Chapter 28 "Persaingan Tanpa Kata"

2.8K 151 59
                                    

Hari berganti demi hari. Minggu berganti demi minggu. Dan bulan berganti demi bulan. Entah mengapa waktu mengalir dengan cepat hingga tak terasa sudah hampir setengah tahun aku menikah dan tinggal bersama Bella.

Sebelumnya aku tak pernah memikirkan untuk menikah, pacaran pun tidak. Tetapi sekarang aku malah mempunyai seorang istri dari pernikahanku.

Meski awalnya aku merasa terganggu dengan semua ini, pada akhirnya aku menjadi terbiasa seakan kehidupanku sekarang adalah kehidupan yang biasa kumiliki.

Aku sedang berada di ruang tamu. Bukan untuk bersantai-santai dan menonton televisi, melainkan untuk belajar.

Karena ujian akhir semester ganjil sudah dekat, orang yang bodoh sepertiku pun sudah seharusnya tak bermain-main lagi. Akhir-akhir ini aku pun selalu memegang buku pelajaran setelah makan malam.

Tentu saja kalau aku belajar sendiri, otakku pasti akan langsung ngebul. Untungnya saja Bella selalu menemaniku belajar setiap harinya. Gadis berambut oranye itu selalu menjelaskan padaku dengan detail bagian yang tidak kumengerti.

Bella mengajariku dengan perlahan-lahan agar aku bisa mengikuti cara yang dia ajarkan.

Sepertinya keberadaannya di sini tidak selamanya menyusahkanku.

"Maaf, ya! Aku jadi membuatmu mengajariku, padahal kau juga perlu belajar."

Pandangannya melembut.

Senyum di wajahnya yang menghangatkan tubuhku, semakin membuatku merasa nyaman saat berada di dekatnya.

"Apaan, sih!? Pake minta maaf segala! Tidak masalah buatku. Lagipula aku tidak bisa membiarkanmu mendapat nilai jelek."

"Mengapa? Bukannya nilai ujianku tidak ada hubungannya denganmu?"

"Memang, sih. Tapi... yah, pokoknya aku tidak bisa membiarkan itu deh."

Aku menurunkan bahuku.

Meskipun alasannya terasa samar, aku tidak mau mempermasalahkan hal itu.

Kami pun kembali memfokuskan pikiran pada soal yang tertera pada buku pelajaran matematika. Sebenarnya ini adalah pelajaran yang paling tidak kusukai. Tapi saat belajar bersama Bella, semua ini terasa menyenangkan.

"Ah, Sena! Itu salah! Jawabannya bukan itu."

"Eh, benarkah!?"

"Rumus yang kau gunakan sudah berbeda sejak awal. Bukankah sebelumnya sudah kuajarkan?"

Dengan gusar Bella menunjuk pada jawaban yang kutulis di buku tulisku.

"Sepertinya aku lupa caranya. Hehe.... Bisa kau ajarkan sekali lagi?"

"Huuh dasar...! Lihat baik-baik!"

Bella mendekatkan tubuhnya padaku. ia pun mulai membenarkan jawabanku di buku tulis.

Laki-laki mana pun yang ada di dunia pasti akan kehilangan konsentrasinya jika berada di posisi yang sama denganku.

Dari jaraknya yang sedekat ini aku bisa mencium aroma tubuhnya yang khas. Lehernya yang mulus dan seputih susu. Serta bibir merahnya yang sangat menggoda.

Dadaku sangat berdebar-debar. Aku jadi tidak kuasa memandangnya. Dan pelan tapi pasti, hatiku mulai merasakan kehangatan yang mencair dari dalam tubuhku.

Aku tidak bisa mengerti. Perasaan yang kumiliki sungguh aneh. Pasti ada saja suatu waktu di mana aku merasa gugup saat berada dekat dengan Bella.

Perasaan ini memang terasa aneh, namun juga sekaligus membahagiakan.

My Wife is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang