Chapter 54 "Kecemburuan yang Muncul Perlahan"

1.8K 157 158
                                    

Suara lantunan burung-burung yang bertengger di luar jendela terngiang di telingaku. Seakan membangunkanku dari indahnya dunia mimpiku.

Aku membuka mata dengan perlahan. Hal yang paling pertama kulihat adalah langit-langit berwarna gading polos. Lalu kugulirkan bola mataku ke samping, di mana cahaya matahari pagi menerawang dari balik tirai yang tertutup.

Pagi datang lebih awal dari yang kukira. Atau mungkin aku yang tertidur terlalu pulas hingga terbangun lebih telat dari biasanya.

Perjalanan dari rumah ke sekolah butuh waktu yang tidak sebentar. Karena itulah aku harus segera bergegas dan bersiap-siap untuk memulai hari ini secepat mungkin.

Namun di saat aku hendak bangkit dari tempat tidur, aku merasakan sesuatu yang berat menindih tubuhku hingga tidak dapat bergerak.

Tatapanku terpaku pada Bella yang menjadikan bahuku sebagai bantal tidurnya. Tangannya melintang di atas dadaku. Terlelap bagai putri salju yang tengah menunggu pangeran datang. Sosoknya terlalu mempesona hingga membuat jantungku berdegup kencang.

Aku ingin melepaskan rangkulannya. Bukan karena aku tidak suka, namun aku takut ia terbangun karena mendengar suara detakan jantungku yang menggebu-gebu.

"Hei ... Bella!"

Kuguncangkan sedikit tubuhnya untuk membangkitkan kesadarannya dengan tanganku yang lain. Ia pun bereaksi. Pelupuknya terbuka perlahan. Tangannya ia usap-usapkan pada matanya untuk menjernihkan pandangan.

Lalu bola mata jingganya yang mulai menyala bergulir ke arahku.

"Sudah pagi, ya?"

Aku menggumam pelan sebagai jawaban positifku.

"Dan yang lebih penting ... Bella, kenapa kau tidur di bahuku?"

Tepat setelah aku mengatakan itu, Bella membuka matanya lebar-lebar dan menyadari keseluruhan situasi saat ini. Dalam sekejap ia langsung bangkit dan menjauh dariku. Pandangannya ia buang ke arah lain guna menyembunyikan rona merah di pipinya dariku.

Tapi aku dapat melihatnya dengan jelas, walau cahaya secara samar menerangi ruangan ini. Aku segera bangkit dan memerhatikan wajahnya dengan seksama.

Kecanggungan menahan kata-kataku keluar.

"Mmm ... Bella!" Gadis itu sedikit terkejut di saat aku memanggil namanya. "Kenapa kau melakukan hal itu? Tidak biasanya kau seperti ini."

Aku menundukan pandanganku ke atas sprei putih. Ini adalah kejadian yang pertama, sejak kami tidur di atas kasur yang sama.

Walaupun kami adalah pasangan suami-istri yang sah, kami berdua selalu tidur dengan saling menjaga jarak.Bahkan kami membuat perbatasan abstrak di tengah-tengah kasur, yang melarang siapa pun untuk menjajah daerah lain.

"M-Maaf ... aku tidak sadar!" ujarnya dengan gugup.

"Tidak sadar bagaimana? Kau itu—"

"Sudahlah! Aku ingin segera mandi dan bersiap-siap."

Mengabaikanku yang masih termangu di atas kasur, Bella melangkah ke arah pintu sembari melayangkan bantal tepat ke wajahku.

"Hei ...! Kau ini ...!!"

Namun di saat ia hendak membuka kenop pintu, kaki kecilnya berhenti melangkah. Gadis bersurai jingga cerah itu melemparkan pandangannya padaku. Di saat itulah aku merasakan bahwa rona di wajahnya semakin memerah.

"Lagipula, kemarin aku bilang akan membuatmu jatuh cinta padaku, kan!? Memangnya salah, kalau aku melakukan pendekatan seperti itu?"

Meninggalkan kesan acuh, ia melangkah keluar kamar dan menutup pintunya. Entah mengapa, ada sedikit pikiran dalam benakku kalau Bella melakukan itu dengan sengaja.

.。.:*☆.。.:*☆.。.:*☆.。.:*☆*:.。.

Sejak kami tinggal bersama, mungkin aku telah melihat semua sifat dan kebiasaan Bella. Tentang caranya ketika ia memperhatikan dan peduli padaku. Raut wajahnya saat gadis itu merajuk. Atau pun ekspresi dan tingkahnya sewaktu ingin jujur namun tidak bisa.

Aku telah mengetahui semuanya.

Namun hari ini aku merasa ia sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya. Untuk kali ini Bella membantu merapikan kancing seragamku, menyiapkan segelas air minum meski aku dapat mengambilnya sendiri, dan berkata dengan tutur yang lebih sopan dari biasanya.

Bella memang selalu mengurusi pekerjaan rumah dan sedikit tentang diriku. Aku sudah mengerti hal itu. Namun ini adalah pertama kalinya ia melakukan tindakan-tindakan itu.

Bukannya aku tidak suka. Hanya saja aku tidak biasa dengan Bella yang seperti ini.

Juga bukannya aku ingin ia kembali ke dirinya yang dulu. Karena jujur, aku mengakui lebih menyukainya yang sekarang.

"Sena ...! Bukankah kau menatap Bella terlalu lama!"

Ucapan Zidan di dekat telingaku sontak membuatku tersadar dari lamunanku di siang bolong. Kelas sudah hampir usai, mungkin karena itulah staminaku menurun dan aku tak bisa berkonsentrasi pada materi yang dibawakan oleh guru di depan kelas.

"Eh, masa sih?"

"Tak puaskah kau bermain dengannya setiap malam? Dan kini kau masih memandanginya di tengah kelas!" ujarnya dengan nada mengejek.

Zidan adalah salah satu orang selain Kak Rina yang tahu tentang pernikahan kami. Sejak saat itu, ia selalu saja menggoda kami dengan ejekannya. Tentu saja Bella sering marah karenanya. Untungnya saja ia menggoda kami di saat tidak ada orang lain di sekitar.

"Aku tidak pernah melakukan itu dengannya, tahu! Sudah berapa kali sih kukatakan!?" ujarku dengan geram seraya melempar tatapan tajam.

"Hmm ... sayang sekali, ya! Kalau aku jadi dirimu, aku sudah akan melakukannya setiap malam. Punya istri secantik dirinya membuat hidupku sempurna."

Aku langsung menyikut perutnya dengan siku. Di hawa panas yang membakar ini, emosi dan kekesalanku sudah di ambang batas bahaya. Ditambah dengan semua ucapannya yang menyebalkan.

Akan tetapi yang membuatku sangat gusar adalah saat ia berandai bertukar posisi denganku. Membayangkannya bersanding dengan Bella sungguh membuat emosiku naik. Aku benar-benar tak akan membiarkan hal itu terjadi walau hanya sekedar angan-angan saja.

Sesaat kemudian aku tersadar.

"Tunggu dulu!"

Apakah aku baru saja berpikir bahwa tidak ada orang lain yang dapat mendampingi Bella selain diriku?

Dan rasa kecemburuan besar yang timbul dalam hati ini ... apakah karena aku tidak ingin ada pria lain yang dapat memilikinya?

Aku langsung menjatuhkan pandanganku ke atas meja. Kucoba menjernihkan pikiranku dan berpikir ulang.

"Apakah itu artinya ... perasaanku pada Bella telah berubah?"

My Wife is My EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang