BAB XI (part 2)

78 16 0
                                    

"Kim Sajangnim, apa yang sebenarnya terja—Jeon Jung Kook?" Ucapan Se Mi seketika terpotong begitu melihat Nam Joon tak sendirian di ruangannya. Pria itu sedang bersama temannya yang tak lain adalah Jung Kook, kekasih Se Mi.

Jung Kook hanya mengangguk lalu tersenyum padanya.

"Kenapa kau sendirian? Di mana Yoon Gi?" tanya Nam Joon begitu menyadari bahwa tak ada Yoon Gi di samping Se Mi.

"Dia ada urusan," jawab Se Mi singkat. Yoon Gi memang memiliki urusan lain sehingga ia tidak bisa menemani Se Mi untuk menemui Nam Joon. Urusan lain itu ialah memeriksa bagaimana respons netizen atas pernyataan Ji Min terhadap Se Mi.

"Apa kau akan terus berdiri di sana seharian, Sayang?" tanya Jung Kook memecah keterkejutan Se Mi. Bukan tanpa alasan gadis itu terkejut. Ini karena pertemuannya dengan sang kekasih yang secara tiba-tiba. Ditambah lagi pertemuan itu terjadi di ruangan pimpinannya yang berarti Se Mi harus menyiapkan dirinya atas berbagai ledekan yang akan Nam Joon lontarkan untuknya. Ya, baik Jung Kook maupun dirinya memang sudah memberi tahu tentang hubungan keduanya pada Nam Joon.

"Kemarilah dan duduklah di samping pacarmu. Jangan merasa malu hanya karena ada aku di sini. Bersikaplah biasa seperti ketika kalian sedang berduaan," ucap Nam Joon. Lihatlah, belum apa-apa saja Nam Joon sudah mengucapkan kata-kata​ yang bagi Se Mi adalah sebuah ledekan, bagaimana dalam beberapa waktu ke depan?

Se Mi hanya menurut dan mendudukkan dirinya tepat di samping Jung Kook. "Apa tidurmu semalam nyenyak?" tanya Jung Kook sembari mengelus lembut puncak kepala Se Mi.

"Eoh, karena melihatmu sebelum tidur," jawab Se Mi dengan senyum indah yang terlukis di bibirnya.

"Syukurlah."

"Tunggu dulu." Nam Joon mengernyit. Jung Kook yang sedang mengelus kepala Se Mi pun segera mengalihkan atensinya pada Nam Joon. Begitu pula dengan Se Mi. "Kau masuk ke dalam apartemennya, Kook?" lanjutnya sambil menunjuk ke arah Se Mi dengan dagunya.

Jung Kook tampak memutar bola matanya lalu mengangguk pelan. "Ya."

Nam Joon terkejut bukan main. Entah mengapa seketika hatinya terasa seperti tertohok lembing yang sangat runcing. "Kau membiarkan Jung Kook masuk ke dalam apartemenmu sementara aku dan bahkan ayahmu sendiri tidak pernah kau izinkan?" tanya Nam Joon tidak percaya pada Se Mi.

Se Mi bergumam sebentar sebelum berucap, "Apa itu masalah untukmu?"

Nam Joon menghela napas tak percaya sementara Jung Kook sudah terkekeh di tempatnya. "Apa alasan yang membuatmu membiarkan dia masuk ke dalam apartemenmu?"

"Karena dia kekasihku dan aku percaya dengannya," jawab Se Mi singkat. Namun, menimbulkan makna ganda bagi Nam Joon pada poin kedua.

"Apa itu berarti kau tidak mempercayaiku?" Nam Joon merasa lembing runcing itu semakin dalam menohok hatinya begitu mendengar jawaban yang keluar dari bibir Se Mi.

Se Mi menghela napasnya lelah. "Bukan begitu. Ah, kujelaskan pun kau tak akan mengerti," ucapnya. "Kalian berdua membuatku lupa dengan tujuan awalku ke mari."

Dua pria tampan yang ada di ruangan itu hanya terdiam. Jung Kook tidak ingin mengganggu Se Mi dalam mengingat kembali tujuan awalnya ke mari. Ia baru tahu jika kekasihnya itu ternyata memiliki sifat pelupa. Sementara Nam Joon, pria itu masih saja terpikir soal apakah Se Mi mempercayainya atau tidak.

Se Mi masih berusaha mengingat apa tujuan awalnya ke mari. Berlebihan memang, tapi ia sungguh melupakannya. Hingga dering ponselnya menginterupsi. Dilihatnya nama yang tertera pada layarnya. Lalu seketika ia teringat kembali dengan apa tujuan awalnya datang ke mari.

"Ah, aku sudah ingat apa tujuan awalku ke mari," pekik Se Mi.

"Kenapa dia meneleponmu?" tanya Jung Kook dingin yang sama sekali tidak mengacuhkan pekikan Se Mi tadi. Ia baru saja melihat siapa nama yang tertera di layar ponsel kekasihnya itu. Park Ji Min.

"Memangnya siapa yang menelepon?" Kini giliran Nam Joon yang bertanya. Jujur saja ia menjadi penasaran setelah mendengar Jung Kook menggunakan nada bicara yang dingin.

"Mantan terindahnya," sahut Jung Kook masih dengan nada dinginnya yang disambut Nam Joon hanya dengan anggukan mengerti. Jika sudah menyangkut hubungan cinta seperti itu, Nam Joon memilih untuk tidak ikut campur. Terlibat dalam pertengkaran kekasih hanya akan menyulitkan dirinya.

Se Mi menghela napasnya pelan lalu beralih menatap Jung Kook yang sedang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. "Kau ingin aku mengangkatnya atau tidak?" tanya Se Mi sambil mengangkat ponselnya.

"Jangan pernah berhubungan lagi dengannya," ucap Jung Kook sembari merebut ponsel Se Mi lalu menolak panggilan masuk dari Ji Min. Ia kemudian memasukkan ponsel kekasihnya itu ke dalam saku bagian dalam jas yang dikenakannya.

"Apa kau benar-benar Jung Kook temanku?" tanya Nam Joon yang tidak percaya dengan tingkah Jung Kook barusan.

"Memangnya kenapa?" Se Mi mengalihkan atensinya kini pada Nam Joon.

"Aku tidak pernah melihatnya cemburu seperti itu sebelumnya," jawab Nam Joon heran. "Ah, aku lupa. Dia bahkan tidak pernah jatuh cinta sebelum bertemu denganmu," lanjutnya sambil mengubah ekspresi wajahnya kembali pada mode normal.

Se Mi hanya mengangguk pelan sementara Jung Kook sama sekali tak menghiraukan Nam Joon.

Se Mi tahu betul jika dirinya bisa dikatakan sebagai cinta pertama Jung Kook. Oh, mengingat kembali fakta itu membuatnya mengulas senyum dalam hati.

"Jadi, apa tujuan awalmu datang ke mari?" tanya Jung Kook pada kekasihnya.

Mendengar pertanyaan Jung Kook, Se Mi langsung memberikan tatapan penuh curiga pada Nam Joon yang duduk di seberangnya. "Tentang Park Ji Min, bagaimana caranya kau menyuruh Ji Min untuk jujur pada media?"

"Sayangnya itu bukan karenaku. Konferensi pers itu ulah pacarmu," jawab Nam Joon ringan sembari menyesap tehnya yang sudah dingin.

"Kau?" Se Mi mengalihkan pandangannya pada Jung Kook seketika. "Bagaimana bisa?"

Akhirnya, Jung Kook pun menceritakan apa yang sudah ia ceritakan sebelumnya pada Nam Joon tadi—mengenai percakapannya dengan Seok Jin hingga akhirnya Ji Min berkata jujur pada media. Se Mi hanya terdiam. Mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir Jung Kook.

"Berterimakasihlah padanya," ucap Nam Joon yang ditujukan pada Se Mi begitu Jung Kook mengakhiri penjelasannya.

"Tanpa kau suruh pun aku pasti akan melakukannya," balas Se Mi. "Kau belum pernah mencicipi masakanku, bukan? Kau ingin makan apa hari ini? Biar aku yang memasaknya untukmu."

Jung Kook tampak berpikir. "Dari pada hari ini, bagaimana jika besok lusa saja? Kebetulan besok temanku dari Paris akan berkunjung ke Korea dan aku ingin mengenalkanmu padanya," ucap Jung Kook lembut. Jangan lupakan senyum menawannya yang mampu menyihir Se Mi masuk ke dalam fantasi.

"Call."

***

RETROUVAILLES [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang