terdiam sejenak.

Bayangan peri mungil dari dunia fantasi yang berada di depanku terasa menyejukan mata.

Rasanya ... Bella pernah mengatakan hal ini sebelumnya.

Tapi ada yang berbeda kali ini.

Jika pada saat itu, ia mengatakannya dengan bercanda. Kini ia terlihat malu-malu dengan bergantian memandang ke arahku dan lantai.

Kucoba untuk membuka mulutku.

"Kenapa kau terus mengatakan hal yang sama berulang-ulang? Berhentilah bercanda! Jawabanku masih tetap sama seperti waktu itu, tidak mungkin kita yang seperti minyak dan air akan baik-baik saja setelahnya."

"Jadi, kau tidak menyukaiku?"

Tubuhku menjadi kaku. Seakan badai es datang secara tiba-tiba di negara khatulistiwa ini dan membekukanku serta atmosfer sekelilingku.

Sebenarnya apa yang ia inginkan dari percakapan ini?

Kenapa dia memberiku pertanyaan yang sulit?

Sejujurnya, aku tidak ingin menjawabnya.

Dan jika harus diungkapkan dari dalam hati. Aku mungkin memang tidak menyukainya. Andai saja perkataan dan tingkahnya yang kasar menghilang, mungkin aku akan mencoba untuk memikirkannya kembali.

Meskipun begitu ... bukan berarti aku membencinya.

Antara suka atau benci. Tidak ada satu pun dari dua kata itu yang dapat mewakili perasaanku pada Bella.

Aku tidak memiliki perasaan romantis apa pun terhadapnya. Aku juga tidak membencinya dengan sepenuh hatiku.

Terkadang aku menyukai sifatnya yang penuh perhatian. Memang gadis oranye itu tidak secara langsung mengatakanya padaku.

Misalkan saja saat ia pertama kali memasak sayuran yang sangat tidak kusukai. Meskipun aku berbohong dengan mengatakan lezat, entah dari mana ia tahu isi hatiku dan tidak pernah memasaknya lagi setelah itu.

Atau saat ketika aku sedang banyak pikiran. Bella selalu membuatkanku teh yang mampu menenangkan hati. Tidak jarang juga ia menjadi tempat curhatku dan memberikan solusinya.

Atau lagi saat aku kesulitan tidur karena gelisah. Gadis itu pasti akan membisikan kata-kata yang menyejukan hingga membuatku tenang.

Di saat itu, Bella benar-benar mirip seperti istri sungguhan.

"A-Aku menyukaimu, kok."

"Ng...?"

Aku tidak tahu ekspresi apa yang dibuat oleh Bella, karena aku tengah mengalihkan pandanganku darinya.

"T-Tapi ... hanya sebagai orang yang selalu ada di sampingku. Tidak lebih...! J-Jadi aku ... umm ... kau ta—"

"Iya, iya, aku mengerti. Itu sudah cukup."

Bella tersenyum dengan lepas.

Tidak ada ekspresi malu-malu kucing di wajahnya.

Kini ia terlihat seperti anak kecil yang gembira setelah mendapatkan hadiah ulang tahunnya.

"Aku juga menyukaimu, kok."

"Eh...!!?"

"Tapi kamu jangan salah sangka dulu! Aku menyukaimu sebagai orang yang selalu kuandalkan."

Wajahnya berubah menjadi merah. Hal ini sudah menjadi kebiasaanya jika mengatakan sesuatu yang memalukan.

"Meskipun begitu, terkadang aku juga membenci beberapa hal darimu."

My Wife is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang